Flashback on
Dalam hening malam yang dingin, Lilith berdiri di tengah padang luas yang diterangi cahaya rembulan. Di hadapannya, puluhan zombie bergerak perlahan, mata kosong mereka mengarah padanya, haus akan kehidupan. Mereka datang seperti gelombang, satu persatu berjatuhan dari bukit di kejauhan, bergerak dengan irama tak beraturan namun menakutkan. Tapi Lilith tak gentar.
Di genggamannya, pedang panjang yang berkilauan di bawah cahaya bulan. Pedang itu bukan sembarang pedang. Begitu Lilith mulai mengayunkannya, bilahnya memanjang dan meliuk, mengikuti gerakan tangannya, seperti pita tajam yang menghujam udara. Setiap ayunan menghasilkan desing yang memotong keheningan malam, membelah tubuh-tubuh tak bernyawa yang mendekat. Pedang itu meliuk tajam, lentur namun mematikan, mengiris dengan presisi dan kecepatan yang membuat Lilith tampak menari di tengah medan perang.
Gelombang pertama mendekat dengan cepat, namun Lilith sudah siap. Ia melompat ke udara, mengayunkan pedangnya dalam lingkaran besar. Pedang itu memanjang seperti ular berbisa, menerjang musuhnya, membabat barisan zombie dalam sekali sapuan. Potongan tubuh berjatuhan di sekelilingnya, namun Lilith tidak berhenti. Gerakannya elegan, seperti seorang penari yang meliuk di tengah medan pertempuran. Pedang lentur di tangannya berkilauan di bawah sinar bulan yang mulai meredup menjelang fajar.
Dari kejauhan, suara langkah cepat terdengar. Lucian dan Celina berlari menghampiri setelah mendengar pertempuran sengit itu. Keduanya terkejut melihat Lilith bertarung sendirian dengan begitu gagah, menghadapi gelombang zombie yang mengepungnya. Pedang panjangnya tampak hidup di tangannya, memanjang dan meliuk tajam, seolah menjadi perpanjangan dari tubuh Lilith sendiri. Meski berada di tengah kawanan zombie, tak setetes pun darah menyentuh Lilith. Gerakannya cepat dan akurat, tak ada celah yang terbuang sia-sia.
"Lulu, kenapa tidak bilang kalau ada zombie? Biar aku bisa membantumu," ujar Lucian setengah khawatir, setengah kagum. Dalam hati, ia terpesona melihat ketenangan dan keanggunan Lilith, meski berada dalam situasi berbahaya seperti ini.
Lilith menoleh, sekilas melempar senyum tipis, namun tak berkata apa-apa. Matanya tetap fokus, menatap gelombang zombie yang mulai berkurang jumlahnya. Hingga matahari perlahan merangkak naik, Lilith, Lucian, dan Celana bersama-sama menumpas gelombang pertama zombie itu, menyelesaikan pertempuran menjelang siang.
Saat semuanya berakhir, Lilith menurunkan pedangnya, napasnya sedikit terengah. Lucian dan Celina menghampirinya, dan Lilith akhirnya tersenyum lega. Namun tiba-tiba, salah satu tubuh zombie yang hendak ia singkirkan mendadak meledak. Percikan darah dan cairan busuk zombie menyembur ke segala arah, sebagian mengenai pakaian Lilith.
Celina tertawa kecil, menatap Lilith yang kini penuh noda darah zombie. "Sepertinya, kali ini kau tidak bisa menghindari cipratan, Lilith," katanya dengan nada menggoda.
Lucian segera mengulurkan saputangan padanya. "Kau luar biasa, Lulu. Tapi lain kali, jangan bertarung sendirian. Kami ada di sini untuk membantu."
Lilith mengangguk sambil menerima saputangan dari Lucian, menyeka noda di wajahnya. "Terima kasih. Aku tidak bermaksud bertarung sendiri, hanya... aku terbiasa melakukannya." ucap Lilith setengah berbohong dan setengah benar karena ia mendapatkan peringatan dari sistem jika gelombang zombie datang lebih awal pada malam hari.
Melihat sosok Lilith yang tegar dan elegan meski dalam situasi sulit, Lucian dan Celina semakin kagum dan merasa bangga memiliki sekutu sekuat dirinya. Mereka bertiga pun berjalan menjauh dari medan pertempuran, bersiap menghadapi gelombang ancaman berikutnya bersama-sama, semakin sebagai tim yang tak tergoyahkan.
Flashback off
***
Di dekat reruntuhan hasil pertarungan mereka terdapat empat orang berbeda gender yang meminta maaf kepada Lilith, padahal yang mengomeli mereka adalah Celina. Mereka meminta maaf sedangkan Lilith ia hanya terdiam karena sedang berbicara dengan sistemnya, mencoba mengetahui kapan gelombang berikutnya akan datang bersamaan dengan sesuatu yang lebih besar dan berat. Sistem hendak melanjutkan penjelasan, tapi Lilith keburu disela oleh Adrian, yang menariknya dan menuntut penjelasan mengapa ia bisa berada bersama Lucian—tanpa menyadari bahwa Lucian adalah musuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi ke novel reverseharem?!
FantasyKarena sebuah undangan misterius di handphonenya, Seli terjebak dalam dunia novel penuh petualangan dengan genre reverse harem. Di dunia novel ini, dia dikenal sebagai Lilith dan akan bertemu karakter-karakter menarik dari lima dunia berbeda yang ma...