Hingga tiba waktunya, gelombang zombie beserta raja zombie datang ke setiap zona, bersiap-siap untuk menghancurkan siapa pun yang menghadang mereka.
"Sis, apa ada misi?"
[Ada, Nona. Tampilkan misi!]
Ting!!
Misi: Membunuh raja zombie
Hadiah: Rahasia
Hukuman: mati
Status : belum dikerjakan
"Sis, perasaan sistem nggak pernah nanya gue setuju ngerjain misi atau nggak. Kayaknya ada yang error, deh, sama sistem ini."
[Tidak ada yang error, Nona. Ini sudah termasuk syarat & ketentuan.]
"Kenapa lo nggak bilang?!" bentaknya.
[Nona kan bilang sudah tahu semua tentang sistem, jadi sistem pikir Nona tahu,] jawab sistem dengan acuh tak acuh. Lilith yang melihat itu memutar bola matanya dengan malas.
"Kalau ada misi yang merugikan gue, gue nggak bisa nolak gitu? Seperti sekarang ini, hukuman mati?!" ujarnya sambil menunjuk-nunjuk layar hologram itu.
[Tidak ada misi yang merugikan Nona Rumah.]
"Masa?! Dulu aja gue hampir mati kesambar petir kalau nggak berhasil, huft..."
[Saya memberikan misi karena saya yakin Nona akan menyelesaikannya.]
"Ohh, betapa manisnya itu," ledek Lilith sambil menoel-noel sistem berbentuk kucing itu, yang membuat kucing tersebut tampak kesal dan risih karena tubuh indahnya dipegang.
[Bzt..Sistem error,] ucapnya lalu menghilang.
"Hih, main pergi aja. Ya sudah deh, gue nyelesain tugas yang hadiahnya pun rahasia itu. Hah, menyebalkan sekaligus bikin penasaran."
Saat sedang mendumel kesal karena kelakuan sistemnya yang 'lucknut' itu, Lilith melihat Kian mendatanginya. Lilith langsung menyambutnya dengan senyum manis.
Deg.
'Cantik,' ucap batin Kian yang terbengong di tempat. Tanpa sadar, tangannya diambil oleh Lilith dan dicium, membuat Kian tersentak dari lamunannya. Wajahnya memerah karena melihat Lilith mencium tangannya, seperti adegan pangeran mencium putri—betapa terbaliknya adegan ini.
"Hehehe, hormat untuk pangeran tampan kita," ujar Lilith sambil nyengir, menertawakan dirinya sendiri ala bangsawan. Kemudian dia berdiri dan bersenandung. Selama dua minggu terakhir, dia terus melakukan ini untuk mendapatkan ramuan kesehatan, karena kesehatannya terus berkurang saat berada dekat Kian, membuatnya sering pingsan, yang sangat mengesalkan karena tidak terlihat keren sama sekali, terutama saat muntah darah di depan Kian yang khawatir.
"Ayo, Pangeran Tampan, waktunya membunuh zombie," ajak Lilith, lalu menarik tangan Kian yang masih malu. Kian hanya bisa pasrah mengikuti keinginan Lilith kesayangannya.
Ketika sampai di perbatasan zona aman, Lilith dan Kian melihat gerombolan zombie berada tak jauh dari tempat itu.
Kian pun tau, karena otaknya yang cerdas, bahwa zombie akan datang dan ini adalah akhir dari cerita di dunia pertama, merasa bersemangat, apalagi ditemani sang pujaan hati yang sedang nyengir tak jelas. Menurut Kian, Lilith terlihat sangat lucu—yah, begitulah cinta, tetap buta meski Lilith terlihat seperti Upik Abu sekalipun, Kian tetap mencintainya.
Tiba-tiba, gelombang pertama datang, membuat Lilith dan Kian bersiap menghadapi zombie-zombie itu. Mereka menebas para zombie satu per satu tanpa belas kasihan. Yang terlihat di mata mereka hanyalah kemenangan dan rasa haus darah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi ke novel reverseharem?!
FantasyKarena sebuah undangan misterius di handphonenya, Seli terjebak dalam dunia novel penuh petualangan dengan genre reverse harem. Di dunia novel ini, dia dikenal sebagai Lilith dan akan bertemu karakter-karakter menarik dari lima dunia berbeda yang ma...