Episode 33: You were mine, yesterday🥀

303 37 39
                                    

Just Fiction!
Hallo, tolong jangan bawa ini ke dunia nyata.
Happy reading💫
Guys, I need your likes and comments, thank you💖

Disclaimer:
The playlist that you have to play for this part:
1. Lauv - Mean it
2. Bernadya Full album
3. Juicy Luicy full album

○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○

Jessica terdiam di ambang pintu kamar. Dia bisa melihat Nathan tengah duduk di kursi di kursi makan. Sepertinya habis menghidangkan makanan yang sudah dimasaknya. Tapi laki-laki itu hanya diam sembari sesekali mengusap wajahnya kasar.

"Ayo, makan, Jessica." Ujarnya begitu sadar akan eksistensi Jessica di matanya.

Jessica berjalan mendekat. Ia bisa mencium aroma masakan Nathan pagi ini.

"Makan dulu." Perintah Nathan lembut.

Jessica duduk di kursi yang berhadapan dengan Nathan. "Hari ini mau jalan-jalan?" Tanya Nathan. Jessica menggeleng sembari memindahkan sedikit makanan ke piringnya.

"Aku mau ajak kamu jalan-jalan hari ini."

"Enggak perlu. Aku cuma mau di sini sampai sore sebelum balik ke hotel."

Jujur Nathan takut. Takut kehilangan Jessica. Takut ini menjadi pertanda bahwa Jessica akan melepaskannya usai pulang ke Belanda.

Nathan hanya diam. Hanya memperhatikan Jessica yang tengah makan sembari menatap makanannya. "Aku antar sampai London."

"Gak perlu." Tolak Jessica.

"Jess, please."

Jessica bisa melihat tatapan memohon Nathan. ".....berhenti hindari aku, Jessica. Aku tahu aku salah, tapi kita harus selesaikan ini tanpa berlarut-larut." Pinta Nathan.

Jessica meletakkan sendoknya. Makanan di piring nya masih ada. Rasanya nafsu makannya sudah tidak ada. "Aku kecewa sama kamu. kamu tahu, rasanya sakit melihat kamu, Nathan. Sakit. Sakit begitu tahu semuanya. Tetap ada di sini sama kamupun gak mudah rasanya untuk aku. Menghindar setidaknya bisa buat aku gak ngerasain sakit dulu." Jelas Jessica.

Nathan menjambak rambutnya sendiri. "What should I do then?" Nada Nathan kali ini terdengar sedikit frustasi.

"Leave me alone."

Nathan menggeleng. "Gak bisa! karena kita kondisinya seperti ini. Semua akan lebih rumit kalau kita sama-sama menjauh." Jelas Nathan.

Jessica bangkit berdiri. "Kita baik-baik aja kemarin. Kamu yang buat kita jadi seperti ini." Tegas Jessica.

"Ya. I did it! Tapi aku mau kita selesaikan ini dulu, Jess. Dengarkan aku dulu. Tolong. Kasih aku kesempatan."

"Aku sudah dengar dari Laura. Semuanya." Sahut Jessica.

"Apa? Apa yang dia bilang? Kenapa cuma mau dengar dari sisi Laura? Kenapa gak dari aku juga?" Tanya Nathan. Kali ini dia ikut berdiri. Nathan mulai terlihat emosi. Namun, berkali-kali laki-laki itu mencoba menahannya.

Jessica menatap Nathan. "I ever trusted you, Nathan. But you lie to me." Tegas Jessica.

"Demi tuhan, Jessica! Demi Tuhan aku gak akan bohong lagi. Aku akan cerita semuanya tanpa kebohongan! Kasih aku kesempatan." Nathan mendekati Jessica.

Jessica menggeleng kemudian beelalu masuk ke kamar meninggalkan Nathan yang menonjok keras kursi makannya.

Jessica mengintip dari celah pintu. Nathan kembali duduk di kursi makan sembari berkali-kali mengusap wajahnya kasar.

Stay or Leave  || Nathan Tjoe-A-OnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang