"Alhamdulillah, cerai!"
Larasati Piliang yang akrab disapa Lara itu dengan gembira mengangkat akta perceraiannya sambil berjoget. Perempuan dua puluh delapan tahun itu sudah menikah dua kali, dan bercerai dua kali pula. Alasan perceraiannya masih klise; dia diselingkuhi, baik oleh suami pertama, maupun oleh suami kedua—yang mana keduanya sudah resmi menjadi mantan terkutuk.
"Lo nggak ngerekam gue gitu, Jer? Biar gue viral?" tanya Lara kepada Jerry, satu-satunya sahabat yang masih tersisa. Sembari itu, Lara masih berjoget tanpa peduli mantan suami kedua dan selingkuhannya melihat mereka dari kejauhan.
"RAM gue penuh kalo muka lo yang masuk ke kamera," tandas Jerry. Dia menatap Lara dengan ekspresi miris campur geli. "Udahan, Ra. Lo joget gitu, aslinya lo stres parah, 'kan?"
"Siapa bilang?" Lara masih berjoget, seakan-akan dia tengah mendengar irama dangdut dari dalam kepalanya sendiri. "Gue bahkan ngerasa kalo gue satu-satunya orang paling bahagia di dunia ini."
Satu jam kemudian ....
"Kenapa semua laki-laki jahat sama gue, Jer? Kenapa gue nggak boleh mencintai dan dicintai seumur hidup? Kenapa semua orang gampang banget buat selingkuh, sementara gue dilahirkan jadi orang paling setia sedunia? Kenapa, Jer? Kenapaaa?"
Lara menangis frustasi sembari meneguk teh es jumbo yang sudah dia habiskan dua gelas. Jerry yang melihatnya tak tahu harus kasihan atau tertawa menghadapi sikap Lara yang sebelumnya mengaku sebagai orang paling bahagia sedunia, kini menjadi orang paling menderita sedunia.
"Karena lo belum nemu jodoh lo yang sebenarnya," balas Jerry sambil melahap nasi gorengnya santai. "Mereka pergi bukan karena lo yang salah, tapi emang karena mereka nggak pantas buat lo."
Lara menangis terharu. "Kalo gitu, siapa jodoh gue sebenarnya, Jer? Siapa yang pantas buat gue?"
"Mana gue tau? Lo pikir gue yang nulis nama jodoh lo di Lauhul Mahfuz?"
Usai meneguk teh esnya dramatis, Lara akhirnya berkata, "Gue nggak bakal nikah lagi." Dia tersenyum dengan ingus meler dari lubang hidungnya. "Gue bakal buktiin ke semua orang kalo gue bisa hidup sendiri tanpa menikah."
"Iya. Yang penting lap dulu ingus lo."
Setelah menghabiskan waktu seharian dengan Jerry sang sahabat sejak kecil, Lara berjalan lunglai menuju rumah peninggalan orang tuanya. Sejak menikah dengan suami kedua, mereka tinggal di sana selama dua tahun. Dan suami kedua yang sudah menjadi mantan itu hengkang dari rumahnya sejak Lara mengetahui dirinya dicurangi.
Sebenarnya, mantan suami keduanya itu adalah pria yang santun dan baik. Namun, kebaikannya menenggelamkan Lara hingga dirinya tak mengetahui bahwa pria itu mengkhianatinya selama lebih dari setahun.
Padahal, Lara sudah berbaik hati menerima pria mandul itu. Dia tak menyangka kemurahan hatinya malah justru dibalas dengan liur.
Lara benar-benar tak ingin mempercayai cinta lagi.
Sudah cukup memikirkan soal jodoh dan menikah. Dirinya mungkin sudah ditakdirkan untuk hidup sendiri dan melajang sampai mati.
Lara tak ingin menikah lagi setelah ini.
Usai menutup pagar rumahnya, Lara berjalan gontai menuju teras rumah. Sekilas, sudut matanya seperti melihat cahaya dari rumah kosong di sebelahnya. Namun, begitu dia menoleh, jendela-jendela gelap itu tetap seperti biasa; gelap, karena rumah itu memang sudah tak berpenghuni sejak tiga bulan lalu.
Lara mengedikkan bahunya tak acuh. Terserah jika rumah di sebelahnya masih kosong atau sudah berpenghuni, atau malah dihuni oleh makhluk lain, Lara tak peduli.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jangan Membenci Mantan
Romance"Aku nggak bisa jatuh cinta lagi, karena cintaku habis di kamu." ------------- Perceraian kedua membuat Lara memutuskan untuk sendirian seumur hidupnya. Di luar kendalinya, Raka si pembalap kondang kembali hadir di kehidupannya. Lara yang membenci R...