Dua Puluh Satu

10 2 0
                                    

Sejak Michelle berteriak di lobi dan menyerukan soal skandal antara dirinya dan Raka, satu kantor mulai heboh. Michelle dan Raka sama-sama publik figur yang cukup dikenal. Sebelumnya Raka memang sering digosipkan atas skandalnya dengan Michelle. Namun, saking banyaknya model-model dan publik figur lain yang dikait-kaitkan dengan Raka, berita Raka dengan Michelle jadi sering tenggelam.

Sekarang, satu gedung menggosipkan Lara yang katanya ternyata adalah mantan istri dari seorang Raka. Banyak yang tak percaya, makanya mereka banyak yang bertanya tentang kebenarannya. Namun, sikap cuek Lara yang tak akan berbicara jika bukan membicarakan soal pekerjaan, membuat rekan-rekan kantor memilih mundur daripada harus melihat lirikan sadis Lara.

Rita yang merupakan satu-satunya orang yang di kantor yang akrab dengan Lara pun, bahkan mendapatkan perlakuan yang sama.

"Lo beneran mantan istrinya Raka, Ra?" Rita bertanya untuk yang kesekian kali. Bagaimanapun, dia masih tak menyangka. Bisa-bisanya teman sejawatnya itu menyimpan rahasia yang sangat besar. Pantas saja Lara selalu enggan mendengar Rita bercerita tentang sang idola. Ternyata Lara punya alasan tersendiri!

Melihat Lara hanya diam, Rita kian menghela napas sabar. Sekejap, Rita merasa salut dengan Lara yang pandai meneguhkan privasi. Padahal, Raka itu cukup terkenal. Tapi bisa-bisanya tak ada yang tahu bahwa Lara pernah menjadi mantan istrinya. Rita jadi kagum sendiri. Pasti tak mudah untuk Lara sendirian menjaga privasinya. Tak mudah juga pastinya untuk Lara bertahan sendirian mendengar skandal demi skandal mantan suaminya.

Itu mengingatkan Rita dengan artis Jepang yang tetap tenang menghadapi isu perselingkuhan suaminya dengan artis lain, dan memilih bercerai serta membawa tiga anaknya ke luar negeri untuk menyembuhkan lukanya tanpa membuat publik harus tahu seberapa dalam luka yang dia terima.

Bijaknya, seakan tak memerlukan simpatisan, dia selalu memposting momen-momen bahagia—seakan-akan ingin menunjukkan bahwa dia dan anak-anaknya baik-baik saja.

Rita yakin Lara pasti juga ingin pergi ke tempat di mana dirinya tak menemukan satu orang pun yang membicarakan soal Raka di sana. Tapi Lara memilih tegar di kotanya sendiri; menjadi salah satu karyawan yang paling disegani meskipun dia bukan pimpinan, melainkan hanya seorang editor.

Entah mengapa, Rita jadi bangga sendiri bisa mengenal Lara, dan itu tak ada sangkut-pautnya dengan kenyataan bahwa Lara ternyata pernah berhubungan dengan Raka sang idola. Rita memang selalu mengira bahwa hidup Lara pasti tidak mudah. Dan ternyata memang tidak mudah, tetapi Lara mampu menutupinya dengan sangat baik hingga orang-orang jadi berpikir bahwa hidupnya lempeng saja; tak pernah ditimpa masalah.

Kadang-kadang, sendirian menyimpan masalah itu baik. Bahkan sangat baik. Tapi kadang-kadang, sendirian menyimpan masalah itu justru adalah masalah sebenarnya.

"Gue nggak maksa lo buat cerita sih, walaupun sebenarnya gue pengen tau ...." Rita tersenyum sedih. "Tapi nggak papa, deh. I wish you still be okay no matter what happen."

**

Untuk kedua kali, Jerry melihat Lara kurang semangat lagi makan bersamanya. Padahal, mereka sudah mengganti tempat makan dari nasi goreng ke pecel lele.

"Lo udah muak makan bareng gue ya, Ra?" tanya Jerry. Lara yang tengah termenung jadi sontak mendongak menatap Jerry yang duduk di depannya.

"Hah? Muak gimana?"

"Loyo mulu lo tiap gue ajak makan belakangan ini. Udah bosen lo liat muka gue dari jaman zigot?"

Lara berdecih sembari tak dapat menahan kekehnya. Jerry memang satu-satunya orang yang membuatnya selalu bingung harus marah atau tertawa ketika menanggapi sikap sahabatnya itu.

Jangan Membenci MantanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang