"Aku nggak bisa jatuh cinta lagi, karena cintaku habis di kamu."
Perceraian kedua membuat Lara memutuskan untuk sendirian seumur hidupnya. Di luar kendalinya, Raka si pembalap kondang kembali hadir di kehidupannya. Lara yang membenci Raka setengah m...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Aunty!!"
Salsabil yang akrab disapa Abil, saat itu masih berumur dua tahun ketika berlari menyambut Michelle yang datang bertamu setelah sekian lama tidak berkunjung. Abil sudah lancar bicara dan mengenali banyak orang di umur segitu. Dia seperti anak kecil pada umumnya. Yang membuatnya berbeda hanya ... mungkin kecantikannya?
Surai putihnya dibiarkan tergerai indah. Bulu matanya yang lentik, seperti benang emas yang tumbuh di kelopak matanya. Hidung tinggi yang mungil dan bibir ranum merah muda, serta sepasang mata amber yang seLara dengan warna alis serta bulu matanya, membuat wujudnya terlihat seperti Elf, si bidadari dalam fantasi.
"Abiiil!" Michelle rela membuang tas mahalnya ke lantai hanya agar dirinya bisa menyambut dan menggendong Abil yang mungil. Saat itu, dia sudah sangat cantik dan tak lusuh lagi seperti saat masih sekolah dulu. Dia juga mampu membeli barang-barang mahal dari profesinya sebagai model catwalk dan bintang iklan.
Michelle membalas orang-orang yang pernah menghinanya dengan kesuksesannya. Dia merasa menang dan lega ketika mengetahui para pembully-nya dulu hidupnya bahkan tak lebih baik dari Michelle saat Michelle dikucilkan dulu.
"Ih, Abil masih acem. Belum mandi, ya?" tanya Michelle usai mengecup pipi Abil dengan gemas.
"Beyum ihihihihi." Abil terkikik malu. Membuat Michelle semakin gemas dan justru memeluknya semakin erat. Dia terpaksa menurunkan Abil kembali ke lantai karena dirasanya Abil sudah tak seringan sebelumnya.
"Aunty ada gelang homemade buat kaaamu. Aunty yang bikinin sendiri pas lagi di Singapur kemaren," kata Michelle sambil mengusai isi tasnya. Sedangkan Abil yang sedang merangkul leher Michelle dengan manja tampak tak sabar melihat gelang yang akan diberikan padanya.
"Aunty ke Singapul? Ke patung meong itu?"
Michelle terkekeh. "Patung singa, Sayang. Bukan meong."
"Yang singanya muntahin watel teljun itu?"
"Huhu, air mancur, yaa. Bukan water terjun." Michelle mengeluarkan gelang dengan mutiara merah muda dan manik-manik kerang dari dalam tasnya, kemudian menunjukkan benda itu ke wajah Abil yang seketika terlihat semringah. "Ini diaaa. Is cute, isn't right?"
Dengan sangat menggemaskan, Abil mengangguk dengan ekspresi haru dan senang. "Cute bangeeet."
"Sini, mana tangannya?" Michelle mengambil tangan mungil Abil, memakaikan gelang itu ke pergelangan tangan Abil. Abil terlihat bersemangat dan senang sekali. Dia langsung memeluk Michelle dengan riang tanpa lupa menitipkan kecup sayang di pipi sahabat orang tuanya itu.
"Thank you, Aunty ...." Abil mengucapkan itu dengan tulus dan bersungguh-sungguh. Michelle yang mendengarnya jadi terharu dan senang.