Enam

1.8K 84 1
                                        


"Lo suka sama Raka ya,Ra?"

Lara menoleh pada teman barunya saat itu. Michelle namanya; siswi yang keberadaannya jauh lebih tipis daripada Lara, juga jauh lebih menyedihkan.

Michelle yang besar di keluarga problematik, membuatnya tumbuh menjadi pribadi yang menyendiri; menjadi mainan empuk para pembully. Ditambah Michelle saat itu cupu dan culun, lusuh, sangat tidak nyaman dilihat. Menjadikan alasan bagi para pembully untuk menindasnya tanpa simpati.

Lara juga penyendiri—kalau saja Raka dan Jerry tidak ada di dunia ini. Namun, entah bagaimana, sifat pemberani Lara sudah terbentuk sejak dia masih sangat kecil, membuatnya tak terdeteksi oleh para pembully. Dia tak takut pada siapa pun selagi dia tak salah. Dan nyali itu dia gunakan untuk menolong Michelle yang di-bully tepat di depan matanya.

Bak memerdekakan seorang budak, sejak melawan para pembully itu, Michelle langsung bebas dan selalu lengket dengan Lara ke mana-mana.

Lara sudah menjadi pahlawan untuk Michelle. Michelle sangat menghormatinya. Tak hanya berani dan cantik, Lara juga sangat baik karena sudi menjadikan dirinya teman; membuatnya bergabung dengan Jerry dan Raka sang most wanted sekolah.

Michelle menyayangi Lara. Laki-laki yang Michelle sukai, tampaknya juga sangat menyayangi Lara. Karena itu, Michelle berharap Lara menyukai laki-laki lain saja. Bukankah Jerry juga tak kalah ganteng dan keren? Jerry juga sangat menyayangi Lara—meski rasa sayangnya kentara jelas menunjukkan rasa sayang sesama sahabat saja, bukan seperti Raka; yang dari tatapannya pada Lara saja, orang-orang sudah bisa menebak betapa besarnya keinginan laki-laki itu untuk memiliki Lara.

"Suka." Lara menjawab pertanyaan Michelle dengan santai dan spontan. "Gue juga suka Jerry. Suka sama lo juga." Lara tersenyum. "Siapa pun yang nge-treat gue dengan baik, gue bakalan suka, siapa pun orangnya."

Michelle meringis. Meski pemberani dan cantik, Michelle menduga Lara sepertinya kurang peka terhadap hal-hal berbau romansa. Agaknya juga, Raka sedikit kewalahan karena Lara tidak juga peka dengan perasaan lelaki itu meski Raka sudah memperlakukan Lara dengan sangat spesial.

Mungkin karena Jerry juga memperlakukan Lara dengan spesial, Lara jadi tak membeda-bedakan dua laki-laki itu dan menganggap keduanya adalah sama.

"Bukan suka yang kek gitu maksud gue sih, Ra," kata Michelle. "Suka kayak ... lo ibaratnya kepengen Raka jadi suami lo gitu."

Lara langsung tercenung. Ekspresinya yang bingung dengan kening mengernyit saat menatap Raka yang sedang bermain basket di lapangan sekolah itu malah terlihat lucu.

"Raka? Jadi laki gue?" Entah mengapa saat itu Lara langsung merinding. Dia menggelengkan kepalanya; seakan-akan tengah mengusir bayangan masa depan dengan Raka yang menurutnya terbayang sangat aneh. "Amit-amit, amit-amit."

Michelle tertawa kecil. Benar dugaannya. Lara tak peka. Lara tak tahu betapa Raka menyukainya. Lara juga ternyata saat itu tak memiliki perasaan yang sama.

Kasian Raka. Harusnya Raka suka dengan Michelle saja. Namun, Michelle sadar diri. Dibanding Lara yang cantik dan punya aura memikat yang khas, Michelle sama sekali tak menarik. Bahkan cowok paling cupu dan jelek di sekolah saja ogah dijodoh-jodohkan dengannya.

"Kok, amit-amit, sih? Kalian cocok, kok."

"Plis, Chel. Plis banget. Gue nggak mau ngebayangin. Bisa-bisa ntar otak gue korslet parah, lagi."

Michelle tertawa lagi. "Kenapa, sih?"

Mata Lara melotot saat menatap Michelle serius. "Suram banget, Chel. Lo nggak tau Raka tuh orangnya gimana!"

Jangan Membenci MantanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang