dengerin lagu di-mulmed biar makin berasa ftv-nya•
••
•Segan, anak kota yang cuek dan tengil, dipaksa ayahnya tinggal di desa selama sebulan untuk belajar hidup sederhana. Di sana, ia harus tinggal bersama sahabat ayahnya, Om Hardi, yang memiliki seorang putri bernama Winna, gadis Sunda yang lembut dan sopan. Segan yang terbiasa hidup bebas di kota, bertemu dengan Winna yang sederhana dan santun, memunculkan kisah cinta yang unik dan kocak di antara mereka.
---
Segan turun dari mobil dengan tampang bete dan membawa tas besar, memperhatikan suasana desa yang terasa asing. Udara segar, hamparan sawah, dan jalan setapak yang sunyi, semua terlihat aneh baginya. Di halaman rumah, Winna sedang menyapu dan menatapnya dengan senyuman ramah.
"Wilujeng sumping, Kak Segan," sapa Winna lembut.
Segan menaikkan alis. "Wilujeng... what?"
"Wilujeng sumping. Selamat datang, Kak," jelas Winna dengan sedikit tawa.
"Eh, iya. Thanks. Tapi... kayaknya di sini... sepi banget ya," kata Segan sambil melirik sekitar. "Beneran gak ada mall atau kafe gitu?"
Winna tertawa kecil. "Di sini mah enggak ada, Kak. Paling ke pasar atau warung aja kalau butuh sesuatu."
Segan menghela napas panjang. "Ya ampun... bakal susah nih gue adaptasi di sini."
Winna tersenyum sabar. "Sabar aja, Kak. Nanti juga betah."
---
Setelah beberapa hari di desa, Segan terpaksa membantu Winna mencuci piring di sumur belakang rumah. Ia terlihat kesal dan kebingungan memegang gayung.
"Jadi di sini gak ada, ya, kayak... mesin cuci piring atau apa gitu?" keluh Segan sambil mengerutkan kening.
Winna tersenyum geli. "Enggak ada, Kak. Pake tangan aja. Hemat air dan listrik."
Segan mendengus. "Iya sih... tapi capek banget ya, Win. Di Jakarta gue tinggal pencet tombol."
"Itu karena Kakak belum terbiasa. Di sini mah semua serba manual. Tapi kan, kalau bareng-bareng gini, jadi lebih seru, kan?" Winna menatapnya dengan senyum polos.
Segan mendadak terdiam, terkesima. "Ya... lumayan sih."
---
Suatu sore, Segan mencoba mencari sinyal dengan mengangkat hp-nya tinggi-tinggi, berjalan keliling halaman. Winna yang sedang duduk di dekat situ hanya memperhatikannya sambil menahan tawa.
"Sinyalnya jelek banget sih di sini, Win. Ini bener-bener kayak... di luar jangkauan dunia," keluh Segan frustrasi.
Winna tersenyum lembut. "Di sini memang susah, Kak. Mendingan ngobrol aja sama orang langsung. Lebih asyik daripada main hp."
Segan memandang Winna sejenak, lalu tersenyum tipis. "Kayaknya gue ngerti sekarang kenapa lo bisa tenang banget. Hidup di sini ternyata... ada vibe-nya sendiri."
Winna mengangguk. "Betul, Kak. Di sini mah, kita nikmatin yang ada aja. Asal bisa kumpul sama keluarga, udah cukup."
---
Setelah hampir sebulan di desa, Segan dan Winna berjalan santai di sawah pada sore hari. Mereka berbincang tentang padi yang sedang tumbuh subur."Jadi, lo tiap hari bantuin di sawah gini, Win?" tanya Segan sambil memperhatikan tanaman padi.
Winna mengangguk. "Iya, Kak. Ini kan pekerjaan kami. Kalau bukan kita yang nanem dan rawat, enggak ada yang bakal panen."
Segan tersenyum kagum. "Salut banget sama lo, Win. Gue gak pernah bayangin harus kerja seribet ini buat makanan yang gue makan di kota."
Winna tertawa kecil. "Kak Segan juga hebat kok, meskipun baru pertama kali. Lama-lama pasti makin bisa."
Segan mendekat dan menatap Winna dengan pandangan serius. "Win, lo tuh... gue gak nyangka ada orang kayak lo, yang bikin gue merasa hidup simpel itu ternyata bisa bikin bahagia."
Winna tersipu. "Ah, Kakak bisa aja."
---
Pada hari terakhir Segan di desa, mereka duduk di bawah pohon besar di ujung sawah sambil menikmati angin sore.
"Win, gue gak nyangka sih. Gue bakal kangen tempat ini... dan... kangen lo juga," ucap Segan sambil menatap jauh ke hamparan sawah.
Winna tersenyum kecil, menunduk sambil memainkan ujung jilbabnya. "Kak Segan bisa datang lagi, kapan aja. Desa ini selalu terbuka buat Kakak."
"Serius, Win. Gue gak tahu kapan lagi bisa balik. Tapi, kalau gue balik lagi... lo bakal tunggu gue, kan?"
Winna menatapnya sambil tersenyum tipis. "Di sini mah gak ada yang berubah, Kak. Kakak datang kapan saja, desa ini akan tetap sama. Termasuk aku."
Segan tersenyum lebar, lalu mengangguk. "Gue bakal balik, Win. Gue janji."
Mereka berdua saling menatap dalam diam, seolah waktu berhenti. Di tempat sederhana itu, mereka menemukan perasaan yang jauh lebih tulus daripada yang pernah mereka duga.
S E L E S A I
SUMPAHH INITUH BERASA BANGET FTV-NYAAA WKWKWKWK😭😭, jadi ngebayangin Sunghoon sama Wonyoung main drama bareng.
KAMU SEDANG MEMBACA
SNAPSHOTS IN TIME • JANGKKU
Teen Fiction"Bayangkan setiap bab seperti satu foto, masing-masing dengan cerita, warna, dan emosinya sendiri. 'Snapshots in Time' menghadirkan kisah-kisah yang berdiri sendiri, namun masing-masing meninggalkan gema, mengingatkan kita akan momen berharga dalam...