Debat Rasa Sayang

22 14 1
                                    

Di bawah langit senja Jakarta yang udah mulai redup, Wilona tampak sibuk di ruang OSIS, menyusun laporan kegiatan bulan lalu. Sudah sore, dan mayoritas anggota udah pada cabut. Tiba-tiba, langkah seseorang terdengar mendekat. Siapa lagi kalau bukan Sira.

"Lo sadar nggak sih, Wil? Itu laporan ada salah input," komentar Sira sambil ngelirik laptop Wilona dengan ekspresi kayak bos besar.

Wilona mendengus kecil, "Lagi-lagi lo, Sir. Nggak bisakah sekali aja lo lewat tanpa komen soal kerjaan gue?"

Sira menyeringai, sedikit provokatif, "Gue cuma bantu lo buat nggak bikin kesalahan, Wil. OSIS kan bukan ajang coba-coba."

Mendengar itu, Wilona hanya bisa membalas dengan tatapan penuh sarkasme. "Thanks, Sir, tapi gue bisa kok handle ini tanpa lo komentar."

Di mata anggota OSIS lainnya, Wilona dan Sira kayak dua kutub yang nggak pernah ketemu. Setiap rapat, pasti aja ada aja yang bikin mereka debat panas. Wilona, si sekretaris yang perfeksionis dan Sira, si wakil ketua OSIS yang punya standar setinggi langit. Tapi anehnya, di tengah gesekan mereka, selalu ada momen-momen kecil yang bikin Wilona merasa... ya, mungkin dia nggak benci-benci banget sama Sira.

---

Besoknya, Wilona datang ke sekolah agak buru-buru. Lagi pegang banyak buku di tangannya, tiba-tiba tanpa sengaja satu bukunya jatuh. Sira, yang lagi jalan ke arah kelasnya, reflek nunduk dan bantuin Wilona ambil bukunya.

"Masih pagi udah bikin acara tebar buku," kata Sira sambil ngasih buku yang jatuh ke Wilona.

Wilona memutar mata, "Yaudah, thanks, Sir."

Sira cuma mengangguk tanpa banyak bicara, terus langsung pergi. Momen kecil kayak gini udah sering banget kejadian antara mereka, kayak cuma basa-basi. Tapi bagi Wilona, tindakan kecil Sira ini kayak ngasih kode kalau, mungkin aja, di balik sikapnya yang sering kritik, dia sebenarnya perhatian.

Di lain hari, Wilona lagi ngerjain tugas OSIS yang udah bikin dia pusing tujuh keliling. Sira datang dan tanpa ngomong banyak langsung ngambil alih sebagian kerjaan Wilona.

"Nggak usah, Sir, gue bisa handle ini sendiri," ujar Wilona sambil ngelirik Sira.

Sira cuma angkat bahu, "Gue tau lo bisa, tapi kalau ada gue, semuanya kan jadi lebih cepat selesai. Gue cuma bantuin, kok."

Anehnya, Wilona nggak protes lagi. Dia diam-diam merasa bersyukur ada Sira di situ. Biar sering bikin dia jengkel, tapi Sira selalu ada buat dia, apalagi kalau Wilona lagi stuck. Di balik sikapnya yang suka kasih kritik, Sira itu orang yang nggak segan kasih bantuan secara halus, kayak act of service yang nggak pernah kelihatan.

---

Suatu hari, pas rapat OSIS, ada satu anggota yang telat nyelesain tugas. Wilona mau ngomel, tapi Sira langsung ngasih isyarat biar dia tenang.

"Tenang aja, Wil, biar gue yang handle," bisik Sira sambil narik nafas dalam.

Sira pun ngasih arahan dengan sabar, meskipun biasanya dia cukup tegas. Di situ Wilona jadi sadar, ternyata Sira nggak selalu sesempurna yang dia tunjukin. Di balik sifat kerasnya, dia juga tahu gimana caranya buat jaga suasana biar nggak makin tegang.

Setelah rapat selesai, Wilona tetap di ruang OSIS, menunggu yang lain keluar, lalu akhirnya berkata, "Thanks ya, Sir. Tadi lo bantu handle dengan cara yang... surprisingly kalem."

Sira ngelihat Wilona, seolah nggak nyangka dia bakal bilang itu. "Nggak masalah, Wil. Kadang kita cuma perlu kasih waktu buat orang-orang buat improve, termasuk gue, mungkin."

Wilona senyum tipis, baru kali ini dia ngerasa bisa ngomong tanpa bawa-bawa perasaan kesel sama Sira.

"Jadi lo tahu ya... ternyata lo bisa nyantai juga kalau mau," ledek Wilona sambil tersenyum kecil.

Sira nyengir, "Dan lo ternyata nggak selalu defensif kalau ada gue kasih masukan."

Mereka tertawa kecil, dan di detik itu, Wilona sadar, hubungan mereka sebenarnya nggak seribet yang orang-orang kira. Di balik semua clash dan argumentasi, Sira dan Wilona nggak bisa menghindar dari kenyataan kalau mereka saling butuh.

Dan di bawah langit sore Jakarta yang udah mulai gelap, Wilona ngerasa ada harapan baru buat nggak cuma sekedar "sekretaris" dan "wakil ketua OSIS."

S E L E S A I

SNAPSHOTS IN TIME • JANGKKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang