Langkah Di Tanah Sawah
(Sebelum satu bulan)Di sebuah desa kecil yang asri, hiduplah Winna, gadis ceria keturunan Sunda yang sangat menyukai kucing. Dia punya kucing gendut bernama Pudding, yang selalu menemani hari-harinya. Di sisi lain, ada Segan, yang dipanggil "Kak Segan" oleh Winna. Segan adalah anak Jakarta Selatan yang kaya raya, dia dihukum ayahnya untuk menetap selama satu bulan di desa, Segan itu clueless tentang kehidupan pedesaan.
Suatu sore, Winna bersemangat ingin mengadakan kontes kucing di desanya. "Aku harus ngajak Kak Segan!" pikirnya. Dia segera berlari menuju rumah Kak Segan.
"Kak Segan!" teriak Winna sambil melambai. "Kak, aku mau bikin kontes kucing! Pudding pasti bisa juara!"
Segan yang lagi asyik main game di ponselnya menanggapi dengan santai, "Hah? Kontes kucing? Seriously, Win? Kucing bisa juara? Ini bukan ajang pencarian bakat, kan?"
Winna menjawab, "Iya, Kak. Kontes ini penting buat aku dan kucingku. Pudding ini kucing yang sangat istimewa!"
Segan mengangkat alisnya. "Oke, fine! Tapi gue gak ngerti soal kucing, ya. Kucing itu, kan, suka tidur terus? Emang bisa juara?"
"Betul, Kak. Tapi kita bisa bikin acara yang seru dan menyenangkan untuk semua orang," Winna menjelaskan dengan penuh semangat.
Setelah beberapa hari persiapan, kontes kucing pun dimulai. Winna dengan bangga membawa Pudding ke panggung. "Tadaa! Ini dia! Kucing gendutku, Pudding!" teriak Winna penuh semangat.
Segan yang masih bingung berbisik, "Jadi, kucingnya harus bisa berdiri gitu, ya? Kita latih supaya bisa tampil di panggung."
"Wah, Kak Segan! Kucing bukan anjing! Pudding enggak mau melakukan itu!" Winna menjelaskan sambil tertawa.
Segan tetap ngotot, "Tapi di Jakarta, kucing bisa dilatih, loh. Kita ajarin Pudding supaya bisa tricks! Biar terkenal di Instagram!"
Ketika giliran Pudding untuk tampil, Segan berusaha membuat Pudding berdiri. Namun, Pudding yang nyaman tidur justru melongok ke arah penonton dengan malas.
"Pudding! Ayo, berdiri!" teriak Segan sambil berusaha mengangkat kucingnya, tapi makin dipaksa, Pudding malah menggeliat menjauh.
"Duh, Kak Segan, kucing itu bukan entertainer! Dia ingin tidur, bukan tampil!" Winna ketawa sambil melihat tingkah Kak Segan.
Segan melongo. "Oh, jadi dia enggak mau ikut? Ya udah, kita kasih tahu dia tentang hadiahnya, deh!"
Sementara itu, seorang ibu tua dari desa menghampiri. "Wah, kucingnya gendut banget! Kayaknya sering ngemil, ya?"
Segan yang merasa perlu menjelaskan menjawab, "Iya, Bu. Ini diet premium, kucingnya harus classy!"
Orang-orang di sekitar mulai tertawa. Winna geleng-geleng kepala. "Kak Segan, Pudding ini kucing desa, bukan kucing dari Jakarta!"
Kontes pun berlanjut, dan Pudding tetap menjadi pusat perhatian meskipun tidak bisa berdiri. Ternyata, kebodohan Kak Segan justru bikin suasana semakin ceria.
Setelah beberapa lomba, tiba saatnya pengumuman pemenang. Winna dan Segan menunggu dengan penuh harap. "Aku berharap Pudding menang, Kak!" seru Winna.
Akhirnya, Pudding dinyatakan sebagai "Kucing Ter-Gendut" di desa! "Kita menang, Kak!" Winna berteriak sambil memeluk Pudding yang terlihat sangat santai.
Segan senyum lebar. "Gila! Ternyata kucing gendut bisa juara juga, ya? Ini hype banget!"
Winna melirik Kak Segan dan berkata, "Makasih ya, Kak Segan! Kita sudah bikin kontes paling konyol!"
Sejak saat itu, mereka semakin akrab. Setiap kali ada acara, Segan pasti ikut membantu Winna. Dia mulai belajar tentang kehidupan desa dan terutama tentang kucing.
Segan belajar banyak hal di tengah tawa dan kekonyolan, serta Pudding si kucing gendut yang selalu berhasil bikin hari-hari mereka penuh warna.
————S E L E S A I————
KAMU SEDANG MEMBACA
SNAPSHOTS IN TIME • JANGKKU
أدب المراهقين"Bayangkan setiap bab seperti satu foto, masing-masing dengan cerita, warna, dan emosinya sendiri. 'Snapshots in Time' menghadirkan kisah-kisah yang berdiri sendiri, namun masing-masing meninggalkan gema, mengingatkan kita akan momen berharga dalam...