Di tengah hiruk-pikuk acara reuni SMA, Wonyoung melangkah masuk dengan hati yang sedikit berdebar. Sudah dua tahun sejak ia putus dari Sunghoon, mantannya yang sangat berarti baginya. Sejak itu, mereka hampir tidak pernah bertemu. Namun, di acara reuni ini, Wonyoung sudah menduga bahwa akan ada momen di mana ia bertatap muka dengan pria yang dulu pernah mengisi hatinya.Wonyoung menghela napas, berusaha menguatkan diri. "Kamu harus kuat, Won. Ini cuma reuni," gumamnya pelan. Ia mencoba tersenyum, menyapa teman-teman yang datang, sampai akhirnya ia melihat sosok yang selama ini ia hindari.
Sunghoon tampak berdiri di seberang ruangan, tertawa dengan teman-temannya. Rambutnya yang acak-acakan, senyum tipis yang familiar, dan mata yang terlihat begitu hangat, semuanya masih sama. Wonyoung merasakan jantungnya berdegup lebih cepat. Ia buru-buru mengalihkan pandangan, berharap Sunghoon tidak menyadari kehadirannya.
Namun tak lama, seseorang menyentuh bahunya dengan lembut. "Won, lama tidak bertemu," suara lembut itu membuat Wonyoung terperangah.
"Sunghoon..." Wonyoung mencoba tersenyum setenang mungkin. "Apa kabar?"
Sunghoon mengangguk. "Baik. Kamu sendiri? Kelihatan hebat, ya." Senyumnya masih hangat seperti dulu, senyum yang selalu membuat Wonyoung lemah.
Wonyoung tersenyum kecil, meski dalam hati ia masih menahan perasaannya yang perlahan muncul kembali. "Aku baik. Senang lihat kamu juga."
Mereka berbasa-basi sebentar, dan Sunghoon, seperti kebiasaannya, langsung mengeluarkan candaan yang membuat Wonyoung tertawa lepas. Mereka teringat betapa dulu hal-hal kecil seperti ini yang membuat mereka nyaman bersama.
Setelah beberapa saat, Sunghoon mengajak Wonyoung keluar dari keramaian. "Yuk, ngobrol di luar aja? Di sini ramai banget," katanya, tersenyum.
Wonyoung ragu sejenak, tapi akhirnya mengangguk. "Boleh, biar nggak berisik juga," jawabnya. Dalam hati, ia berusaha tetap tenang, meski jarak yang dekat dengannya membuat kenangan lama kembali menguasai pikirannya.
Mereka berdua duduk di bangku taman dekat gedung acara. Udara malam yang sejuk dan suasana yang tenang membawa Wonyoung kembali ke masa-masa dulu.
"Masih suka ngelamun, ya?" tanya Sunghoon tiba-tiba, mengalihkan pandangan dari langit malam ke wajah Wonyoung.
Wonyoung tersenyum malu, merasa sedikit tersentuh karena Sunghoon masih ingat kebiasaannya itu. "Iya, sedikit. Kamu juga masih sama, suka godain aku." Ia tertawa pelan, berusaha menganggap ini hanya percakapan biasa.
Sunghoon tersenyum simpul. "Aku senang kamu nggak banyak berubah."
Hati Wonyoung bergetar mendengar kata-kata itu. Tapi ia menahan diri, mencoba mengalihkan pembicaraan. "Oh ya, gimana kerjaanmu sekarang?"
Mereka berbicara tentang banyak hal—pekerjaan, kehidupan, dan kenangan-kenangan konyol saat mereka masih bersama di SMA. Tanpa terasa, waktu berlalu begitu cepat.
Setelah keheningan beberapa detik, Sunghoon tiba-tiba berbicara dengan nada pelan, "Won, tahu nggak, kadang aku kangen ngobrol kayak gini sama kamu."
Wonyoung tersentak, berusaha menyembunyikan perasaannya yang tiba-tiba muncul ke permukaan. "Aku juga, Hoon... Tapi, ya, kita udah beda sekarang."
Sunghoon tersenyum pahit. "Iya, tapi entah kenapa, aku merasa nyaman banget. Rasanya... kamu masih seperti Wonyoung yang dulu."
Wonyoung terdiam, menatap matanya yang lembut. Perasaan lama itu terasa kembali, kuat dan nyata. Tapi ia tahu ia harus kuat.
Ia tersenyum, mencoba untuk tetap tegar. "Mungkin, kita memang ditakdirkan untuk saling mengenang saja, bukan untuk bersama lagi."
Sunghoon mengangguk pelan. "Mungkin. Tapi… aku tetap nggak akan lupa, Wonyoung."
Dengan berat hati, Wonyoung tersenyum, menerima kenyataan yang ada. "Aku juga nggak akan lupa, Sunghoon."
Meski hatinya terasa berat, malam itu Wonyoung menyadari bahwa kenangan manis dengan Sunghoon akan tetap abadi, meskipun mereka tidak lagi bersama.
S E L E S A I
Berdasarkan pengalaman pribadi author.
KAMU SEDANG MEMBACA
SNAPSHOTS IN TIME • JANGKKU
Ficção Adolescente"Bayangkan setiap bab seperti satu foto, masing-masing dengan cerita, warna, dan emosinya sendiri. 'Snapshots in Time' menghadirkan kisah-kisah yang berdiri sendiri, namun masing-masing meninggalkan gema, mengingatkan kita akan momen berharga dalam...