Di tengah panasnya Jakarta, Wonyoung, seorang gadis keturunan Korea yang sedang menjalani program magang di sebuah perusahaan besar, berusaha sekuat tenaga menyesuaikan diri. Ini kali pertama ia tinggal jauh dari rumah, dan Jakarta terasa asing, sesak, dan melelahkan. Tapi semangat Wonyoung tak luntur. Ia ingin menimba ilmu sebanyak-banyaknya selama di sini.
Namun, harinya berubah kacau saat sebuah insiden terjadi di pantry kantor.
---
Babak 1: Perkenalan Tak Menyenangkan
Wonyoung dengan tergesa-gesa menuangkan kopi panas ke dalam cangkirnya, tanpa menyadari ada seorang pria yang berdiri di belakangnya. Tanpa sengaja, Wonyoung terkejut dan menjatuhkan cangkirnya, membuat kopi panas itu tumpah ke kemeja pria tersebut."Ya ampun! Maaf! Saya nggak sengaja!" Wonyoung panik sambil mencari tisu.
Pria itu, Sean, mengangkat sebelah alisnya sambil menatap Wonyoung dengan tatapan tajam, tapi ada sedikit senyuman di ujung bibirnya. "Ini kemeja mahal, tahu? Kamu harus ganti rugi."
Wonyoung memucat, tapi sebelum ia sempat menjawab, Sean sudah melanjutkan, "Ah, kamu anak magang itu, ya? Pantas saja ceroboh."
Sejak hari itu, Sean, yang ternyata anak pemilik perusahaan, terus saja mencari-cari alasan untuk mengganggu Wonyoung. Kadang-kadang ia sengaja membuat pekerjaan Wonyoung lebih sulit, terkadang hanya sekedar membuatnya malu di depan rekan kerja.
"Hati-hati, Wonyoung. Jangan sampai kamu tumpahin kopi lagi," ujar Sean dengan nada menyindir setiap kali Wonyoung di pantry.
Wonyoung hanya bisa mendengus kesal. "Kalau kamu nggak suka aku di sini, kenapa nggak lapor aja ke HR?" balas Wonyoung dengan tatapan tajam.
"Hmm, kalau kamu dipecat, siapa yang akan menghiburku di kantor ini?" jawab Sean dengan senyum tengilnya.
---
Babak 2: Pertengkaran yang Tak Berhenti
Setiap kali ada tugas yang melibatkan Sean, Wonyoung tahu bahwa harinya akan penuh masalah. Suatu hari, mereka diberi tugas bersama untuk presentasi penting. Wonyoung telah bekerja keras menyusun presentasi itu, tetapi Sean malah mengacaukannya."Kenapa kamu malah ngerubah isi slide-nya, Sean? Ini nggak sesuai dengan konsep yang aku buat!" protes Wonyoung ketika melihat perubahan pada presentasi mereka.
Sean hanya tersenyum sambil menyandarkan tubuhnya. "Tenang saja, ini akan terlihat lebih keren. Kamu mungkin nggak ngerti, tapi aku tahu apa yang bagus."
"Aku udah kerja keras buat ini, Sean! Kamu nggak bisa seenaknya aja!" Wonyoung berteriak marah.
Namun, bukannya merasa bersalah, Sean malah tertawa. "Kamu lucu kalau lagi marah, tahu?"
Wonyoung hanya bisa menahan amarahnya. Namun, di saat yang sama, ia mulai merasa bingung dengan perasaannya. Ada sesuatu dari Sean yang membuatnya tak bisa benar-benar membencinya. Ia menyadari bahwa di balik sikap tengilnya, Sean sebenarnya peduli dan memperhatikan setiap detail kerja mereka.
---
Babak 3: Perasaan yang Berubah
Suatu sore, setelah selesai bekerja, Wonyoung terserang demam dan terlihat pucat. Saat sedang beristirahat di ruang istirahat, Sean yang biasanya hanya menggodanya justru datang dengan wajah serius."Kamu sakit? Kenapa nggak pulang aja?" tanyanya, kali ini dengan nada khawatir.
"Aku nggak apa-apa. Besok presentasi, jadi aku harus pastikan semuanya siap" jawab Wonyoung lemah.
Tanpa berkata apa-apa, Sean mengambil alih pekerjaannya dan menyuruh Wonyoung pulang. Ini pertama kalinya Sean menunjukkan sikap perhatian yang nyata padanya. Wonyoung terkejut dan merasa jantungnya berdebar.
---
Babak 4: Jatuh Cinta di Tengah Kesibukan
Hari-hari berlalu, dan perasaan Wonyoung terhadap Sean mulai berubah. Meskipun masih sering bertengkar, ada kedekatan yang mulai tumbuh di antara mereka. Suatu malam setelah presentasi mereka berhasil, Sean mengajak Wonyoung keluar untuk merayakannya.Di tengah keramaian kota Jakarta, mereka duduk berdua di sebuah kafe. Sean menatap Wonyoung dengan senyum yang berbeda dari biasanya, senyum yang lembut.
"Aku nggak pernah nyangka bakal ada orang yang berani melawanku di kantor. Kamu berani sekali."
Wonyoung tersenyum sambil menunduk. "Aku cuma nggak suka kamu seenaknya."
Sean tertawa pelan dan berkata, "Aku sebenarnya senang kamu ada di sini. Kamu membuat hariku lebih berwarna, Wonyoung."
Wonyoung merasakan pipinya memanas. Di balik sifat tengil Sean, ia menyadari bahwa Sean adalah orang yang peduli dan perhatian. Tanpa sadar, ia mulai menyukai pria itu.
"Sean, jadi… kita ini apa sekarang?" tanya Wonyoung pelan.
Sean tersenyum dan meraih tangan Wonyoung. "Bagaimana kalau kita coba untuk jadi lebih dari sekedar teman kantor?"
Wonyoung tersipu dan mengangguk pelan. Mereka tertawa bersama, menyadari bahwa dari yang awalnya selalu bertengkar, kini mereka telah menjadi sepasang kekasih di tengah kesibukan ibu kota.
---
EpilogSejak hari itu, hubungan Wonyoung dan Sean berubah. Meskipun mereka masih sering berdebat, sekarang ada senyum dan tawa di setiap perselisihan mereka. Jakarta kini terasa lebih hangat dan berwarna bagi Wonyoung, bukan hanya karena pekerjaan yang ia cintai, tapi juga karena pria yang tak sengaja masuk ke dalam hatinya.
S E L E S A I
KAMU SEDANG MEMBACA
SNAPSHOTS IN TIME • JANGKKU
Ficção Adolescente"Bayangkan setiap bab seperti satu foto, masing-masing dengan cerita, warna, dan emosinya sendiri. 'Snapshots in Time' menghadirkan kisah-kisah yang berdiri sendiri, namun masing-masing meninggalkan gema, mengingatkan kita akan momen berharga dalam...