7. Teman Baru

27 22 11
                                    

"Namaku Graziella! Kamu bisa memanggilku Ziel. Siapa namamu?" seorang gadis bermata kecoklatan bening mengulurkan tangannya pada Elysia. Dia adalah gadis yang sebelumnya menyelamatkan Elysia dari Dream Lake.

Sempat terdiam bingung, akhirnya Elysia membalas uluran tangannya, "Kamu bisa memanggilku Elysia."

Benar. Di kehidupan ini lebih baik aku tidak mengungkapkan siapa diriku. Atau para manusia ini akan ketakutan ... atau bahkan menganggapku aneh dan gila.

Batin Elysia memutuskan. Dia menatap tubuh rampingnya yang sudah terbalut dengan gaun tanggung berwarna peach lembut. Terlihat cantik. Hanya saja ukuran ini terlalu kecil untuknya.

"Maaf ya, bajunya sedikit kekecilan dan pendek buat kamu. Itu karena kamu lebih tinggi dariku. Hehe ..." ucap Graziella karena melihat bagian lengan Elysia yang sedikit ketat.

"Tidak masalah. Aku akan membalas kebaikanmu."

"Hhm. Tidak perlu. Itu bukan hal besar. Sejujurnya aku tidak begitu menyukai gaun-gaun seperti itu. Tapi ... mama selalu memberikan hadiah gaun-gaun itu. Huft ... sungguh sangat menyebalkan!! Beruntung di kota ini aku jauh dari mama dan papa." Graziella membaringkan tubuhnya di atas pembaringan sembari mengutak-atik ponselnya.

"Kamu tinggal sendiri di tempat ini?" tanya Elysia menerka.

"Yeap. Aku memutuskan untuk kuliah di luar kota. Jadi ... aku tinggal sendirian di sini." jawab Graziella seadanya. "Lalu ... bagaimana denganmu? Mengapa kamu bisa terdampar di Dream Lake dengan pakaian cosplay seorang putri kerajaan? Kamu tidak sedang berniat untuk mengakhiri hidupmu, bukan? Apa teman-temanmu para cosplayer berusaha untuk melenyapkanmu gara-gara cinta segitiga? Oh my God!!"

Elysia tidak menjawab rentetan pertanyaan Graziella. Pandangannya menangkap seekor kupu-kupu bersayap kebiruan yang terbang melewati jendela kamar.

"Aku harus pergi. Suatu saat aku akan membalas kebaikanmu, Ziel!" Elysia meninggalkan rumah tersebut dan berusaha untuk mengejar kupu-kupu bersayap kebiruan itu.

"Ulysses ... kamu kah itu?" Elysia mengabaikan sekitarnya dan hanya fokus untuk mencari Ulysses. Bahkan dia tidak menyadari jika saat ini dirinya sudah berada di tengah jalan raya.

TIINNN ...

Sebuah mobil sport melaju kencang ke arahnya. Namun, seorang pria berhasil menarik tangannya ke pinggiran jalan.

Pria bermasker itu menatap Elysia aneh. Karena Elysia benar-benar terlihat kacau dan berantakan dengan rambut keemasan panjangnya yang tergerai begitu saja. Bahkan Elysia juga tidak memakai sepatu ataupun alas kaki lainnya.

Kehidupan manusia benar-benar aneh. Apa pengemudi kendaraan beroda 4 itu buta dan tidak melihatku? Aku akan memberikan sedikit hukuman untukmu karena sudah berniat untuk mencelakaiku.

Batin Elysia menatap sebuah mobil sport yang hampir menabraknya, kini sudah melaju kembali. Dia menggerakkan jemarinya, berniat untuk sedikit memberikan pelajaran untuk pengemudi tersebut. Namun,  suara jernih seorang pria sukses membuatnya mengurungkan  niatnya.

"Apa kamu ingin mengakhiri hidupmu, Nona? Hidup itu sangat berharga. Jangan akhiri hidupmu dengan sia-sia." ucap pria bermasker hitam itu membuat Elysia beralih menatapnya.

Suara ini ... sangat tidak asing ...

Pandangan mereka bertemu. Membuat Elysia terdiam karena merasa tidak asing dengan sepasang mata kebiruan itu.

Pria bermasker itu meninggalkan Elysia setelah mendapatkan sebuah panggilan telepon. Dia menghadang sebuah taxi dan berlalu. Elysia berusaha untuk mengejarnya. Namun, langkahnya tertahan karena mendengar suara rintihan Ulysses.

Dan kali ini Ulysses menghampirinya dan hinggap di atas jemarinya. Elysia merasa lega melihat Ulysses kembali. Karena sebelumnya dia mengira jika Ulysses masih terjebak di Shadowmere.

"Syukurlah aku bisa melihatmu lagi, Ulysses. Aku kira kamu masih terjebak di Shadowmere." ucap Elysia lega.

"Aku ditugaskan raja untuk melindungi dan menemani tuan putri. Maka aku akan selalu mengikuti tuan putri kemanapun tuan putri pergi. Ughhhh ..." ucap Ulysses kembali merintih.

"Ulysses, sayapmu terluka. Aku akan mengobatimu." Elysia mendatangi sebuah bangku lalu menyayat tangannya dan menggunakan darahnya untuk mengobati sayap Ulysses yang terluka. Dengan sangat ajaib, luka tersebut perlahan membaik.

Elysia kembali teringat, saat Ulysses berusaha untuk melindunginya dari serangan monster ilusi saat dia mendekati portal di danau Hillier. Setelah itu, dia tidak bisa mengingat apapun yang telah terjadi setelah sebuah cahaya menyilaukan menyelimuti tubuhnya dan membawanya melewati ruang dan waktu. Dan tiba-tiba saja Elysia sudah terbangun di tepian Dream Lake di dunia manusia.

"Tuan putri, maafkan aku. Demi untuk mengobatiku, tuan putri malah melukai diri sendiri. Aku patut mendapatkan hukuman. Hukum aku, Tuan putri ..." ucap Ulysses merasa bersalah.

Elysia mengukir senyum tipis, "Aku tidak akan menghukummu ..."

Elysia berdiri dan menatap sekitarnya. Begitu banyak gedung-gedung tinggi nan kokoh menjulang ke langit.

"Tempat ini ... begitu berbeda dengan Callestera ..." gumam putri Elysia menatap sekelilingnya.

"Benar sekali, Tuan putri. Dunia manusia sangat berbeda dengan dunia kita. Saat berada di dunia menusia, sebaiknya tuan putri tidak menggunakan kekuatan tuan putri di depan mereka. Atau mereka akan ketakutan." ucap Ulysses dengan nada rendah.

"Hhm. Kamu benar. Aku hampir saja menggunakan kekuatanku di depan seorang manusia ..." gumamnya kembali mengingat sosok pria bermasker.

Elysia bergegas meninggalkan tempat itu karena menyadari beberapa orang yang berlalu lalang mulai menatapnya aneh karena melihatnya berbicara dengan seekor kupu-kupu.

***

Keesokan harinya Elysia mendatangi Loveland University sebagai seorang mahasiswi baru. Karena menurut informasi yang Ulysses berikan, pangeran Lumiere juga sedang belajar Loveland University.

Elysia sempat menjadi pusat perhatian para mahasiswa karena parasnya yang cantik. Mereka menatapnya penuh kekaguman.

Seorang dosen memperkenalkannya di hadapan mahasiswa dan mahasiswinya di kelas pertama.

"Dia adalah Elysia. Mahasiswi pindahan dari  Saphira Universty. Saya harap, kalian semua bisa membantu untuk membimbingnya di sini." ucap sang dosen.

"Wah ... ada bidadari di kampus kita ternyata. Beruntung hari ini aku nggak bolos kuliah deh ..." celutuk seorang mahasiswa.

"Mahasiswi pindahannya ternyata cantik sekali. Auranya seperti seorang putri saja. Anggun dan elegan." bisik mahasiswa lainnya.

Elysia mengabaikan semua tatapan penuh puja dan pujian itu. Selama ini dia bahkan sering mendapatkannya di Callestera sebagai seorang putri. Dia mengedarkan pandangannya, hanya untuk mencari sosok seseorang. Namun, dia tidak menemukan sosok tersebut.

Apa kamu yakin pangeran Lumiere akan datang hari ini, Ulysses? Aku bahkan tidak melihatnya.

Batin Elysia bertanya sembari melirik kupu-kupu yang hinggap di atas bahunya.

Seharusnya dia akan datang, Putri Elysia. Aku bahkan bisa merasakan adanya kekuatan seorang Luminara yang sangat kuat dan dekat. Dan sekarang ... semakin mendekat ... dan mendekat ...

Jawab Ulysses tanpa terdengar oleh para manusia itu.

CEKLEKK ...

"Maaf ... aku terlambat, Profesor. Ban mobilku pecah dan aku kesulitan untuk mendapatkan taxi."

Seorang mahasiswa berpenampilan rapi yang baru saja memasuki kelas berkata dengan sopan.

DEGHH ...

Suara ini ...

Batin Elysia beralih menatap sosok itu. Sepasang mata hazelnya membulat, tubuhnya membeku, dan lidahnya mendadak kelu. Jantungnya berdegup semakin kencang disaat pria itu sempat menatapnya sekilas dari kejauhan.

Callestera Princess Crosses the WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang