Sebelum baca, wajib vote, komen and follow guys
×××
Bagas menurunkan Kean dan Ria, membiarkan Ria saja yang mengantar Kean karena di dalam rumah pasti ada keluarga Kean. Bagas bahkan tidak bisa turun karena Rafi terus menangis dan tidak ingin ditinggal.
"Boleh gak panggil Yaya?" Kean terus menanyakan itu dan Ria selalu mengiyakannya. "Yaya gak ninggalin aku kan?"
"Iya enggak. Jalan dong, ini kamu berat banget." Ria kewalahan saat menaiki tangga menuju teras rumah sambil membopong Kean.
Sampai di depan pintu, dia beberapa kali menekan bel dan akhirnya pintu rumah dibuka.
"Kean kenapa?" Amira bertanya. Berjaga-jaga karena melihat Kean hampir oleng, tapi anehnya laki-laki itu kadang terkekeh sambil asyik mengemut permen. "Dia mabuk?" tebak Amira, karena samar-samar mencium bau alkohol.
Ria mengangguk. "Maaf tante, apa boleh saya bawa masuk. Berat," pinta Ria, tersenyum paksa karena dia hampir tidak kuat karena lelah menaiki tangga.
"Bawa ke kamar tamu di pintu itu aja, soalnya kamar Kean kejauhan." Amira ingin ikut membantu, tapi Kean menolak dan mengalungkan kedua tangannya untuk memeluk leher Ria.
"Mau sama Yaya aja," tolak Kean.
Ria tersenyum miris, dia senang sih tapi juga capek. Kean itu berat, tapi bertransformasi menjadi bayi besar. "Gapapa tan, Ria masih kuat kok."
Amira segera berlari membukakan pintu kamar, sedangkan Ria sudah ngos-ngosan karena Kean semakin manja dan mulai melemaskan badannya.
Tepat di pinggir ranjang, gadis itu menarik nafas panjang dan dengan sekuat tenaga menjatuhkan tubuh Kean agar tepat di tengah kasur. Rasanya langsung plong, karena semua beban berat akhirnya lepas. Hanya saja karena Kean memeluk lehernya tadi, kedua manusia itu jatuh bersama-sama ke atas kasur dengan posisi tengkurap sehingga leher Ria yang masih dibelit tangan kiri Kean.
Pemandangan random itu disungguhkan tepat di depan mata Amira.
Amira berniat menyingkirkan tangan Kean, tapi anaknya itu malah menolak.
"Kean, kasihan Ria mau bangun."
"Gak boleh." Kean menggeleng kemudian menyamping, sampai akhirnya laki-laki itu mendekat dan menarik badan kecil Ria ke dalam pelukannya.
Ria mendongak, menganga tidak percaya dengan posisi mereka. Dia sih senang, tapi di sini ada Amira.
"Eh, lepasin dulu Kean." Ria bergerak-gerak, membuat mata Kean kembali terbuka. Laki-laki itu menunduk sehingga tatapan mereka sama-sama bertemu.
Cup
"KEAN!" Amira sampai berteriak histeris dan menutup matanya.
Anaknya itu memang bar-bar sekali kalau mabuk. Bahkan di depan matanya, Kean berani mencium bibir Ria.
"Kangen cium Yaya kayak waktu itu," celetuk Kean. Suaranya seperti dibuat-buat menjadi bayi.
Mendengarnya membuat Amira berusaha menarik tubuh Kean agar menjauh, karena Kean terus melawan.
"Mau cium Yaya mah, jangan ganggu!" Kean merengek saat pelukannya hampir lepas. Ria juga berusaha melepaskan diri. Gadis itu pun juga terpaksa, tapi demi nama baik sebelum menikah maka dia harus terlihat lebih sopan dan tidak menuruti kehendak Kean dulu.
Tahu kah? Hati, jiwa dan raga Ria sudah meronta-ronta ingin kembali mempersilahkan Kean menciumnya.
Ria terlepas dan tentunya Kean mengamuk.
"Sudah ya, itu Ria lagi capek. Besok lagi Kean peluknya," bujuk Amira.
"Besok aja ya, soalnya Yaya lagi capek pengen mandi sama tidur." Ria ikut-ikutan membujuk, padahal terpaksa.
Bibir Kean melengkung membentuk huruf U terbalik. Dia sedih dan menggenggam tangan Ria. "Tidur di sini," bujuknya. Mata Kean terlihat semakin berat, dia mengantuk tapi tidak mau Ria pergi.
Amira dan Ria kompak paham melihat raut mengantuk Kean.
"Tante, saya temani Kean tidur ya." Ria meminta izin.
"Oke deh, kamu temani dia tidur dulu. Tante mau ke dapur."
Amira pergi dari sana, dia harus menyiapkan air dan kain bersih untuk membersihkan Kean yang berbau alkohol setelah laki-laki itu tidur.
***
Happy semua ya, Alkeano kadang lambat update haha
KAMU SEDANG MEMBACA
ALKEANO
Teen Fiction17 ⚠️ Dekat dengan perempuan dituduh melakukan aneh-aneh. Tidak bergaul dengan perempuan dibilang cowok gay. "Kean, kamu semalam ngapain aja sama perempuan sampai pulangnya telat dari jam 6 sore?" "Kerja kelompok banyak mah." "Paling besok-besok da...