03 | "2016"

502 79 8
                                        

Halaman Barak TNI, 21 Agustus 2016

Matahari terasa lebih dekat jaraknya hari ini, membuat Baskara lebih banyak mengeluarkan keringatnya. Baskara tengah terduduk di bangku panjang yang terletak di halaman barak.

Baskara meneguk air dari botol yang sudah hampir kosong di tangannya, sesekali pula ia mengusap wajahnya yang bercucuran keringat. Ia menyandarkan punggungnya di dinding barak, menikmati waktu istirahat yang cukup singkat ini.

Tiba-tiba, di benaknya terlintas satu nama yang sudah lama tak ia temui—Leandra.

"Kenapa tiba-tiba kepikiran Leandra, ya?," gumamnya dalam hati.

Satu kata lagi terlintas di benaknya, "bertemu."
Seperti ada rasa yang tidak bisa disampaikan, Baskara memutuskan untuk menghubungi Leandra di sela-sela waktu istirahatnya. Mengingat, pada saat pertemuan kedua mereka di kafe, rupanya mereka sempat bertukar kartu nama. Dan di situ, terdapat nomor telepon yang dapat dihubungi oleh Baskara maupun Leandra.

***

dr. Leandra

siang, Leandra. Ini saya, Baskara.
Saya mengganggu waktu anda tidak ya?
11.05

selamat siang, Baskara.
Tidak sama sekalii, lagi jam istirahat
juga soalnyaa
11.06

***

Di luar kendalinya, senyum Baskara merekah saat menerima balasan dari Leandra. Ia terdiam sejenak, bingung, apa lagi yang harus ia lakukan setelah ini. Mengajaknya bertemu? Rasanya terlalu lancang, hanya menyapa? Tidak mungkin.

"Bisa bertemu sore ini? Setelah pekerjaan kita selesai."

Baskara menatap layarnya sejenak, ia ragu menekan tombol "kirim." Lalu, ia memutuskan untuk menghapus kembali pesan itu. Berpikir kembali, bagaimana caranya agar tetap terlihat sopan tapi mengesankan.

***
dr. Leandra

ada apa, Bas? Sakit lagi?
11.10

eh, ngga kok
11.10

cuma mau tanya, sore ini Leandra free tidak?
kalau tidak keberatan, bisa kita bertemu?
11.12

bisa, mau bertemu di mana?
11.12

***
Jangan tanya bagaimana keadaan Baskara sekarang, ia salah tingkah, telinganya memerah seketika.

Begitu pula Leandra yang tengah menikmati istirahatnya di rumah sakit.
Saat menerima beberapa pesan dari Baskara, ia juga merasakan hal yang sama. Terkejut saat Baskara mengajaknya bertemu sore ini. Pipinya memerah bak kepiting rebus.

****

Resto Sajian Bumi, 16.15

Suasana sejuk, hilir angin yang menyapa tubuh para pengunjung di sana, membuatnya semakin nyaman dirasakan.

Baskara sudah sampai lebih dulu, ia menunggu Leandra di meja kayu sembari mengamati keadaan sekitar. Tanaman hijau yang menghiasi restoran tersebut, juga senandung lagu yang dimainkan membuat Baskara jauh lebih tenang di saat jantungnya tengah berdegup cepat menanti kedatangan Leandra.

Dari kejauhan, terlihat wanita cantik itu berjalan mendekat ke arah Baskara. Leandra hanya mengenakan pakaian kasual tapi tetap terlihat rapi, sopan, dan cantik pastinya.

"Kapten Baskara! Maaf saya terlambat, ya." Leandra berjalan mendekat, menyapa Baskara dengan nada riangnya.

"Tidak masalah, saya juga baru sampai di sini," balas Baskara dengan senyum yang cukup menenangkan seraya mengisyaratkan Leandra untuk duduk.

"Sudah pesan makan, Bas?" tanya Leandra.

Baskara mematung tak berkedip menatap Leandra, tanpa ia sadari, ia telah melempar senyuman pada Leandra.

"Baskara?" Leandra melambaikan tangannya tepat di hadapan wajah Baskara. Hingga akhirnya, Baskara memecahkan lamunannya. "Leandra, maaf. S-saya g—." Baskara kikuk.

"Tidak masalah, sudah pesan makan?" Leandra mendahului, ia tau Baskara mungkin merasa gugup. Walaupun dirinya juga merasakan hal yang sama, detak jantungnya berdebar tak karuan.

Baskara menjawab, "Belum, saya tunggu anda. Kita pesan sama-sama."

"Biar saya bantu pesankan, mau makan apa?" Leandra membuka buku menu yang sudah tersedia di meja mereka. Obrolan mulai mengalir, candaan demi candaan sudah mereka lontarkan.

****

Sembari menunggu pesanan makan mereka tiba, percakapan ringan menemaninya.

"Saya kira anda hubungi saya karena sakit lagi, Bas," ucap Leandra diiringi tawa.

"Terus, saya kira anda juga udah lupa sama saya," lanjut Leandra, membuat Baskara kikuk.

"Tidak mungkin lupa, Leandra. Saya menghubungi juga karena saya teringat anda." Setelah melontarkan kalimat itu, Baskara baru sadar, rupanya ia keceplosan.

"Bodoh, Baskara!" gerutunya dalam hati.

Baskara menggaruk kepalanya yang tidak gatal itu.

"Teringat saya, ya?" Leandra tertawa kecil, ia juga merasakan salah tingkah yang membuat pipinya kembali merona.

Di tengah perbincangan mereka, pelayan menghampiri membawa makanan yang sudah mereka pesan sedari tadi.

"Baru kali ini saya merasa seorang pelayan jadi malaikat penyelamat," gumam Baskara dalam hati. Bagaimana tidak? Ia sudah kebingungan mencari jawaban apa yang harus ia katakan pada Leandra, tapi percakapan mereka terhenti karena pelayan ini datang. Syukurlah...

Mereka memesan menu yang sama; ayam rempah lengkap dengan sayur dan nasinya.

"Terima kasih, Mbak," ucap Leandra pada pelayan tersebut.

"Selamat makan, Leandra." Kalimat itu terdengar sangat sederhana tapi terasa sangat berarti bagi Leandra.

Leandra tersenyum. "Selamat makan juga, Bas," ucapnya. Mereka sangat menikmati makanan itu, di tambah pemandangan sore hari yang begitu indah di sini. Resto Sajian Bumi ini memang terkenal sangat cantik dengan viewnya, tak heran banyak pengunjung yang menyukai tempat ini.

Leandra yang memperhatikan piring makan Baskara sedari tadi, cukup keheranan melihat porsi sayur yang hampir sama sekali tidak Baskara sentuh.
Ia menahan senyum, sembari menikmati suapan demi suapan yang masuk ke mulutnya.

Dengan nada santai Leandra berkata, "Kapten Baskara, kalau sayurnya hanya jadi pajangan, ngapain dipesan?"

Baskara tersentak kecil menyadari dirinya terkena sindiran halus dari wanita di hadapannya. "Bukan jadi pajangan, kok. Cuma ... ya, fokusnya saja beda," balasnya terkekeh kecil.

"Fokusnya ke daging, ya?" Sindir Leandra lagi. "Tidak apa-apa, sih. Tapi kan kesehatan juga penting, Kapten Bas."

Baskara hanya bisa tersenyum kecut sambil mengunyah sayurnya. "Baik, baik ... demi kesehatan, saya makan sayurnya," ucapnya dengan nada bercanda.

Leandra tertawa puas melihat Baskara yang rupanya seperti anak kecil yang harus saja dipaksa ketika makan sayur.

Pertemuan kali ini terasa sangat mengesankan, meskipun keduanya masih merasa gugup. Namun, suasana dapat tercairkan dengan beberapa obrolan seru mereka sore ini. Bisa menikmati makan bersama, bahkan sempat membahas bagaimana pekerjaan antar keduanya.

bersambung..✨

jangan lupa buat vote, yaa!! Biar aku semangat nulisnyaaa🫶🏻

Atma dan RenjananyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang