10 | "2017"

39 16 4
                                    

Hai, Guys! Sebagian part ini masih di hari yang sama dengan part sebelumnya, ya! Hanya saja, ini dari sudut pandang Baskara.
Mohon maaf kalau tidak sesuai dengan prosedur TNI yang seharusnya, cause.. ini hanya cerita fiksi belaka! Tapi, kalau misal aku memang salah/ada kekeliruan.. silahkan boleh koreksi di kolom komentar. Sekali lagi, be smart guys! Ini hanya cerita fiksi! Enjoy the story..🫶🏻

***

POV Baskara | 16 Januari 2017

Setelah kejadian semalam, Baskara nampak tidak sebugar biasanya, tubuhnya tampak lebih lemas. Ia hanya bersandar di dinding pos yang sudah rapuh di sana. Hilir angin menyapa tubuhnya di pagi menuju siang ini.
Suara khas alam menemaninya, kicauan burung, juga sinar mentari yang mulai menyorot.

Baskara bangkit dari duduknya lalu berjalan sedikit menjauh dari posisi sebelumnya. Ia lihat ponsel miliknya, untungnya.. ada sinyal saat ini. Ia cepat-cepat menghubungi keluarganya dengan mengirim pesan singkat di grup keluarga "Herdyan Fam's."

"Mah, Pah, Baskara aman di sini. Mama Papa, Adek, sehat-sehat di sana, ya. Doakan Baskara selalu, Baskara segera kembali."

Begitu pesannya.

Lalu, ia melihat ada pesan dari Leandra tepat pada waktu ia tertembak peluru semalam. Rupanya, rasa itu tembus pada Leandra. Pesannya ia baca perkata, merasakan hangatnya perhatian Leandra pada dirinya.

Tanpa membalas pesan itu, Baskara menekan tombol telepon untuk menjawab langsung pesan dari Leandra semalam.

Tak lama, telepon itu langsung diangkat oleh Leandra.

(percakapan singkatnya, ada di part sebelumnya.)

***

"Saya tidak bercanda, Leandra. Semalam saya terkena pelur—" ucapannya terhenti, tiba-tiba ada tangan seseorang yang menutup mulutnya, lalu ponsel miliknya terjatuh tepat pada dedaunan di antara tanah. Sebelum mendengar gemersik, atau bahkan suara keributan di sana, rupanya telepon itu memang sudah terputus akibat sinyal yang hilang kembali.

"Mmmff ... lepp-ass." Baskara mencoba berteriak di tengah cengkraman kuat pada mulutnya itu.

Baskara memberontak, ia berusaha melepaskan cengkraman pada tangannya juga. Namun, kondisinya lemah sekarang. Ia masih merasakan pusing akibat luka di dahinya semalam. Pandangannya mulai kabur, tapi masih bertahan dengan sisa tenaga yang ada.

"Lepaskan!" teriak Baskara samar-samar, suaranya hampir tidak terdengar karena mulutnya masih ditutup rapat oleh musuh.

Rekan-rekannya yang mendengar kegaduhan, segera menghampiri perlahan dengan sedikit strategi.

"Ambil posisi," tegas Laksamana, salah satu prajurit di sana.

Beberapa prajurit bersembunyi di balik pohon dengan langkah perlahan supaya tidak terdengar. Arya memberi kode ringan pada rekan-rekannya.

Senjata sudah mereka pegang masing-masing. Indra mengarahkan pistolnya, menarik napasnya panjang, lalu..

DORR!

Peluru itu mengenai tepat pada bagian kaki musuh, hingga akhirnya cengkraman kuat pada tubuh Baskara terlepas. Musuh tersebut sudah hampir tak berdaya di atas permukaan tanah. Merasakan nyeri pada kakinya.

Napas Baskara terengah-engah. Ia mengacungkan satu jempolnya pada beberapa prajurit yang ia lihat ada di balik pohon, gesturenya seperti mengatakan—Kerja bagus!

Lalu, Baskara serta rekan-rekannya segera meninggalkan tempat tersebut.
Mencari tempat yang lebih aman untuk beristirahat dengan kondisi tetap siaga.

Atma dan RenjananyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang