Halim Perdanakusuma, 15.18
Dengan cepat Leandra mencari Baskara di tengah kerumunan itu. Beruntungnya, ia bisa mendapati keberadaan Baskara dengan cepat.
"Baskara!" sapanya dengan napas yang tidak beraturan.
Baskara membalikan tubuhnya saat mendengar suara yang tak asing di telinganya. "Leandra, saya kira kamu tidak akan datang," gumamnya menghampiri Leandra.
Mereka hanya memiliki waktu sekitar 10 menit lagi untuk mengucapkan salam perpisahan.
"Kita tidak punya waktu banyak sekarang. Saya berharap kamu bisa jaga dirimu baik-baik di sana, Bas. Janji untuk kembali dengan sehat, ya?" Leandra tidak mengalihkan pandangannya dari pria di hadapannya itu.
Baskara tersenyum. "Janji, Leandra. Kamu juga, jaga dirimu baik-baik di sini, ya? Saya segera kembali."
"Cepat-cepat! Bersiap semua!" teriak salah satu atasan Baskara, rupanya mereka harus segera berangkat sekarang.
"Baskara ... saya akan merindukanmu," lirih Leandra yang alhasil mendapat pelukan hangat dari Baskara. Rasanya campur aduk sekali.
"Saya harus segera pergi, tolong tetap menjadi Leandra ketika saya kembali nanti," balas Baskara seraya mengusap lembut pundak Leandra.
Waktunya sudah benar-benar habis sekarang, Baskara harus pergi.
Baskara melangkah lebih jauh dan mulai membalikan tubuhnya. Dilambaikannya tangan saat jaraknya semakin jauh. Rindu yang mulai tumbuh ketika punggung pria itu sudah tidak terlihat lagi dari kejauhan. Baskara harus pergi tugas meninggalkan Leandra tanpa kejelasan hubungan mereka.
"Baskara! Jangan lupa makan sayur!" teriak Leandra, entah terdengar atau tidak oleh Baskara.
Menyadari kalimat yang ia lontarkan, Leandra teringat ada sesuatu yang belum ia sampaikan untuk Baskara. Ia berlari sekuat tenaganya, berharap Baskara belum benar-benar pergi.
Napasnya terengah-engah, dilihatnya para prajurit belum sepenuhnya berangkat.
"Mohon ijin, Komandan. Saya ingin bertemu Kapten Baskara sebentar, ada yang mau sampaikan sebelum beliau pergi," ucap Leandra pada salah satu atasan Baskara. Ia berharap, Baskara diizinkan untuk menemuinya.
Atasan Baskara rupanya tidak tega melihat wanita dihadapannya sudah berusaha mengejar sekuat tenaganya dengan keringat yang mulai membasahi wajahnya. "Baik, waktu kalian tidak lama," tegasnya lalu memanggil Baskara untuk menemui Leandra.
"Kapten Baskara, kekasih anda menunggu di depan. Temui dia sekarang," gumam atasannya
Baskara menyiritkan dahinya, mendengar kata "Kekasih." Mungkin maksudnya Leandra?
Baskara menganggukan kepalanya lalu pergi menemui wanita yang katanya "Kekasih," itu.
Rupanya itu Leandra. Ia melihat keberadaan Leandra di luar sana, wajahnya cukup terlihat cemas dan sesekali Leandra mengusap wajahnya yang basah dengan keringat.
"Leandra? Ada apa?" ucap Baskara menghampiri dengan sedikit berlari.
Leandra memberikan satu gantungan kunci berbentuk jagung, katanya.. supaya Baskara tidak pernah lupa untuk makan sayur, dan.. tidak pernah lupa akan dirinya. "Baskara, tolong bawa ini," ucapnya sembari memberikan gantungan kunci itu.
Baskara yang sebelumnya terlihat kebingungan, kini ia terkekeh kecil. Bagaimana tidak? Tingkah Leandra sungguh tidak pernah ia bayangkan.
"Jangan tertawa! Tolong selalu ingat ini, ingat bahwa tubuh kamu membutuhkan nutrisi yang cukup, makan sayur yang banyak!" ujar Leandra tampak serius, sementara Baskara masih menciptakan senyumnya ditambah gelengan kepala keheranan.
Baskara mengambil gantungan kunci berbentuk jagung itu. "Saya bawa, ya. Saya akan selalu ingat ini, saya akan selalu ingat kamu jika melihat gantungan kunci ini," balasnya dengan nada yang cukup serius disertai tawa kecil.
Mendengar apa yang dikatakan Baskara, cukup membuat Leandra salah tingkah tapi berusaha untuk tetap serius dalam situasi ini.
"Saya harus benar-benar pergi sekarang, jaga dirimu baik-baik, Leandra," lanjut Baskara seraya mengusap lembut wajah Leandra yang bercucuran keringat.
Wajah Leandra seketika memerah, wajahnya terasa panas, tubuhnya ingin melayang. Astaga.. rasa macam apa ini?
"Tuhan menjagamu di sana, Bas," lirih Leandra diikuti senyuman manisnya.
Baskara menyeringai, memberi satu pelukan hangat lagi kepada 'Teman Sejatinya' itu. "Saya akan makan sayur banyak-banyak, Leandra. Tidak perlu khawatir."
Waktu mereka sudah benar-benar habis. Baskara melangkah lebih jauh sekarang. Sesekali ia membalikan tubuhnya untuk melambaikan tangan pada Leandra.
Leandra melambaikan tangannya juga. "Aku mencintaimu, Kapten Baskara." Suara itu hampir tidak terdengar oleh siapapun. Leandra mencintai Baskara.
Pesawat Hercules C-130
Pesawat yang ditumpangi Baskara dan beberapa rekan prajurit lainnya, kini sudah terbang menuju tempat tujuannya.
Baskara terdiam dengan senyum tipis yang terlukis di wajahnya ketika ia melihat kembali gantungan kunci pemberian dari Leandra. Ia usap permukaan gantungan itu, merasakan kehangatan di sana. Di benaknya masih terbayang senyuman manis Leandra, suara lembutnya, dan.. bawelnya ketika mengingatkan keras Baskara untuk selalu memakan makanan yang sehat.
"Kok bawa mainan, Bas," ucap salah satu rekannya dengan nada bercanda diiringi tawa saat melihat Baskara tengah memegang gantungan kunci tersebut.
Baskara ikut tertawa. "Bukan mainan, Jon. Ini pemberian dari Dokter Leandra, katanya supaya saya gak lupa buat makan sayur," ujarnya.
Beberapa rekan Baskara memang sudah mengetahui siapa Leandra, sebab beberapa kali Leandra pernah bermain ke markas mereka untuk menemui Baskara. Jadi, nama Leandra sudah terdengar tidak asing bagi sebagian rekan-rekan Baskara, termasuk Jonny.
Jonny menggelengkan kepalanya. "Saya mana ada yang ingetin begitu, Bas." Jonny menepuk pundak Baskara dengan tawa yang kian pecah.
"Makanya ... cari seseorang supaya ada yang ingetin, Jon," balas Baskara.
'Seseorang' katanya. Seseorang itu Leandra, yang sudah beberapa lama ini mengisi benaknya, atau bahkan hatinya?
Bersambung..✨
Ingatt!! jangan lupa buat vote dan bumbui dengan komen ya, guyss! Jangan jadi silent readers🤏🏻
KAMU SEDANG MEMBACA
Atma dan Renjananya
Historia CortaKerinduan, pengorbanan, dan bertahan. Hidup masih tetap berjalan meski ada yang hilang. Tolong sampaikan pada bintang, bisikan pada Sang pemiliknya, bahwa memang benar.. semua yang dicinta, pasti akan hilang. "Jika Tuhan masih mengizinkan, saya pa...