Disarankan, sambil putar lagu "Terlalu Cinta—Lyodra."
Enjoy, Guys! Vote dulu sebelum bacaa‼️
***
Rumah Sakit, 21 Januari 2017
Malam ini, jarum jam menunjukan pukul 23.35. Ini merupakan malam kedua Baskara dirawat di rumah sakit. Suasana terasa sangat menegangkan, dinginnya AC membuat suasana semakin mencekam. Papa dan Mama Baskara, juga Adik dari Baskara, berada di ruang tunggu dengan banyak harapan yang mereka panjatkan.
Bagaimana tidak, pada hari kedua ini, kondisi Baskara menurun. Ia sempat kehilangan kesadaran tadi. Saat ini, ia sedang ditangani beberapa Dokter di sana. Leandra tidak ada di sana, sebab malam ini bukan waktunya jaga di rumah sakit.
Ibu Amara merasakan ketakutan tinggi, ia khawatir akan putranya yang sedang diperiksa di dalam sana. Tangannya dingin, tubuhnya bergetar. "Pah ... Baskara ...," lirih Amara.
Pak Jaya juga merasakan hal yang sama, tapi ia berusaha tetap kuat untuk menenangkan Istrinya. "Prajuritnya kita, Ma. Pasti kuat," tegas Suaminya.
Langga, ia ikut tidak tidur malam ini. Meskipun usianya tergolong masih remaja, rasa peka dan perhatian sudah sangat terlatih pada dirinya. Ia memegang telapak tangan ibunya. "Abang bisa kok, Ma. Abang kan kuat?" ucap Langga.
Leandra's House
Sementara itu, Leandra di rumah merasakan hal yang sama. Tatkala saat ia mendapat kabar dari Ibu Amara bahwa kondisi Baskara menurun malam ini. Ia menatap langit-langit kamarnya, kosong, cemas, takut. Ah sudah lah!
Ia mengusap wajahnya kasar, lalu bangkit dari posisinya. Leandra memutuskan untuk menghampiri Baskara juga keluarga ke rumah sakit. Tak peduli ini sudah pukul berapa. Ia segera mengenakan jaketnya lalu mengambil kunci mobil miliknya.
Bu Gina yang melihat Leandra terburu-buru, segera bertanya, "Neng ... mau ke mana malam-malam begini, atuh?"
"Rumah sakit, Bu. Sebentar," ucap Leandra cepat, lalu ia meninggalkan rumahnya dan menancap gas mobilnya.
Jalanan kota yang sepi nan gelap, sebab ini sudah terlalu larut. Ia lupa akan dirinya yang takut gelap, yang diingat hanyalah kondisi Baskara di sana.
Tatapannya lurus pada jalanan yang panjang di depan sana. Pikirannya terus tertuju pada seseorang, rasanya ingin sekali cepat sampai.
Rumah Sakit, 00.12
Leandra akhirnya sampai di rumah sakit. Ia berjalan tergesa menyusuri koridor rumah sakit yang sepi.
Dari kejauhan, terlihat keluarga Baskara tengah terduduk menanti harapan. Dengan cepat, Leandra menghampiri.Amara yang melihat wanita itu berjalan ke arahnya, terkejut sekaligus sedikit tenang akan kedatangannya. "Dokter Leandra ...," lirih Amara seraya memeluk tubuh Leandra dengan hangat tapi ada ketakutan di sana.
Leandra mengusap lembut punggung wanita paruh baya itu. "Leandra di sini, Bu. Tenang, ya? Baskara bisa lewati ini," bisik Leandra.
Saat pelukan itu terlerai, Leandra mencium tangan Papa Baskara, juga menyapa lembut Adik Baskara.
Tak lama, suster membuka pintu ruangan Baskara. Semua mata tertuju pada suster itu, berharap kabar baik datang kali ini.
"Pak Baskara butuh tambahan darah sekarang juga, Pak, Bu. Tekanan darahnya sangat rendah, apa ada golongan darah yang sama dengan Pak Baskara?"
Perkataan suster itu, justru membuat semuanya lemas dan semakin khawatir. "Saya, golongan darah saya sama dengan Putra saya, Sus." Pak Jaya membuka suaranya.
"Apa Bapak ada riwayat penyakit?" tanya Suster itu.
Pak Jaya terdiam sejenak. "Saya ada riwayat jantung, Sus."
Harapannya hilang, Pak Jaya tidak bisa mendonorkan darahnya pada Baskara. Leandra yang sedari tadi menyimak, ia maju lalu berkata, "Golongan darah Baskara apa, Sus."
"Golongan darahnya A, Dok," jawab Suster.
Leandra menarik napasnya panjang. "Sama, ambil darah saya saja sekarang, Sus."
"Tidak ada riwayat penyakit sebelumnya, Dok?"
Leandra menggeleng. "Tidak, cepat lakukan sekarang."
Papa dan Mama Baskara yang mendengar itu, hatinya terenyuh. Pengorbanan Leandra sungguh luar biasa. Ibu Amara memegang tangan Leandra, tatapannya seperti mengatakan—Apa kamu yakin, Leandra?
Leandra hanya membalas tatapan Amara sekilas, lalu mengangguk mantap, meyakinkan bahwa dirinya benar-benar akan melakukannya.
Leandra langsung berjalan menuju ruangan transfusi darah. Langkahnya tidak terasa berat sedikit pun, ia benar-benar melakukannya.
"Saya akan lakukan ini, Bas. Tenang saja, pengorbananmu sudah terlalu banyak." Batin Leandra berisik.
***
Pengambilan darah selesai, Leandra kini terbaring cukup lemah di ranjang rumah sakit akibat darah yang diambil. Ia memejamkan matanya, tapi berusaha untuk tetap kuat.
Amara dengan cepat menghampiri saat Suster mengatakan bahwa Leandra sudah bisa ditemui. Melihat wajah Leandra yang sedikit pucat, membuat Amara merasa tidak enak dan sedikit canggung.
Ia mengusap lembut kepala Leandra, benar-benar sudah dianggap seperti anaknya sendiri. Air matanya sedikit menetes, lalu Amara mengatakan, "Makasih ya, Nak. Ibu gak tau hati kamu terbuat dari apa. Terima kasih, ya?"
Leandra, sosok yang sama-sama lembut hatinya, mudah tersentuh, ikut merasa haru. Tuhan.. dia merindukan orang tuanya. Leandra beranjak dari tidurnya, lalu memeluk Ibu Amara dengan erat. Tangisnya pecah di situ. Ia merasakan kembali kehangatan seorang Ibu.
"Terima kasih, ya. Ibu janji, Ibu akan suruh Baskara untuk membalas kebaikan Dokter Leandra," ucap Amara dibalas gelengan kepala dari Leandra.
"Baskara sembuh saja sudah cukup buat Leandra, Bu." Leandra mengusap bulir bening yang terus turun.
Ibu Amara memegang kedua sisi wajah manisnya, ia usap lembut pipi Leandra. "Cantik, seperti hatinya," gumam Amara memberi senyuman tulus.
***
Jangan ragukan cintanya, ia akan melakukan segalanya untuk orang yang ia cintai sepenuhnya.
Bahkan mungkin, bila ia harus menyelam tujuh lautan, akan ia lakukan.
Ia berikan untuk yang ia anggap dunianya, rumahnya, bagian dari hatinya.***
"Mungkin bila semesta mengatakan kamu bukan milikku, akanku biarkan semesta mencari jalan terbaiknya. Namun jika itu kembali padamu, akanku beri duniaku."
—Leandra Ganes Gantari
Bersambung...✨
tunggu untuk kelanjutannya, ya?? Jangan lupa untuk tetap support aku dengan vote+komen, yaa.
emoji apa yang kalian kasih untuk part ini?
See you in next part..👋
![](https://img.wattpad.com/cover/381246126-288-k424828.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Atma dan Renjananya
Short StoryKerinduan, pengorbanan, dan bertahan. Hidup masih tetap berjalan meski ada yang hilang. Tolong sampaikan pada bintang, bisikan pada Sang pemiliknya, bahwa memang benar.. semua yang dicinta, pasti akan hilang. "Jika Tuhan masih mengizinkan, saya pa...