"Oh, lihat siapa ini," ejek Xiao Zhan sambil berjalan mendekati Wang Yi. "Beta yang sok berani. Kamu serius mau main melawan kami? Ini bukan permainan anak-anak, tahu."
Wang Yi menahan napas, mencoba menahan rasa takut yang mulai menguasai dirinya. Tapi, mengingat Zhou Shiyu yang masih duduk di tribun dan menyemangatinya, ia menggertakkan giginya dan menatap Xiao Zhan dengan penuh ketegasan.
"Siapa bilang aku takut?" balas Wang Yi dengan nada yang mencoba terdengar percaya diri, meski ia tahu dirinya masih merasa sedikit ketakutan.
Xiao Zhan tertawa keras, ekspresinya penuh ejekan. "Kamu pikir kamu bisa menang lawan kami? SMA Beidou 32 adalah juara nasional dan kami sudah dilatih untuk menghadapi pertandingan serius. Jangan sampai kamu menangis di tengah permainan, beta cantik."
Ejekan itu membuat Wang Yi kesal, tapi dia menahan diri. "Kita lihat saja nanti," jawabnya dengan tenang, meskipun hatinya berdebar kencang. Dia tahu betul bahwa SMA Beidou 32 adalah sekolah yang mencetak bibit-bibit atlet. Mereka terkenal dengan kekuatan fisik dan kemampuan basket yang di atas rata-rata.
Ketika pertandingan dimulai, suasana di lapangan menjadi sangat intens. SMA Beidou 32 langsung menyerang dengan agresif, memanfaatkan kekuatan dan kecepatan mereka untuk menekan tim SMA Yutian 41. Xiao Zhan, sebagai kapten tim, tampak mendominasi permainan dengan gerakan yang cekatan dan serangan yang sulit diantisipasi.
Wang Yi yang merasa sedikit kewalahan, berusaha sekuat mungkin untuk mengikuti irama permainan. Meski SMA Beidou 32 memiliki keunggulan fisik, Wang Yi menggunakan kecerdikan dan kecepatannya untuk mengecoh lawan. Ia berhasil beberapa kali mencuri bola dari lawan dan memberikan assist yang bagus untuk Jian Mo.
Di sela-sela pertandingan, Wang Yi sempat melirik ke arah tribun dan melihat Zhou Shiyu yang terus menyemangatinya dengan senyuman penuh harapan. Tatapan Zhou Shiyu membuatnya merasa lebih bersemangat, seolah-olah dia sedang bertarung bukan hanya untuk sekolahnya, tapi juga untuk membuktikan sesuatu kepada Zhou Shiyu.
Namun tantangan terbesar datang dari Xiao Zhan. Setiap kali Wang Yi berhasil mendekati ring untuk mencetak poin, Xiao Zhan selalu muncul untuk menghalangi, menggunakan tubuhnya yang besar dan kuat untuk menahan pergerakan Wang Yi.
"Maaf, beta cantik, tapi ini bukan tempat untuk orang sepertimu," bisik Xiao Zhan dengan nada meremehkan ketika ia memblokir tembakan Wang Yi.
Wang Yi menggertakkan giginya, merasa semakin marah dengan ejekan-ejekan itu. Dia menolak untuk menyerah, terus berusaha mencetak poin meskipun tekanan dari SMA Beidou 32 sangat besar.
Pertandingan berlangsung semakin sengit, SMA Beidou 32 terus menekan dengan permainan agresif mereka. Sayangnya, SMA Yutian 41 bukan sekolah yang bisa diremehkan begitu saja. Mereka mampu mengimbangi permainan SMA Beidou 32, membuat permainan semakin seru dengan aksi saling kejar poin.
Xiao Zhan, yang tampaknya sudah sangat kesal dengan kemampuan Wang Yi, semakin gencar mencoba mengintimidasi dan menjegalnya. Ia memberi kedipan pada teman-temannya untuk mulai bermain secara kotor. Namun, Wang Yi tetap bisa lolos, meski tubuhnya yang lebih kecil terkadang kewalahan menghadapi tekanan dari para alpha berbadan kekar itu.
Di menit-menit akhir, SMA Yutian 41 berhasil menyamakan kedudukan, membuat seluruh lapangan dipenuhi ketegangan. Saat Wang Yi membawa bola dan mencoba menyerang ke arah ring SMA Beidou 32, ia dengan lincah bergerak melewati dua pemain lawan, berusaha memanfaatkan kecepatannya. Namun, di saat yang kritis, seorang pemain dari SMA Beidou 32 dengan sengaja menjulurkan kakinya, menjegal Wang Yi hingga terjatuh.
Wang Yi terjatuh keras di lapangan, tubuhnya terhuyung-huyung ke depan, tapi sebelum benar-benar jatuh, tangannya reflek meraih apa pun yang ada di dekatnya untuk menahan diri.
![](https://img.wattpad.com/cover/376575818-288-k684918.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Little Omega [SQHY | Wang Yi x Zhou Shiyu SNH48] ABO
RomanceWang Yi, seorang beta yang dingin, membenci omega, terutama Zhou Shiyu-rival sekelasnya yang selalu dikelilingi para alpha atau beta karena kecantikan dan kecerdasannya. Setiap hari mereka berdebat sampai seluruh sekolah mengetahui rivalitas mereka...