"Oje tunggu di sini, jangan kemana-mana" ucap anak laki-laki usia 10 tahun pada anak perempun lebih muda darinya.
"Ka Yeol, jangan tinggalin Oje" pinta anak yang dipanggil Oje itu dengan mata siap mengeluarkan kristal bening.
Yeol mengangguk menyakinkan bahwa ia akan kembali dan baik-baik saja, Oje akhirnya setuju dengan bujukan yang diberikan anak laki-laki itu.
Tidak berapa lama kepergian Yeol, suara tembakan memekik telinga terdengar beberapa kali.
Dorr...dorr
"Ka Yeol" panggil Oje, berlari ke arah dimana Yeol menghilang tadi.
Berjarak sekitar 5 meter Oje terdiam kaku dan bibir bergetar, melihat tubuh Yeol jatuh di atas tanah dengan bersimbah darah dari dadanya.
****
"Jangan terlalu bersedih" anak laki-laki usia 9 tahun mendudukkan dirinya di samping Oje yang menangis di balik pohon.
Gadis itu hanya melirik sekilas terlihat tidak berminat membalas ucapan yang ditujukan untuknya.
"Aku mengenal Yeol, dia hebat. Lihat bintang di atas yang paling terang itu mungkin Yeol".
Oje mengangkat kepalanya mengikuti pandangan ke atas langit yang gelap dipenuhi bintang.
"Oh ya kita belum kenalan, aku Nunu akan menjadi tetangga mu mulai sekarang".
Oje mengalihkan fokusnya menatap anak laki-laki itu dan ke samping rumahnya bergantian, ternyata benar rumah kosong di sebelah sudah terisi.
***
Dua buah kelopak mata terbuka dengan nafas yang tak beraturan. Terdiam sejenak mengumpulkan kesadaran, matanya menatap sekitar kamar yang ditempatinya. Sekitar 3 jam yang lalu ia sudah pulang dari rumah sakit dan tertidur kelelahan.
Rose berpikir keras mengingat kembali mimpi tadi yang terpotong-potong. Tidak ingat jelas bagaimana awal jalan cerita, namun secara garis besar semasa kecilnya ia mengenal dua anak laki-laki yang memiliki peran penting dalam hidupnya dan setelahnya mereka menghilang.
Ia tidak mengerti apa arti mimpinya? Ditarik secara paksa oleh kegelapan sebelum akhirnya ia terbangun.
"Sudah bangun" Eun woo ke luar dari kamar mandi setelah membersihkan diri.
Rose melihat ke arah suaminya yang sudah memakai piama tidur, lain hal dengan dirinya yang masih memakai baju kerjanya.
"Kenapa tidak membangunkan?" Rose masih duduk ditempat tidur.
Eun woo mengambil duduk di samping, memutar sedikit posisinya menghadap Rose.
"Kenapa, mimpi buruk lagi? Eun woo mengusap dahi istrinya yang berkeringat. Beberapa malam Rose terbangun dengan keadaan tidak baik, Eun woo tahu itu.
"Hmm, mau makan?".
Sedikit terlambat mungkin, Rose merasa bersalah tidak menyiapkan makan untuk suaminya karena ia tertidur.
Diam beberapa saat, ia mengerti istrinya belum terbuka sepenuhnya.
"Saya sudah makan, lebih baik kamu bersih-bersih dulu" Eun woo.
Rose mengangguk, berendam sebentar mungkin bisa menjernihkan pikirannya.
Setelah Rose masuk kamar mandi, Eun woo membawa laptop ke meja dekat sofa yang ada di kamar mereka. Menyelesaikan sedikit pekerjaan sempat tertunda, ia yang terlalu fokus pada dokumen dan email yang masuk tidak menyadari berapa lama waktu berlalu hingga Rose sudah berada di depan cermin rias.
"Belum selesai juga? Lanjutkan besok saja" Rose melihat pada pantulan kaca.
Mengalihkan perhatiannya pada sang istri, Eun woo mengangguk kecil. Menutup laptop dan menyimpannya pada laci.
Eun woo berjalan menghampiri, tangannya memutar kursi yang di duduki Rose agar menghadap padanya.
Sebuah kotak kecil terulur di depannya, Rose mengernyit bingung "Apa?".
"Buka saja" Eun woo dengan sikap apa adanya, tidak bisa romantis. Rose berdecak kesal dalam hati.
Menurut saja Rose membuka, matanya menemukan sebuah kalung cantik tersimpan dalam kotak itu.
"Apa ini untuk saya?" Rose menatap ke arah suaminya.
"Hmm" deheman sebagai jawaban iya.
"Kenapa?".
"Kenapa apanya?" Eun woo menaikkan alisnya, balik bertanya.
"Kenapa memberi hadiah? Ini bukan ulang-" Rose terhenti ia lupa sesuatu tanggal berapa hari ini dan jam? Tunggu ia melirik jam sudah masuk tengah malam dan kalender 5 November.
"Apa kamu lupa hari lahir?" Eun woo.
"Terima kasih" Rose tersenyum bahagia suaminya tahu hari lahirnya.
"Selamat bertambah umur" ketulusan terdengar dari Eun woo. Rose berhambur memeluk suaminya, menahan dengan susah payah air mata yang akhirnya jatuh juga.
"Sudah jangan menagis, jelek" Eun woo mendapat pukulan kecil pada bahunya.
"Menyebalkan, tapi terima kasih sekali lagi" Rose jengkel pada pria di depannya, lengkungan manis pada bibir cantiknya kembali terbit melihat kalung yang sudah dipasangkan Eun woo pada lehernya.
"Jangan pernah dilepas" pesan Eun woo, sebelum mencuri satu ciuman bibir istrinya.
"Jangan marah, bonus dari saya" ucapan Eun woo terdengar dari dalam kamar mandi.
"Dasar" gerutu Rose tapi ia suka.
Keromantisan pasutri ini tipis-tipis dulu
Jangan lupa tinggalkan vote dan komennya ya🌹
KAMU SEDANG MEMBACA
AFTER WEDDING
RomanceKehidupan Roseline park yang terlampau tenang dan biasa saja seketika berubah setelah masuk dalam kehidupan Cha eun woo, seperti ruller coaster yang tidak pernah terbayangkan olehnya. Ini cerita pertama ku untuk pasangan eunrose'. Selamat menikmati🌹