24🌹

32 4 2
                                    

Setengah hari menghabiskan waktu bersama di luar Rose, Lisa dan Jiso kembali bekerja. Mereka datang lebih awal dari waktu shif karena panggilan darurat. Dari berita yang disampaikan pada televisi sebuah pesawat Asiana Airlines mendarat darurat di Hongdae, distrik klub yang berada di sekitar Universitas Hongik di distrik Mapo. Dalam insiden turbulensi yang dialami maskapai penerbangan tersebut dilaporkan data penumpang 201 yang mengalami luka ringan sekitar 120 dan luka berat 76 serta yang dinyatakan meninggal 5 orang. Korban tambahan dari pengunjung klub 27 dan 5 orang mahasiswa, jadi total yang terdata 233 jiwa.

Lobby rumah sakit menjadi lebih padat manusia berlalu lalang. Wali pasien mulai berdatangan setelah dihubungi petugas rumah sakit.

"Lakukan CPR" Rose bersama beberapa perawat di ruangan ICU, pesien yang mereka tangani mengalami henti jantung. Perawat pria yang melakukan kompresi dada terlihat berkeringat dan mulai kelelahan.

Rose mengambil alih, sempat ditahan suster Jenera agar ia saja yang melakukan.

Sambil melakukan CPR, Rose terus berucap dalam hati "Ayo kembali, keluarga anda menunggu".

Kompresi diulang sebanyak 30 kali, dengan kecepatan 100‒120 kali/menit. Kompresi dilakukan dengan cepat dan kuat, dengan kedalaman minimal 5 cm dan maksimal 6 cm.

"Napas pasien kembali, dok" Jenera.

Rose menghentikan tindakannya disertai napas kelelahan. Mereka yang berada dalam ruangan juga menghembuskan napas lega.

"Lakukan CT Scan, bawa hasilnya ke ruangan saya" Rose ke luar ruangan setelah selesai menangani pasien diikuti Jenera.

"Baik dok" suster.

Mereka berbelok pada kamar lain untuk memeriksa pasien luka berat lainnya.

"Dokter sepertinya perlu istirahat sebentar" Jenera menoleh pada wajah kelelahan Rose yang terlihat sedikit pucat.

"Kita selesaikan ini dulu" Rose.

Jenera hanya mengangguk menyetujui.







****

Zurich (Swiss)

Hanbin ke luar dari sebuah rumah sakit, ia memasuki mobil putih yang sudah menunggu depan halaman.

"Kita terlambat" Hanbin mengambil duduk di kursi kemudi.

Eun woo mengangguk setelah membuka amplop coklat dari asistennya.

"Hubungi Lay, jangan mengulur waktu lagi".

"Baik". Hanbin melajukan mobil kembali ke hotel mereka tempati.

Menghabiskan waktu setengah jam, mereka sudah tiba di lobi The Dolder Grand.

"Kabar Rose" Eun woo terus berjalan memasuki lift menuju kamar masing-masing diikuti Hanbin. Mereka perlu istirahat untuk menyelesaikan urusan besok pagi.

"Dia memiliki jadwal cukup padat hari ini dan besok pagi akan pulang, sempat melewatkan makan malam". Hanbin menyampaikan laporan dari anak buah yang ia tugaskan.

Eun woo mengambil handphonenya dalam saku jas, menghubungi seseorang dipanggilan ketiga baru mendapat jawaban.

"Iya" .

"Apa Rose bersamamu?"

"Gue di ruang tunggu, terakhir lihat dia masuk ke ruangannya".

"Ok, gue cek dulu".

Jiso menatap layar handphone panggilan tadi sudah dimatikan. Ia menuju ruang Rose, mengetuk pintu sebentar sebagai formalitas.

"Apa dia ada pasien?" Jiso menemukan ruangan itu kosong. Kembali ke luar, menekan tombol hijau panggilan di nomor Rose tidak ada jawaban.

"Jen, Rose ada praktek?" Jiso menahan Jenera yang kebetulan lewat koridor rumah sakit.

"Tidak ada dok, tadi dokter Rose terlihat buru-buru pergi ke luar" Jenera sempat berpapasan dengan wanita itu di lobby, tidak sempat menyapa.

"Oh, terima kasih" Jiso pamit menuju ke ruang tunggu dan kembali menghubungi Eun woo.

Sebelum Jiso menghubungi Eun woo, Iren lebih dulu melaporkan posisi Rose sedang berada di Gyeonggi menggunakan mobil Lisa yang ia pinjam.

Provinsi Gyeonggi terletak di bagian tengah barat Semenanjung Korea.

"Apa yang dia lakukan di sana?" Eun woo mencoba menelpon Rose, sama seperti sebelumnya tidak aktif.

"Ambil penerbangan malam ini, kita ke Seoul" perintah Eun woo.

"Tidak bisa bos, bandara di seluruh negeri dilanda cuaca buruk termasuk Korea Selatan" Hanbin.

"Hujan salju diperkirakan akan berhenti pada kamis depan". Sambungnya lagi setelah membaca berita internet.

"Sial" Eun woo melepas jasnya dengan kasar, memijat sedikit kepalanya yang terasa berdenyut.

"Gunakan privat jet kamis depan" final Eun woo.

Kota Seoul, Korea selatan turun salju pertama di bulan November. Akibat salju yang tebal menyebabkan lebih dari 200 penerbangan dibatalkan atau ditunda.







****
Seluruh jalanan di Gyeonggi digenangi air hujan yang turun cukup lebat, mobil MINI Clubman yang dikemudikan Rose berjalan dengan kecepatan normal. Kondisi jalanan licin dan angin cukup kencang risiko kecelakaan sangat besar, Rose tidak ingin hal itu terjadi.

Sekarang ia memasuki kota Hwaseong, daerah pertanian terluas di provinsi Gyeonggi terlihat dari luar kaca mobil di sepanjang jalan banyak kebun sayur dan buah-buahan.

Rose mengambil handphone di dashboard sudah dalam keadaan mati, ia lupa membawa chargeran untuk mengisi daya.

Dor

Terdengar suara tembakan tidak terlalu nyaring tapi suara itu searah dengan mobilnya.

"Apa yang terjadi?" Rose merasa mobil yang dibawanya oleng. Tidak boleh panik, ia mencoba mengurangi tekanan pada pedal gas tidak bisa juga rem mobil blong. Ban mobil belakang pecah.

Rose mulai berkeringat dingin, apa yang harus ia lakukan? Handphonenya juga mati.

Terus membunyikan klakson dan nyalakan lampu hazard untuk memberi sinyal kepada kendaraan lain. Rose cepat memutar setir ke bahu jalan, jalanan sedikit sunyi dari pengendara lain hanya banyak pepohonan di pinggir jalan. Haruskah ia menabrakkan mobil ke pohon? Tidak ada pilihan lain, memejamkan mata sebentar.

Brak Dum

Suara benda keras bertabrakan.

"Akh" suara ringisan Rose yang terbentur setir, belum sempat melepaskan seat belt mobilnya kembali dihantam pohon yang tumbang. Cahaya yang diterima retina matanya sudah buram dan semuanya gelap.


















Jangan lupa tinggalkan vote dan komennya ya🌹

AFTER WEDDINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang