Di Korea jika salju pertama turun kita bisa minta permohonan dan bisa jadi kenyataan, yang sudah memiliki pasangan jika melihat bersama salju pertama turun hubungan mereka akan langgeng.
"Sudah bangun rupanya" seorang wanita memasuki kamar yang ditempati wanita lain sedang melamun memandang salju di balik kaca.
"Ailee, apa kamu yang membawa saya?" Rose mengenali wanita yang barusan masuk.
"Asisten saya menemukan kamu di samping mobil tidak sadarkan diri" Ailee mengambil duduk di sofa kamar yang tersedia.
"Terima kasih" Rose ingat ia masih dalam mobil sebelum pingsan. Apa ada orang lain yang menolongnya lebih dulu ke luar mobil atau ia sendiri yang berjalan?.
"Apa kamu tinggal di sini?" Lanjutnya lagi.
"Tidak, ini rumah mendiang ibu saya. Sudah cukup lama saya tidak berkunjung" Ailee ikut memandang salju yang berjatuhan.
Mata Rose mengitari kamar yang sedang ditempatinya, berwarna putih hangat seperti Neutral Ground terasa hangat dan nyaman.
Pandangan Rose terhenti pada bingkai kecil di sudut kamar, kakinya melangkah pelan. Ailee menyadarinya dan membiarkan saja.
"Foto itu diambil setelah kami melakukan olah raga di sekolah".
Rose sudah tahu hal itu dilihat dari seragam sekolah yang dikenakan 2 remaja lawan jenis itu, yang membuat matanya tidak bisa dialihkan ada pada remaja laki-laki seperti Eun woo. Apa itu Eun woo yang sama dengan Cha eun woonya.
"Sepertinya saya harus pulang, terima kasih sekali lagi" Rose bersiap kembali ke Seoul.
"Biarkan asisten saya yang mengantar" usul Ailee.
"Terima kasih, saya memesan taxi saja" Rose sampai di depan rumah beriringan dengan Ailee. Mobil Lisa sudah rusak dan mungkin saja juga sudah tertimbun salju.
"Di sini sangat sulit mendapatkan taxi, jadi asisten saya bisa mengantarkan kamu sampai jalan tol mendapatkan taxi". Ailee.
Rose mengangguk setuju. Tidak berapa lama setelah mobil yang mengantar Rose ke luar dari halaman, mobil lain masuk.
"Ada apa, kenapa ke sini?" Ailee.
"Ada pekerjaan di daerah sini, ayo pulang" Cristian kembali masuk ke dalam mobil. Ailee ikut saja, ia akan meminta asistennya langsung ke Seoul.
****
Tidak lama menunggu Rose sudah masuk ke dalam taxi menuju Seoul. Pasti sudah banyak pekerjaan yang ia tinggalkan di rumah sakit, menghubungi Jenera untuk menghandel pekerjaan yang bisa wanita itu lakukan biarkan saja sisanya nanti setelah ia membaik. Tubuhnya masih terasa sakit, ada beberapa luka yang ia dapat di bagian dahi atas membiru dan leher sebelah kiri terkena setir.
Butiran salju berjatuhan di kaca mobil, Rose ingin sekali menyentuhnya tapi udara terlalu dingin di luar.
"Salju pertama ya" gumam Rose. Bukannya bersama pasangan disaat salju pertama turun, malah nyawanya hapir meregang.
Rose ingat kembali dengan foto Ailee dan laki-laki mirip Eun woo tadi. Apa mereka punya hubungan masa lalu? Sebaiknya ia tanyaka nanti, sudah cukup banyak masalah yang belum memberinya titik terang.
Jarak tempuh dari Hwaseong-si ke Seoul 54 km, dengan waktu 42 menit. Taxi yang membawanya sudah sampai di halaman rumah.
Masuk ke dalam rumah, Rose langsung saja naik ke lantai atas menuju kamarnya untuk membersihkan diri dan luka-luka yang perlu ia obati.
15 menit selesai, masih menggunakan jubah mandi. Rose melihat lukanya di leher pada kaca rias, mengoleskan sedikit bioplacenton gel pada luka. Kemudian bergegas mengganti baju lebih panjang yang dapat menutupi luka di leher, luka pada dahi ia tutupi dengan poni tipis.
Dum
Pintu kamar dibuka kasar, Rose terlonjak kaget. Eun woo berdiri di depannya dengan ekspresi tidak terbaca.
"Ada apa woo?" Rose.
"Ada apa kamu bilang? Hm" tatapan intimidasi itu kembali ditunjukkan.
"Saya sudah bilangkan jika ingin pergi izin dengan saya dulu, jika saya izinkan kamu boleh pergi. Kamu tidak bisa pergi sekuka hati kamu Ros" Tenang tapi penuh penekanan dan emosi tertahan.
"Hargai saya sebagai suami kamu, kamu tanggung jawab saya" sambungnya lagi.
"Tanggung jawab, hanya itu?" Rose terkekeh, emosinya terpancing.
"Apa kamu sudah memenuhi tanggung jawab kamu pada saya? Kamu juga pergi sesuka hati, tanpa mengabari saya. Meningglkan banyak rahasia yang saya tidak tahu apapun".
Eun woo diam membiarkan istrinya meluapkan isi hatinya. Ia sadar sudah terpancing emosi jika dilawan itu tidak baik untuk dirinya dan Rose.
"Saya lelah woo, ada berapa banyak lagi yang kamu simpan?" Rose melemah, tenaganya terkuras habis. Untuk istirahat sebentar dan sarapan pagi yang sudah tidak bisa dikatakan pagi lagi karena sudah menuju siang saja ia tidak sempat.
"Saya pergi ke Gyeonggi, setelah seseorang mengatakan pelaku pembunuh Yeol ada di sana. Saya terus di teror, dia tahu semua kehidupan Yeol yang saya tidak tahu". Rose menjatuhkan air matanya tanpa isakan tangisan.
Itu terasa sakit bagi Eun woo, ingin menghapusnya tapi Rose mengambil langkah mundur. Pria itu mengepalkan tangannya di sisi tubuh, ia tahu perbuatan siapa itu.
"Saya belum selesai" Rose menggeleng lemah, tubuhnya mulai seringan kapas.
"Rose" Eun woo sigap menahan tubuh istrinya sebelum menyentuh marmer lantai kamar.
"Saya ingin tidur" Rose tersenyum dengan air mata menetes di sudut matanya, terakhir semuanya gelap.
"Tidurlah, tolong jangan tinggalkan saya" Eun woo membaringan tubuh Rose ke tempat tidur.
Hanbin yang menunggu di luar kamar masuk setelah dipanggil.
"Panggilkan dokter" Eun woo.
Hanbin mengangguk segera saja ia melakukan perintah atasannya.
"Maafkan saya" Eun woo menyentuh pelan luka lebam di dahi Rose dan bagian leher yang tersingkap rambutnya. Ciuman lembut ia berikan pada daerah luka dan terakhir dahi cukup lama, sebagai rasa bersalah yang ia tunjukkan sudah melibatkan Rose dalam hidupnya. Walaupun itu tidak dapat menebusnya.
Jangan lupa tinggalkan vote dan komennya ya🌹
KAMU SEDANG MEMBACA
AFTER WEDDING
RomanceKehidupan Roseline park yang terlampau tenang dan biasa saja seketika berubah setelah masuk dalam kehidupan Cha eun woo, seperti ruller coaster yang tidak pernah terbayangkan olehnya. Ini cerita pertama ku untuk pasangan eunrose'. Selamat menikmati🌹