22🌹

114 8 6
                                    

Sore hari jalan raya dipadati kendaraan roda dua maupun empat, waktu jam pulang kerja cukup padat. Eun woo salah satu yang terjebak macet hingga menjelang malam baru sampai rumah.

Sebelum menaiki tangga menuju kamar, Eun woo sempat melihat siluet Rose di dapur. Memilih melanjutkan langkah ia perlu membersihkan diri lebih dulu.

Rose sibuk memperbaiki mood swingnya dengan membuat strawberry tart setelah mempelajari buku resep yang sempat ia beli tadi.

Rose sibuk memperbaiki mood swingnya dengan membuat strawberry tart setelah mempelajari buku resep yang sempat ia beli tadi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Eun woo mendatangi dapur mengambil minum setelahnya duduk di meja bar.
Rose menoleh kebelakang mendengar gesekan kursi yang ditarik.

"Oh sudah datang" menata hiasan strawberry terakhir karyanya sudah jadi.

"Apa itu?" Eun woo sambil menyesap minumannya, melirik ke arah tangan Rose.

"Cobalah ini strawberry tart" Rose mengambil piring memindahkan tart untuk Eun woo.

"Bagaimana?" Rose ikut menyuapkan ke dalam mulutnya.

"Enak" Eun woo kembali memasukkan tart, cocok di lidahnya.

"Sudah makan malam?" Eun woo.

"Belum, kamu juga belum?" Rose.

"Hm, tunggu di sini saya akan memasak" meninggalkan bar Eun woo bersiap memasak.

Jarak antar bar dan tempat makan tidak terlalu jauh, Rose masih dapat melihat pria itu mengeluarkan daging sapi, bawang bombai, daun bawang, jamur, dan yang lainnya. Sepertinya mereka akan makan bulgogi, tumisan daging sapi khas Korea yang rasanya gurih dan sedikit manis.

Menunggu dengan sabar akhirnya bulgogi tersaji di meja makan "Enak" komentar Rose. Eun woo mengangguk dengan senyuman samar.

"Setelah ini saya ingin bicara, pergilah ke kamar lebih dulu" Eun woo sudah memyelesaikan makannya.

Rose mengangguk saja, setelah mencuci piring dan gelas bekas makan ia menuju kamar. Eun woo pergi sebentar mengurus sesuatu di ruang kerja.

Menikmati indahnya malam di balkon kamar menjadi pilihan wanita itu sambil menunggu Eun woo datang.

"Kenapa di luar? Udara sangat dingin" Eun woo sudah ada di kamar.

Langsung saja Rose masuk, memang benar di luar lumayan dingin karena sudah memasuki musim salju.

"Hari sabtu, kamar 1424 hotel Gardenia. Kamu ingat itu?" Eun woo.

Rose kaget kenapa bisa Eun woo megetahui hal itu, perasaan gugup melandanya. Apa pria yang tidak sengaja tidur denganya sudah menemui suaminya? Ini gawat.

"Maaf, saya bisa jelaskan. Jangan salah paham dulu" Rose terlalu gugup sampai tidak menangkap arti lain kata yang diucapkan Eun woo.

"Rose dengarkan dulu jangan dipotong saat saya bicara". Wanita itu hanya mengangguk kaku.

"Pria yang malam itu dengan kamu adalah saya, jujur saya benar-benar minta maaf. Saya berjanji setelah menemukan wanita itu akan bertanggung jawab dan wanita itu ternyata kamu".

Eun woo menggenggam tangan Rose yang bergetar. Takdir yang kembali mempertemukan mereka, setelah mengetahui wanita yang akan dijodohkan dengannya Eun woo menerima tanpa penolakan.

"Jadi, itu alasan kamu menerima saya?" Rose.

"Iya".

Mendengar itu kenapa di sudut hatinya terasa berdenyut? Ia akan menarik kembali tangannya sebelum Eun woo mengeratkan lagi.

"Jangan dilepas".

"Saya mencintai kamu Rose, sebelum atau pun sesudah kejadian malam itu" Eun woo.

Rasanya campur aduk setelah mendengar pengakuan suaminya.

"Saya berjanji dimasa sekarang atau pun masa depan selanjutnya saya selalu melindungi kamu".

"Maaf saya belum bisa menjawab perasaan kamu" Rose menunduk, rasa bersalah itu ada tapi mau bagaimanapun ia adalah wanita yang akan memasang tembok tinggi jika itu tentang hati, tidak mau terkhianati untuk kesekian kali.

"Tidak apa" Eun woo mengulurkan tangannya ke pipi putih Rose, mengelus dengan lembut.





****

Istana Kanton Winterthur, rumah sakit di Zurich (Swiss).

"Sejauh ini perkembangannya jauh lebih baik, loe bisa menemuinya" seorang pria muda dengan jas dokternya menoleh pada pria di sampingnya yang menatap objek wanita cantik duduk diam di taman rumah sakit.

"Hm, siapkan semuanya saya akan membawa dia pulang" Cristian.

Setelah mengatakan itu ia meninggalkan tempat menuju koridor lain, Unit perawatan intensif (ICU). Mengambil langkah masuk, di atas tempat tidur seorang pria berumur terbaring dengan berbagai alat medis terpasang di tubuhnya. Banyak perubahan yang diperlihatkan pria itu setelah terbaring cukup lama, keras dan kejamnya didikan yang diterima Cristian sekarang tidak ada lagi sejak 9 tahun yang lalu.

Berjalan ke sisi kaca yang memperlihatkan luar dari taman rumah sakit, wanita itu masih duduk di sana tidak bergerak sedikit pun di sampingnya dokter muda tadi sudah menemani bicara tanpa ada sahutan. Cristian terus mengawasi dua orang itu dari atas.

"Kamu tidak ingin memberi pesan sedikit saja untuk saya, setelah ini kita tidak bertemu lagi" Dokter psikiater bernama Liam.

"Ah, saya terlalu cerewet sepertinya, maafkan saya" kekeh Liam.

"Saya akan pergi, jaga dirimu baik-baik" Liam mengambil langkah terhenti mendengar suara wanita di sampingnya tadi.

"Terima kasih" singkat tapi cukup membuat Liam tersenyum. Mengangguk sebagai jawaban ia kembali melanjutkan jalan.

















Jangan lupa tinggalkan vote dan komennya ya🌹

AFTER WEDDINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang