Chapter 12: Cemburu dengan Perawat

228 23 19
                                    


Clay berjalan cepat ke kamar mandi tanpa membawa handuk. Saking gugupnya menghadapi Honey tadi, ia benar-benar tidak ingat bahwa ia harus membawa handuk dan membawa baju ganti. Untung saja bathrobe selalu tersedia di kamar mandinya.

Diguyurnya kepalanya guna menenangkan dirinya dari perasaan gugup terhadap istrinya. Mengapa ia harus gugup? Bukankah Honey adalah istrinya? Ya, dia pun tak paham mengapa ia harus gugup. Segera Clay membersihkan diri agar lekas makan malam bersama Honey.

"Sayang, aku menunggumu di ruang makan ya. Kaluna sudah menunggu di bawah," teriak Honey dari depan pintu kamar mandi.

"Iya, Sayang. Aku akan lekas ke bawah. Tunggulah di sana.

Honey pun bergegas turun menetralkan perasaan anehnya itu. Ia juga bingung mengapa ada gejolak aneh dalam dadanya. Ada perasaan aneh dan tak bisa diungkapkan. Clay yang di dalam kamar mandi pun menghela nafas lega karena Honey tak di kamar lagi.

"Hi, Kak! Mana Kak Clay?" tanya Kaluna ketika melihat Honey keluar dari lift.

"Oh, masih mandi," jawab Honey dengan senyum memaksakan.

"Ada apa dengan wajahmu? Merah padam. Apa kau sakit, Kak?" tanya Kaluna perhatian.

"Oh, tidak. Aku hanya merasa sedikit panas," jawab Honey cepat dan menutup rasa gugupnya.

"Panas?" tanya Kaluna heran padahal di luar tengah hujan.

"Ayo, kita makan. Sebentar lagi Kak Clay akan turun," ucap Honey mengajak Kaluna yang masih memasang ekspresi aneh.

Honey tengah menata makanan yang telah dimasaknya tadi. Kaluna pun membantu menata piring dan alat makan yang akan mereka gunakan. Ya, semenjak Clay dan Honey tinggal mansion megah itu, pembantu rumah tangga berkurang pekerjaannya. Kaluna yang cukup manja dan jarang makan di rumah, kini justru ikut berkontribusi dalam banyak hal.

Kaluna melakukannya tanpa paksaan atau perasaan tidak enak. Ia hanya baru merasakan hangatnya sebuah keluarga yang lengkap. Kedatangan Honey dan kebiasaannya yang selalu ingin memasak untuk sang suami membuatnya merasa ada kehadiran sosok ibu di tengah-tengah mereka. Itulah sebabnya Kaluna selalu menyempatkan pulang kantor lebih cepat agar dapat makan malam bersama.

Tak lama kemudian, Clay pun turun dan keluar dari lift. Sepeti biasa, ia akan mengecup pipi istrinya terlebih dahulu baru duduk di kursinya. Meskipun kali ini kecupannya masih gugup, tetap manis dipandang oleh orang yang melihatnya. Awalnya Kaluna merasa geli melihat kakaknya yang cool itu tetiba bersikap manis, akhirnya kini terbiasa.

Kaluna, Honey, dan Clay telah duduk di kursi masing-masing. Kebiasaan mereka sebelum makan ialah mengaitkan tangan mereka satu sama lain dan memanjatkan doa bersama. Ya, bukankah itu kebiasaan baik bagi keluarga mereka? Setelah memanjatkan syukur, mereka pun mulai makan dan biasanya berbincang bersama.

"Kak, kau ke mana tadi? Mengapa cepat sekali pergi dari kantor? Sedangkan kau pulang lebih larut dari aku," tanya Kaluna penasaran.

"Ke rumah sakit, bertemu dengan dr. Bow," jawab Clay santai.

"Oh, kontrol?" tanya Kaluna santai.

Clay dan Honey yang tadi telah membicarakan itu pun menegang. Mereka masih merasa canggung dengan topik yang berkaitan dengan kontrol itu. Kaluna yang tidak menjawaban pun bertanya kembali.

"Kak?" Kaluna memanggil.

"Huh? I-iya. Kontrol," jawab Clay terbata.

"Bagaimana hasilnya?? Apakah besar?" tanya Kaluna.

CHAPTER HIDUP: DREAM FAMILY (LANJUTAN MY THERAPY)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang