Clay tengah memandangi kebunnya yang semakin luas. Ia bangga dengan hasil kerja kerasnya hingga mampu memperluas lahan perkebunannya. Setelah negosiasi alot dengan pemilik tanah sebelumnya, akhirnya ia berhasil pada angka kesepakatan. Sebetulnya termasuk tinggi, hanya saja menurut Clay itu tidak masalah karena kebun ini akan memeroleh keuntungan yang lebih dari itu.
"Hoih, Bos! Pagi benar sudah di kebun aja," Dawan menyapa atasannya.
"Ahaha iya. Lihatlah, semakin banyak tugasmu ke depan, Dawan," ucap Clay menatap kebunnya.
"Siap, Bos! Serahkan padaku. Aku akan melakukan yang terbaik," ucap Dawan semangat.
"Bos, mengapa kau tampak berbeda ya?" tanya Dawan melihat hal yang aneh dari Clay.
"Huh? Apa?" tanya Clay penasaran.
"Kau terlihat lebih kekar dan padat kurasa. Hanya rambut saja yang masih panjang kurasa ini. Bahkan, tubuhmu lebih laki-laki dibandingkan aku yang laki-laki ini," ucap Dawan memandangi tubuhnya yang lebih kecil dari tubuh Clay.
"Ya, karena aku memang laki-laki," ucap Clay tersenyum.
"Huh?!" Dawan terkejut.
"Mengapa kau berteriak?" tanya Clay.
"Benarkah?" tanya Dawan memutar-mutar tubuh Clay mencari titik bahwa ia benar-benar lelaki.
"Kau sengaja ingin membuatku pusing, huh?" keluh Clay.
"Hehe, ma-maaf, Bos. Kau bercanda tapi kau selalu serius. Aku jadi bingung!" keluh Dawan masih memandangi tubuh Clay.
"Hhhh," Clay menghela nafasnya dan melepaskan satu persatu kancing kemejanya.
"Eh, a-auuw! Bos! Apa yang kau lakukan?! Ingat, kau sudah beristri!" Dawan dengan cepat menutup matanya karena malu jika melihat buah dada Clay.
"Bodoh! Lihat dulu!" Clay menarik tangan Dawan yang menutupi matanya.
"Haaaa!!!!?????" mata Dawan membelalak.
"Ja-jadi, Bos!?? Le-le-lelaki sungguhan?" Dawan masih menganga memperhatikan tubuh 'jadi' Clay.
"Ya," jawab Clay singkat dan mengancing kembali kemejanya.
"Jadi, beberapa bulan tidak kemari untuk membentuk badan seperti ini?" tanya Dawan masih penasaran.
"Tidak sepenuhnya. Ada yang memang harus aku perbaiki dari tubuhku," Clay bercerita.
Clay sudah menganggap Dawan sebagai adiknya. Dengan demikian, ia pun merasa nyaman untuk menceritakan kondisinya. Ceritanya disimak dengan baik dan antusias oleh Dawan yang polos itu. Meskipun polos, Dawan mampu memosisikan diri agar ia tetap memegang kepercayaan Clay terhadapnya.
Dawan sudah menjadi orang kepercayaan Clay sejak lama. Kini, ia memberikan Dawan tanggung jawab lebih besar untuk mengurusi keseluruhan kebunnya. Kini Clay tidak perlu sering-sering berkeliling memonitoring para petani dan perkembangan sayurannya karena Dawan sudah memiliki pengetahuan yang hampir sama dengan Clay.
"Auh, mengapa kau menangis?" tanya Clay menoleh ke arah Dawan.
"Aku-aku merasakan kesedihanmu, Bos. Betapa tersiksanya dirimu ketika masih dikuasai rasa bimbang dengan orientasimu. Kau memilikinya namun kau tak dapat melihatnya. Dan kau terjebak atas gender yang berbeda. Kini, kau sudah sepenuhnya utuh, Bos. Aku turut bahagia!" ucap Dawan berbinar.
Clay memeluk Dawan dengan erat dan penuh kasih sayang. Ia tahu dan dapat merasakan ketulusan Dawan terhadapnya. Clay hanya berharap Dawan mampu berkembang lebih baik lagi. Besar harapannya terhadap masa depan Dawan yang masih panjang.
KAMU SEDANG MEMBACA
CHAPTER HIDUP: DREAM FAMILY (LANJUTAN MY THERAPY)
RandomIni adalah kehidupan 'after married' dari Clay dan Honey. Cerita ini akan mengisahkan kehangatan sebuah keluarga yang dibangun oleh mereka. Dalam biduk rumah tentu akan ada permasalahan dan pasang surut di dalamnya. Namun, dengan cinta yang penuh, m...