Chapter 9: Clay Tak Mau Disentuh

600 45 17
                                    


"Mengapa kau murung sekali?" tanya Run melihat Clay yang memainkan pulpennya bengong.

"Hemm," Clay hanya menarik menghembuskan nafasnya.

"Jangan bilang kau ..." tanya Run curiga dengan senyum mesumnya.

"Mmmm," Clay mengangguk.

"Auw! Kasihan benar sahabatku ini. Hahahaha!" Run tertawa terbahak-bahak.

"Hhhh! Sudah empat hari aku tidak mendapatkan asupanku!" jawab Clay ketus.

"Auw! Lama sekali?! Ada apa?" tanya Run penasaran.

"Tanggal merah," ucap Clay mengeluh.

"Ooooh! Hahaha. Sudahlah. Kau juga kan merasakan itu. Jangan terlalu dirusingkan. Lebih baik kau bermain dengan tanamanmu di sana," Run menunjuk tanaman di kebun Clay.

"Hmmm. Aku tidak..." ucapan Clay menggantung.

"Tidak apa?" tanya Run penasaran.

"Tidak apa-apa. Aku akan memanen sayuran. Kau ikut? Lebih baik jangan. Tanganmu panas. Lebih baik kau kembali ke kantor," ucap Clay cepat meninggalkan Run.

"Hiiss! Mengapa kau hobi sekali meninggalkanku begini huh?!" teriak Run.

Run pun pergi dari ruangan Clay. Clay pun mulai dengan memanen beberapa sayuran. Pikirannya benar-benar ingin membelai Honey. Ahh sudah cukup lama baginya ia tidak menuangkan hasratnya itu. Ia berharap hari ini bisa melakukannya dengan Honey.

Setelah semua dirasa selesai, ia melihat jamnya dan sudah menunjukkan waktu pukul lima sore. Sudah waktunya ia menjemput Honey. Tanpa mengganti bajunya, ia bergegas menuju mobilnya dan melaju ke kantor Honey. Sudah tak sabar ia ingin masuk ke pelukan Honey.

Honey yang melenggang di lobi kantornya bersama Manow pun melambaikan tangan ketika melihat mobil Clay. Honey pun berpamitan dengan Manow dan Marissa. Honey membuka pintu mobil dan terkejut melihat pakaian sang suami.

"Astaga, Sayang! Kamu tidak mengganti bajumu?" Honey terkejut melihat Clay dengan baju kotornya.

"Aku merindukanmu. Jadi, tak sempat mengganti baju," ucap Clay manja.

"Ya, ampun. Apakah tak sempat membasuh wajahmu terlebih dahulu, hmm?" tanya Honey lembut sembari membersihkan wajah Clay dengan tisu basah yang selalu tersedia di mobil Clay.

Clay menggeleng manja dan membiarkan Honey membersihkan wajahnya. Setelah dirasa bersih, Clay mendekatkan wajahnya kea rah Honey. Honey paham apa yang diinginkan suaminya itu. Honey pun mengecup lembut bibir Clay. Senyuman pun terukir di wajah wanita matang yang berubah menjadi bayi di hadapan Honey.

Sesampainya di mansion, Clay dan Honey langsung menuju kamar mereka. Honey meminta Clay untuk mandi terlebih dahulu karena penampilannya yang benar-benar sedang kacau. Clay pun menurut saja. Setelah Clay selesai, Honey pun mandi.

Ketika mereka selesai mandi, mereka menikmati makan malam di ruang makan bersama Kaluna. Mereka berbincang dan bersenda gurau bersama. Benar-benar suasana keluarga yang sangat hangat. Ketika sedang asik berbincang, tetiba ponsel Clay berdering. Clay pun izin mengangkat telepon menjauh dari mereka. Honey heran, baru kali ini Clay mengangkat panggilan dan menjauh.

"Ada apa?" tanya Clay datar.

"Pertumbuhannya bagus. Kau harus cepat mengambil keputusan agar pertumbuhannya maksimal," jelas dr. Bow dari balik telepon.

"Hmm. Apakah aku benar-benar akan bisa memilikinya?" tanya Clay penasaran.

"Ya. Semuanya oke. Produksinya terlihat baik," jelas dr. Bow lagi.

CHAPTER HIDUP: DREAM FAMILY (LANJUTAN MY THERAPY) (Faye Yoko)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang