Chapter 7: Rumah Sakit

426 39 5
                                    


"Bagaimana perkembangan kasus di Indonesia?" tanya Clay pada Kaluna dan Run.

"Pak Paris telah menyerahkan bukti-bukti suap dan pemalsuan data harga. Ada juga bukti perjanjian bawah tangan antara perusahaan semen itu dengan Anuman. Kalau hanya pengacara biasa yang mengatasi ini, kurasa kita tidak akan menang melawan hukum di negara itu karena perusahaan semen yang kita ajak bekerja sama adalah perusahaan besar," ucap Run.

"Kau tidak salah. Namun, yang melakukan kerja sama bukankah management pemasarannya? Bukankah justru perusahaan tidak mengetahui hal itu?" tanya Clay lagi.

"Ya, benar. Hanya saja, jika menyangkut nama baik perusahaan, pasti perusahaan akan menutup kasusnya rapat-rapat meskipun si pelaku tetap akan mendapatkan sangsi dari perusahaannya," imbuh Kaluna.

"Jadi, bagaimana akhir dari kerja sama ini?" tanya Clay lagi.

"Setelah kasus ini mencuat, saham mereka anjlok hingga 50%. Direktur utamanya sempat menghubungiku untuk mengajukan kerja sama dan pengajuan ganti rugi atas kerugian yang kita alami. Namun, aku belum memberikan jawaban karena aku harus menunggu keputusanmu, Kak," ucap Kaluna.

"Periksa dulu track record perusahaan tersebut dengan teliti. Aku tidak mau bekerja sama dengan perusahaan yang abai dengan kejujuran. Kepercayaan adalah hal yang utama. Meskipun itu adalah pegawai mereka, nyatanya mereka mengabaikan kepercayaan kita," tegas Clay.

"Aku sudah memeriksanya. Sejauh ini perusahaan ini memang cukup baik. Namun, memang benar kronco-kronco bawah mereka yang senang bermain-main. Beberapa orang telah dimiskinkan karena melakukan korupsi dan pemalsuan cap perusahaan guna memikat kerja sama dengan perusahaan lain," jelas Kaluna lagi.

"Huh? Memalsukan cap perusahaan? Langkah yang sangat berani dan bodoh," ucap Clay mengecam.

"Ya, dan mereka dimiskinkan dan dipenjarakan. Sayangnya, mereka tak pernah mempublikasikan kasus-kasus tersebut dengan alasan menjaga popularitas perusahaan tersebut di masyarakat dan para koleganya," jelas Run lagi sembari membaca tabletnya.

"Padahal, jika mereka mempublikasikan itu dan menunjukkan bagaimana mereka menghukum para bajingan itu, kolega bisnis mereka justru akan semakin percaya dengan mereka," gumam Clay.

"Ya, mereka belum sebesar OT. Maka masih belum berani melakukan hal yang besar. Karena, mereka juga memiliki pesaing d sana. Pesaing mereka akan memutarbalikkan fakta jika mereka melakukan 'hal yang mencolok'. Begitulah persaingan di sana. Politik identitas," Kaluna memperjelas.

"Baiklah. Lakukan kerja sama dengan mereka. Dengan syarat," ucap Clay tegas.

"Apa, Kak?"

"Anak atau keluarga korban harus dipekerjakan di perusahaan itu sesuai dengan usia dan kemampuan mereka. Anak dari Pak Tito harus disekolahkan di sekolah terbaik dan dijamin kebutuhannya. Dan..." Clay berhenti sejenak.

"Apa?" tanya Run penasaran.

"Urus pembuatan kaki palsu untuk Pak Tito hingga ia bisa beraktivitas seperti biasa lagi," Clay melanjutkan dengan tatapan yang sangat tajam.

"Baik, Kak. Aku akan segera mengirimkan tawaran ini," Kaluna mengiyakan.

Setelah pembicaraan panjang, Clay memutuskan untuk kembali ke mansionnya. Ia telah merindukan istrinya lagi. Meski setiap hari bertemu, aroma tubuh istrinya adalah sumber energinya. Ketika akan melajukan mobilnya, ponselnya berdering.

"Clay, kapan kau akan memeriksakan kondisimu lagi? Bukankah ini sudah cukup lama kau berpikir?" ucap Dokter Bow di balik telepon.

"Hhh. Aku masih meragukannya. Apakah aku harus mengambil tindakan itu?" ucap Clay.

CHAPTER HIDUP: DREAM FAMILY (LANJUTAN MY THERAPY) (Faye Yoko)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang