Thailand
"Kakak ipar, mengapa kau belum tidur?" Kaluna menghampiri Honey yang masih duduk di depan sofa sembari memegangi ponselnya.
"Oh, kau sudah pulang?" tanya Honey menoleh dengan tatapan sayunya.
"Mmm," Kaluna mengangguk.
"Kakak menunggu kabar Kak Clay? Tenanglah. Dia baik-baik saja. Kak Run telah mengabariku dan mengirimkan beberapa bukti untuk diselidiki," jelas Kaluna.
"Syukurlah," jawab Honey lirih sembari melihat ponselnya.
"Kak Clay bahkan tidak sempat mengambil ponselnya. Begitulah dia ketika sedang bekerja. Tapi, setelah semua kegundahan dan urusannya selesai, ia akan segera mengabarinya," jelas Kaluna.
"Apakah dia makan dengan baik?" tanya Honey dengan pandangan mengawang.
"Mmm," Kaluna tersenyum mengangguk.
Tentu saja Kaluna tidak ingin membuat kakak iparnya khawatir. Kaluna tahu betul bagaimana Clay ketika sedang terlarut dalam pekerjaannya. Jangankan makan, untuk mengalihkan pandangannya saja dia tidak sempat. Apakah Kaluna tidak khawatir? Tentu saja. Dia adiknya. Orang yang tahu betul kebiasaan sang kakak.
Jakarta Selatan, Indonesia
Run melihat ponselnya dan membaca sebuah pesan.
Kaluna
Kak Run, bisa kau sampaikan pada kakakku kalau istrinya cemas menunggu kabar darinya. Tolong ingatkan dia untuk makan. Istrinya bahkan belum makan sama sekali sejak siang tadi karena cemas. Tolong ingatkan juga bahwa kini ia memiliki seseorang yang selalu menunggu kabarnya. Tidak seperti dulu saat masih melajang. Terima kasih, Kak Run.
Run menunjukkan pesan itu kepada Clay. Clay memang harus diingatkan. Setelah keluar dari ruangan Pak Tito, ia tak berhenti mengawang dan mengepalkan tangannya menahan pilu dan sakitnya keluarga korban. Berlebih setelah melihat ketiga anak Pak Tito yang terlihat sangat tegar. Mereka tidak menyiratkan amarah sama sekali. Benar-benar keluarga yang teduh.
"Astaga!" ucap Clay setelah membaca pesan dari Kaluna.
Clay merogoh ponselnya yang sejak sampai Indonesia tak disentuhnya. Ia mencoba menghubungi sang istri meski sudah cukup larut. Dengan cemas ia menunggu panggilannya diangkat. Namun, setelah beberapa lama, teleponnya tak dijawab oleh Honey. Akhirnya, ia memutuskan untuk mengiriminya pesan.
Clay
Hai, Mami. Daddy is here.
I'm good. Really good. Don't worrie.
Jangan cemaskan aku. Aku telah menemukan beberapa bukti dan kini sedang mengunjungi para korban di rumah sakit.
Apakah istriku makan dengan baik? Tunggu aku pulang ya, Sayang. Aku mencintaimu ❤️
Setelah pesannya terkirim, ia menghela nafas kasar karena merasa bersalah tidak mengabari istrinya. Ia benar-benar terlarut dengan emosinya sendiri hingga lupa bahwa ada hati yang tengah gundah menunggu kabarnya. Ia mengusap kasar wajahnya karena perasaan bersalahnya.
"Sudah, ayo kita makan. Kau belum makan sejak siang tadi," ajak Run ketika melihat sahabatnya seperti frustasi karena dirinya sendiri.
"Apakah ada yang akan selidiki lagi?" tanya Run memecah keheningan.
"Tidak. Aku dan Musa telah menemukan semuanya. Aku hanya perlu berkomunikasi lebih lanjut dengan Pak Paris untuk urusan hukum di negara ini. Aku akan menyerahkannya padanya," ucap Clay sembari menyeruput udonnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CHAPTER HIDUP: DREAM FAMILY (LANJUTAN MY THERAPY)
AcakIni adalah kehidupan 'after married' dari Clay dan Honey. Cerita ini akan mengisahkan kehangatan sebuah keluarga yang dibangun oleh mereka. Dalam biduk rumah tentu akan ada permasalahan dan pasang surut di dalamnya. Namun, dengan cinta yang penuh, m...