Shao Hua Ruo Jin/True Cardamom

Shao Hua Ruo Jin - Chapter 74

Pilihan anggur Yunyi terbukti manjur. Setelah menyesapnya, Ming Tan merasa mabuk. Saat kembang api memudar, kepalanya berputar, dan kata-kata yang ingin dia sampaikan kepada Jiang Xu pun sirna.

Sambil menangkupkan wajahnya, dia menatap langit berbintang dan danau yang jernih. Sesekali angin bertiup kencang, menyebarkan bintang-bintang yang terpantul. Saat pusing menyerangnya, pemandangan itu berubah menjadi mimpi yang memesona.

Dalam penglihatan ini, hamparan bintang tak berujung membentang di atas danau seperti cermin yang dihiasi cahaya surgawi. Pepohonan berdiri diam saat dia bersandar di bahu lebar suaminya, setiap langkah membawa mereka maju.

Mimpi itu terasa begitu nyata, sehingga Ming Tan tidak dapat membedakannya dari kenyataan. Dia cegukan, lalu menggumamkan sebuah puisi: "Mabuk, aku tidak dapat membedakan langit dari air; perahu kita, yang penuh dengan mimpi yang jelas, melaju di Bima Sakti. Mmm... tetapi aku tidak... tidak mabuk!"

Jiang Xu menoleh ke belakang, dengan lembut menyesuaikan posisinya.

Momen tenang ini hancur ketika Yunyi, yang menyaksikan kejadian itu, bergegas maju untuk menawarkan bantuannya. Lagipula, menurutnya, tidaklah pantas bagi tuannya untuk menggendong seseorang sendiri.

“…”

“Tidak perlu. Urus saja sendiri,” jawab Jiang Xu singkat.

—

Setelah tinggal sebentar di Kabupaten Li, Jiang Xu dan Ming Tan berpisah dengan Shu Jingran keesokan harinya, menuju Tonggang di Prefektur Quan. Para pengawal yang menyertainya juga berpisah, dengan sebagian besar ditugaskan untuk melindungi Shu Jingran. Bahkan Yunyi pun ikut serta atas permintaan Shu Jingran.

Jiang Xu yang awalnya enggan, akhirnya menyetujui pengaturan ini. Bingung, Ming Tan bertanya begitu mereka berada di jalan, "Mengapa kau membiarkan Yunyi pergi bersama Tuan Muda Shu?"

"Bagaimana menurutmu?" Jiang Xu membalas.

Ming Tan merenung, lalu memberanikan diri, "Mungkinkah Tuan Muda Shu menyukai Yunyi, dan kamu ingin mempertemukan mereka?"

Ketika Jiang Xu tidak menanggapi, dia melanjutkan, "Tetapi istri Menteri Kanan dikenal sangat menjunjung tinggi kesopanan. Bagaimana mungkin dia mengizinkan Tuan Muda Shu bersama Yunyi? Apakah kamu yakin ini tidak akan menimbulkan masalah?"

Sepanjang perjalanan mereka, Ming Tan memperhatikan perhatian khusus Shu Jingran terhadap Yunyi. Meskipun Yunyi awalnya acuh tak acuh, dia mulai bersikap hangat padanya sejak meninggalkan Quancheng. Ming Tan telah memperhatikan hal ini tetapi berpura-pura tidak tahu, tidak pernah mencoba untuk menjodohkannya. Menurutnya, persatuan mereka tidak mungkin.

Kesenjangan antara putra Menteri dan seorang pengawal rahasia tampak tak terelakkan, lebih besar daripada kesenjangan antara pewaris marquis dan seorang polisi rendahan. Jika pernikahan biasa saja tidak mungkin, bagaimana mungkin Yunyi berharap untuk menikahinya? Tentu saja istri Menteri tidak akan mengizinkannya menjadi selir. Selain itu, mengapa seorang yang berjiwa bebas seperti Yunyi ingin memasuki rumah tangga yang begitu ketat? Lebih baik menghindari komplikasi sejak awal.

“Shu Jingran bisa menangani urusannya sendiri,” Jiang Xu menjelaskan. “Dia pria yang tegas. Jangan khawatir.” Sebenarnya, dia hanya menganggap Yunyi merepotkan dan tidak berniat menjadi mak comblang.

Ming Tan mengangguk, meskipun hatinya terasa berat. Ia menyadari bahwa meskipun ia khawatir, ia tidak dapat memengaruhi apa pun selain dirinya sendiri. Sebulan jauhnya dari ibu kota, ia bertanya-tanya tentang prospek pernikahan Bai Minmin dan Jingwan.

—

Tiga hari kemudian, mereka memasuki Prefektur Quan. Jalan menuju Tonggang terbukti menantang, dengan separuh jalan pertama sempit dan berlubang, tampaknya terbengkalai selama bertahun-tahun. Separuh jalan berikutnya bahkan lebih buruk. Meskipun kereta kudanya nyaman, Ming Tan merasa pusing dan mual karena desakan terus-menerus. Lebih buruk lagi, setelah mencapai kota dekat Tonggang, Jiang Xu mengumumkan bahwa mereka tidak dapat lagi menggunakan kereta kuda itu.