Kim Mingyu tidak sepenuhnya paham kenapa dia diminta untuk pergi ke apartemen di komplek Daerim, distrik Yeongdeungpo. Tuan putrinya itu tidak membalas pesan selain yang berisikan alamat serta nomor kamar.
Saat membuka pintu, dia mencium feromon Wonwoo yang gugup, khawatir, dan... antusias.
"Ck, sial." Wonwoo menyumpahi ponselnya sendiri dan membanting benda kotak itu ke atas kasur, masih sangat sayang kalau dilempar sembarangan.
"Jeononu," Mingyu memeluk pemuda Jeon yang sedang menatap dengan gusar keluar jendela, backhug. Ini sudah larut malam, besok masih sekolah, mungkin Wonwoo tidak memanggilnya untuk main-main saja. "Menelpon siapa?"
"Kim 'bajingan' Taehyung," ketusnya, Mingyu jadi mengelus puncak kepala Wonwoo dan berharap mood-nya membaik. Pemuda Jeon itu tiba-tiba membalik badan sehingga keduanya saling berhadapan. "Mingyu, ayahku membekukan rekeningku." Dia mengadu, dan suaranya terdengar manis di telinga.
Rekening Wonwoo berisi ratusan juta won, pendapatan dari sahamnya yang 1% di Grup Jeonha dan sisa-sisa uang saku di tahun baru. Dia tidak apa-apa dengan dicabutnya hak milik saham yang lumayan itu, hanya saja uang yang dia miliki bertahun-tahun juga jadi tidak bisa digunakan.
"Mau bagaimana lagi, tuan putri," ucap Mingyu. "Kau masih SMA, bukankah di dompetmu masih ada beberapa juta? Kau tidak butuh lebih banyak uang."
"Kenapa reaksimu selalu menyebalkan sih? Waktu itu aku mengadu soal pertunangan dan jawabanmu juga seperti ini. Apa kau mencintaiku, Kim Mingyu?" Protesnya lirih, mengeratkan pelukan Mingyu untuk melingkari badannya.
"I love you," sebagai manusia buatan yang jujur saja tidak paham perasaan, Mingyu tetap menjawab seolah dia mengatakan itu dari hati.
"Selamanya?"
"Tentu, princess." Wonwoo tidak puas, Mingyu bisa melihat sekilas wajah itu di pantulan kaca hotel. "I will love you forever, aku janji."
"Hmm, apa yang kau ingin lakukan setelah lulus?" Kali ini Wonwoo mendongak untuk melihat wajah Mingyu yang tersenyum hangat.
"Mendaftar di universitas, menjadi insinyur, teknisi yang bisa membuat hal-hal keren." Jawab Mingyu, "kau?"
"Aku ingin membawamu pergi dan menikah denganmu, juga masuk jurusan komputer dan bekerja di rumah." Wonwoo tersenyum sendu sebelum menambahkan, "punya rumah sendiri meskipun kecil, tinggal bersamamu."
Jujur saja, Mingyu terkejut.
"Kenapa kau sangat terobsesi denganku?" Mingyu mencium pipinya dengan dalam.
"Aku? Terobsesi denganmu?" Telinga hingga wajah Wonwoo merona, dia ingin mengelak tapi terlanjur salah tingkah. Mingyu tertawa renyah seakan mengolok-oloknya, tangan Mingyu mendorong kepalanya sampai terpendam di badan kokoh itu.
Wonwoo menatap ke malam yang dipenuhi oleh kerlap-kerlip lampu papan toko. Menarik napas dalam, seakan berusaha menyerap semua kehangatan yang Mingyu berikan saat ini, mungkin suatu saat dia tidak akan merasakannya lagi.
"Apa kau pikir, kita bisa seperti ini selamanya?" tanya Wonwoo dengan senyuman kosong, tanpa melihat reaksi Mingyu. Ada ketakutan tersembunyi di sana nadanya, takut pada masa depan yang bisa merenggut segalanya dari siapapun.
Mingyu menyandarkan kepalanya ke puncak kepala Wonwoo, mengusap lembut rambut hitam kelam makhluk manis ini. "Aku tidak akan pergi, princess." Kata-katanya pelan tapi tegas, seolah berusaha mematri janjinya di antara bintang-bintang di langit. "Aku akan terus bersamamu."
"Bagaimana jika... kau menemukan seseorang yang lebih baik? Seseorang yang bisa memberimu semua yang tidak bisa kuberikan?" suara Wonwoo hampir tenggelam.
KAMU SEDANG MEMBACA
LIE LIE. | minwon ft. svt
ФанфикJeon Wonwoo seorang alpha, yang tidak ingin menambah ekspektasi orangtuanya yang terlalu membebani, jadi dia menukar informasi lab dan selama 3 tahun di SMA berpura-pura sebagai omega. Ingin hidup tenang, tapi semenjak Kim Mingyu menggeretnya kemana...