3. Closer

2.4K 216 8
                                    

Sekotak jus jeruk ada di atas meja Wonwoo, tanpa menebak pun dia tahu dari siapa benda asing ini.

"Tidak terima penolakan," Wonwoo membaca kertas catatan yang di bawah kotak, insial kmg. Lagi-lagi, rasa tidak enak hati membuat Wonwoo merasa bersalah.

"Wonu!" Mingyu mengulurkan kepalanya di jendela kelas yang terhubung dengan koridor, "ayo makan siang denganku."

Siapapun bisa melihat jika Kim Mingyu hanya berteman dengan para alpha elit; Choi Seungcheol, putra donatur sekolah yang ucapannya adalah mutlak, selain donatur dilarang ngatur. Hong Joshua, yang sering memenangkan olimpiade biologi nasional, asertif dan baik hati. Lee Seokmin, si atlet panahan yang memiliki nilai poin tertinggi se-Korea Selatan, ramah dan ramai.

Tapi, hari ini dia mengajak seorang omega cacat untuk masuk ke dalam sirkel pertemanan mahal itu.

Awalnya, Wonwoo sempat berpikir jika Mingyu hanya mendekatinya karena taruhan dengan teman-teman gilanya itu. Tapi setelah melihat ekspresi mereka yang biasa saja saat melihat Wonwoo, spekulasi itu berkurang sedikit.

"Aku ada janji dengan Jeonghan," kata Wonwoo yang membawa kantong plastik berisi roti.

"Jeonghan, Yoon?" Seungcheol bertanya pada Mingyu, tidak menanyakan itu langsung pada Wonwoo— karena kenal saja tidak.

"Eoh, Wonwoo dan Jeonghan memang dekat, kudengar begitu." Jawab Mingyu. "Kenapa tidak kau bawa Jeonghan juga, Wonwoo? Kita makan siang bersama." Mingyu masih setia menopang tangannya di kusen jendela.

Wonwoo mengerutkan wajah dan menggeleng, malas menjelaskan kenapa dia lebih suka berdua dengan Jeonghan di atap ketimbang bersama alpha-alpha ini.

— 🐈‍⬛ —

Semenjak hari itu, teman-teman Mingyu mendadak menjadi teman Wonwoo juga.

Saat berpapasan di jalan, Seungcheol selalu menyapanya meskipun Wonwoo kebingungan. Joshua yang terkadang terlambat pulang dan duduk di perpustakaan untuk belajar, jadi sering mengajak Wonwoo untuk membahas soal-soal persiapan ujian perkuliahan. Sementara Seokmin yang nosy, penganut paham temannya sahabatku adalah temanku, heboh sekali memanggil Wonwoo saat melihat batang hidungnya.

"Aish dasar," Jeon Wonwoo tidak mengerti lagi harus bagaimana saat diajak makan daging panggang bersama sirkel Mingyu. "Dagingnya lengket ke pemanggang."

"Sini, biar aku saja, Wonwoo." Mingyu mengambil capitan dari tangan Wonwoo.

"Wah kalau dilihat-lihat kalian serasi juga ya. Mirip ibu dan ayahku." Celetuk Seungcheol.

Wonwoo mengernyit, Mingyu malah tersenyum, "doakan saja aku jadi sekaya ayahmu."

"Menikah saja lah kalian, cie cie, eheuyy." Seokmin tertawa riang. Wonwoo nyaris mengutuk, kenapa juga dirinya tidak mengerti apa-apa soal barbeque sehingga Mingyu harus mengurusnya? "Jangan-jangan Mingyu mengenalkan Wonwoo ke kita dengan tujuan terselubung?! Iya tidak, Josh?"

Joshua tersenyum lembut, tahu jika Wonwoo tidak suka digoda seperti ini. "Seokmin, ini daging yang kubungkus, coba aaa." Ucapnya untuk mengalihkan perhatian.

"Kalau Wonwoo mau, aku masih banyak kekurangan." Mingyu menempelkan kepalanya dengan kepala Wonwoo, tentu saja Wonwoo hanya diam di tempat.

"Apa sih," Wonwoo makin curiga jika dia hanyalah bahan taruhan di sini.

Dia bukanlah omega, hanya alpha yang tengah berbohong pada dunia. Jantungnya berdetak kencang, memikirkan bagaimana jika Mingyu tahu mereka sama-sama alpha, kecewa kah? Lagipula ucapan barusan itu pasti hanya candaan, kan?

Joshua menambahkan daging sapi di atas mangkuk Wonwoo, "aku suka Wonwoo, Wonwoo mau ya berteman sama kita?"

"Hah?"

"Kata Mingyu, dia kesulitan mendekatimu, jadi kami juga sekalian mendekatimu sebagai teman." Seungcheol tertawa terbahak, muka Mingyu menjadi masam.

"Aku kan sudah bilang jangan kasih tahu Wonwoo soal itu, aish." Mingyu jadi hendak mengetuk kepala Seungcheol menggunakan penjepit daging.

" Mingyu jadi hendak mengetuk kepala Seungcheol menggunakan penjepit daging

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
LIE LIE. | minwon ft. svtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang