23. Strong

1.3K 160 10
                                    

"Gyu, kau serius berpasangan dengan omega itu?" tanya Lalisa, salah satu teman Mingyu di luar sekolah, teman mabar. Suaranya ramah, tapi matanya berbicara sebaliknya. "Maksudku, kau tahu kalau dia... berbeda, kan?"

Mingyu meminum kopinya, sedang mempertimbangkan pertanyaan barusan dengan serius. "Oh? Beda bagaimana, Lis?" Tanyanya santai, tapi ada kilatan dalam netra hijau keemasan itu.

"Ya, kau tahu lah," kata Lisa sambil melirik teman-teman di sekeliling mereka. "Dia kan omega... cacat?Maksudku, kau kan Kim Mingyu. Semua orang ingin dekat denganmu. Apa kau yakin ini bukan... Anomali?"

Tawa kecil terdengar di tengah mereka. Mingyu tersenyum dan membiarkan keheningan menyelimuti selama beberapa saat, mereka jadi bertanya-tanya apa yang ada di dalam pikirannya.

"Hei, Lisa." Suara Mingyu pelan tapi jelas, dia mencondongkan tubuhnya ke perempuan itu, "kau tahu apa yang aku suka dari kalian? Kalian selalu tahu bagaimana membuat obrolan seperti ini jadi menarik."

Beberapa dari mereka tersenyum gugup, tidak yakin ke mana arah pembicaraan ini. Mingyu melanjutkan dengan ramah, seperti sedang menghibur pelanggan yang baru tiba di swalayan pinggir jalan.

"Kalau hanya memilih teman atau pasangan berdasarkan 'kesempurnaan', bukan kah itu membosankan?" Mingyu menatap Lisa sejenak dengan senyum tipis di wajahnya. "Kalian tahu jelas kalau aku suka tantangan. Jeon Wonwoo itu, well, dia lebih dari sekadar tantangan."

Jaehyun mengangkat bahu, mencoba tertawa untuk mencairkan suasana. "Sudahlah, Gyu, tidak perlu sugar coating keadaan. Kau bisa mendapatkan siapa saja, kenapa harus omega cacat?"

Mingyu ikut tertawa halus, seolah apa yang baru saja dia dengar adalah lelucon kelas atas. "Kalau kau tidak paham kenapa, mungkin itu karena kau belum pernah mencobanya."

Itu terdengar tidak bermoral, cabul, dan memalukan.

"Tapi oke, aku paham. Kalian sedang khawatir. Gemas sekali, kalian sayang aku segitunya?" Tanyanya dengan tingkah yang diimut-imutkan itu membuat teman-temannya pura-pura mengernyit jijik, menahan muntah, geli. Tawa terdengar lepas karena itu lucu sekaligus menyebalkan.

Lagipula apa yang mereka tahu soal Wonwoo? Tidak ada yang tahu soal alpha bernama Wonwoo itu sebaik Jeonghan.

Wah, tiba-tiba rasanya kesal memikirkan itu. Jeon Wonwoo sebagai alpha pastinya masih tergoda dengan feromon heat dadakan dari Yoon Jeonghan, padahal Mingyu sudah menandai Wonwoo.

Apa Mingyu benar-benar menyukai Wonwoo sekarang dan bukan sekedar kata-kata pemanis yang biasa dia lontarkan? Hm?

Di lain tempat, tepatnya Rumah Sakit. Joshua dan Seungcheol sedang mengunjungi Seokmin yang baru bangun. Bilik rumah itu sunyi, hanya ada suara mesin infus yang berdetak pelan. Seokmin terbaring di ranjang, kepala dibalut perban putih. Joshua dan Seungcheol duduk di sisi tempat tidur, memandang Seokmin dengan tatapan cemas.

"Bagaimana perasaanmu, Seok?" tanya Joshua dengan lembut, seolah-olah luka Seokmin bisa semakin parah dengan kalau intonasinya naik.

Seokmin yang sedang berusaha menahan senyum malu karena perban di kepalanya terlihat sangat memalukan, apalagi karena temannya yang berkunjung dan bukan orang lain, mengangkat bahu dengan santai. “Ah, ini hanya agak bagaimana ya? Aku merasa seperti… kepalaku ada isinya, tapi bukan otak.”

"Pfft—" Joshua menahan tawa.

Seungcheol menggenggam tangan Seokmin dengan prihatin. “Tidak apa, kepala juga penting, Seok. Kalau tidak ada, bagaimana kita bisa melihat dunia ini dengan jelas? Bayangkan kalau kau tidak bisa lihat pizza lagi, kan ngeri.”

LIE LIE. | minwon ft. svtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang