Kebenaran dibalik Kristal biru

9 1 0
                                    

Malam menjelang ketika 48Hogwarts Crew akhirnya kembali ke desa, lelah tetapi masih dipenuhi pertanyaan tentang kristal biru dan pria bertopeng misterius. Mereka berkumpul di sebuah pondok kecil yang disediakan oleh warga desa, sementara Christy memimpin diskusi.

Christy:
"Kita tidak bisa mengabaikan ini. Kristal itu jelas memiliki sesuatu yang besar, tapi kita belum tahu apa. Kita perlu menggali lebih dalam."

Marsha: (duduk santai, memutar tongkat sihirnya)
"Kalau kristal itu bisa bikin orang jadi kuat seperti pria bertopeng tadi, bayangkan kalau jatuh ke tangan yang lebih jahat."

Grace: (mengusap dagunya, berpikir)
"Tapi kenapa dia bilang kristal itu punya kehendak sendiri? Itu aneh, bahkan untuk benda magis."

Hillary, yang sejak tadi mendengarkan sambil bermain dengan anak-anak desa yang mengelilinginya, akhirnya angkat bicara.

Hillary:
"Anak-anak tadi bilang ada cerita lama tentang kristal itu. Mungkin kita bisa bertanya pada orang tua desa untuk lebih jelasnya."

Grace: (tersenyum)
"Hillary, kau luar biasa! Kau selalu mendengar hal-hal yang kami lewatkan."

Hillary tersenyum kecil, tapi kemudian seorang anak kecil menarik bajunya.

Anak Desa:
"Kakak Hillary, cerita tentang kristal itu ada di rumah Pak Guntur. Tapi Pak Guntur jarang mau bicara dengan orang asing."

Marsha: (menyeringai)
"Yah, kebetulan aku jago bikin orang-orang keras kepala jadi bicara. Serahkan padaku."

Christy: (menggeleng)
"Marsha, kita butuh pendekatan halus. Biar Hillary dan aku yang bicara dulu."

Keesokan harinya, mereka pergi ke rumah Pak Guntur, lelaki tua yang dikenal bijaksana namun tertutup. Mereka mengetuk pintu kayu rumahnya, dan setelah beberapa saat, Pak Guntur muncul dengan tatapan waspada.

Pak Guntur:
"Apa yang kalian inginkan?"

Hillary: (dengan suara lembut)
"Kami hanya ingin tahu tentang kristal biru yang ada di altar pulau ini. Anak-anak desa bilang Bapak tahu banyak."

Pak Guntur mengernyit, ragu-ragu.

Pak Guntur:
"Kalian orang luar. Aku tidak yakin kalian bisa menangani kebenarannya."

Christy: (serius)
"Kami tidak datang untuk bermain-main, Pak. Kami hanya ingin memastikan kristal itu tidak membawa bahaya bagi siapa pun."

Pak Guntur akhirnya menghela napas panjang dan mengundang mereka masuk. Di dalam, ia mulai bercerita sambil menatap api yang berkobar di perapian kecilnya.

Pak Guntur:
"Kristal biru itu adalah 'Hati Pulau'. Dulu, pulau ini adalah tempat suci, rumah bagi para penyihir yang menjaga keseimbangan alam. Tapi serakah manusia menghancurkan itu semua. Mereka memperebutkan kristal, berharap mendapat kekuatan darinya."

Grace:
"Apa yang terjadi pada penyihir itu?"

Pak Guntur:
"Mereka mengorbankan diri mereka untuk menyegel kehendak kristal, yang disebut-sebut memiliki kesadaran sendiri. Jika segel itu hancur... kristal itu bisa menghancurkan dunia, atau mungkin memilih seseorang untuk menjadi pembawanya."

Hillary: (dengan suara khawatir)
"Apakah pria bertopeng itu salah satu dari orang yang dipilih?"

Pak Guntur mengangguk pelan.

Pak Guntur:
"Dia adalah seorang pelindung terakhir, yang terjebak oleh kehendak kristal untuk menjaga segelnya tetap utuh. Tapi aku takut... segel itu mulai melemah."

Marsha:
"Jadi, kita harus memperkuat segelnya lagi? Bagaimana caranya?"

Pak Guntur:
"Itu adalah tugas yang hampir mustahil. Tapi kalian mungkin bisa menemukan jawabannya di Hutan Karunji, tempat para penyihir dulu tinggal. Namun, hutan itu penuh dengan makhluk yang tidak akan membiarkan kalian lewat dengan mudah."

Christy:
"Kalau itu satu-satunya cara, maka kami akan mencobanya."

Hillary: (tersenyum lembut pada Pak Guntur)
"Terima kasih atas ceritanya, Pak. Kami tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini."

Setelah mereka meninggalkan rumah Pak Guntur, tim berkumpul di alun-alun desa.

Marsha:
"Jadi, sekarang kita berburu jawaban di hutan penuh monster? Kedengarannya seperti liburan."

Grace:
"Kau benar-benar suka tantangan, ya?"

Hillary: (tertawa kecil, dikelilingi anak-anak desa yang bersorak mendukung)
"Kita bisa melakukannya, selama kita tetap bersama."

Christy:
"Ayo kita bersiap. Hutan Karunji menunggu."

The Magic HourTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang