Perjalanan menuju hutan karunji

5 1 0
                                    

Pagi yang cerah menyambut 48Hogwarts Crew ketika mereka bersiap untuk memulai perjalanan menuju Hutan Karunji. Warga desa berkumpul di alun-alun untuk memberikan dukungan dan doa bagi mereka. Beberapa warga bahkan menyumbangkan perbekalan makanan dan air untuk perjalanan.

Grace: (menyapa warga dengan senyum hangat)
"Terima kasih banyak, semuanya. Kalian benar-benar baik hati."

Marsha: (menggenggam roti besar yang diberikan seorang nenek)
"Kalau begini, aku yakin kita tidak akan kelaparan!"

Christy: (menghela napas)
"Marsha, tolong jangan makan semua sebelum kita sampai di hutan."

Marsha: (menyeringai)
"Yah, aku nggak janji."

Hillary, yang biasanya pendiam, terlihat asyik bercanda dengan anak-anak desa. Mereka memegang tangannya, dan salah satu dari mereka memberikan bunga kecil untuknya.

Anak Desa:
"Kakak Hillary, hati-hati di jalan, ya. Kami tunggu ceritamu nanti!"

Hillary: (tersenyum lembut)
"Terima kasih. Kalau kami kembali, aku akan cerita semua petualangan kami."

Setelah pamit, mereka mulai berjalan menuju Hutan Karunji. Suasana awal perjalanan terasa ringan, tetapi mereka tahu bahwa tantangan berat menanti di depan.

Di tengah perjalanan, Marsha mulai mencoba membuat suasana lebih santai.

Marsha:
"Kalian tahu nggak, kalau aku bisa mengalahkan monster di hutan ini hanya dengan—"

Grace: (memotong, menyindir)
"Dengan apa? Tidur siang?"

Marsha: (tertawa)
"Hei, jangan meremehkan kekuatan tidur siang! Itu senjataku yang paling ampuh."

Christy: (menggeleng, mencoba fokus)
"Kita harus tetap waspada. Aku yakin hutan ini bukan tempat yang ramah."

Beberapa jam kemudian, mereka mencapai tepi Hutan Karunji. Pepohonan besar menjulang tinggi, dengan akar-akar yang melingkar seperti ular. Suasana hutan terasa gelap meskipun matahari masih tinggi.

Grace: (menatap hutan dengan serius)
"Ini dia. Tempat ini memang berbeda. Rasanya seperti ada sesuatu yang mengawasi kita."

Hillary: (melihat sekeliling, bergumam)
"Anak-anak di desa bilang hutan ini penuh dengan roh penjaga. Mungkin mereka masih ada di sini."

Marsha: (berjalan lebih dulu dengan santai)
"Kalau begitu, aku akan bilang ke mereka, jangan ganggu kami. Kami cuma mau lewat!"

Namun, baru beberapa langkah masuk ke hutan, suara gemuruh terdengar. Pohon-pohon di sekitar mereka bergoyang, dan sesosok makhluk besar dengan tubuh seperti batu muncul dari balik semak-semak.

Makhluk Batu: (menggeram keras)
"SIAPA YANG BERANI MASUK KE WILAYAHKU?"

Christy: (mengangkat senjata, siap siaga)
"Kita nggak punya pilihan. Kita harus melawannya!"

Grace:
"Tunggu dulu, mungkin kita bisa bicara dengannya."

Hillary, yang biasanya pemalu, tiba-tiba melangkah maju. Dia menatap makhluk batu itu dengan tenang.

Hillary:
"Kami tidak bermaksud mengganggumu. Kami hanya ingin mencari jawaban tentang kristal biru."

Makhluk Batu: (menggeram, tetapi suaranya melunak sedikit)
"Kristal biru... kalian mencari kehendak para penyihir?"

Hillary: (mengangguk)
"Ya. Kami ingin memastikan bahwa kekuatannya tidak jatuh ke tangan yang salah."

Makhluk Batu diam sejenak, kemudian perlahan menunduk.

Makhluk Batu:
"Kalau begitu, buktikan niat kalian. Kalahkan penjaga berikutnya di dalam hutan ini, maka aku akan membiarkan kalian lewat."

Marsha: (mengangkat tongkat sihirnya)
"Penjaga berikutnya? Baiklah, kita akan tunjukkan apa yang bisa kita lakukan!"

Makhluk Batu perlahan kembali ke posisinya semula, memberikan jalan bagi mereka untuk melanjutkan perjalanan.

Grace: (berbisik pada Hillary)
"Kau luar biasa, Hillary. Aku tidak menyangka kau bisa bicara dengan makhluk seperti itu."

Hillary: (tersenyum kecil)
"Aku hanya mencoba memahami perasaannya. Makhluk itu terlihat kesepian."

Christy: (menghela napas, sambil tersenyum)
"Baiklah, ayo lanjutkan. Tapi tetap waspada. Aku yakin tantangan berikutnya tidak akan semudah ini."

The Magic HourTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang