Chapter 20

12 4 0
                                    

Pagi itu suasana studio terasa hangat dan penuh semangat. Felix dan Beomgyu baru saja masuk, Beomgyu segera menuju tempat kerjanya untuk menyiapkan peralatan.

Felix, seperti biasanya, santai saja. Dia tidak pernah terburu-buru, menikmati setiap momen sebelum pekerjaan benar-benar dimulai.

Beberapa menit kemudian, pintu studio terbuka, dan Hyunjin datang sambil menyapa keduanya dengan senyuman.

“Pagi, semuanya,” sapa Hyunjin ceria, lalu mengambil tempatnya di sudut studio.

Beomgyu menoleh dengan alis terangkat, bingung dengan kehadiran Hyunjin. Dia melirik Felix dengan tatapan yang penuh tanda tanya, seakan meminta penjelasan tanpa harus mengucapkan sepatah kata pun.

Felix, yang menyadari tatapan itu, hanya menyengir kecil, lalu berkata santai, “Oh, iya, Hyunjin sudah mulai bekerja dengan kita waktu kau di Busan, Gyu.”

Beomgyu mengangguk sambil mengeluarkan “oh” pelan, paham setelah mendengar penjelasan itu. Dia tidak masalah dengan kehadiran Hyunjin, toh itu sepenuhnya terserah Felix. Lagipula, Beomgyu tahu kalau studio ini memang usaha Felix sendiri.

Meskipun begitu, Felix selalu memperlakukan Beomgyu lebih dari sekadar karyawan—dia sering mengatakan kalau studio ini bisa maju seperti sekarang juga berkat kerja sama mereka.

Beomgyu mengangguk-angguk lagi, tersenyum tipis. Dia merasa senang karena dihargai, dan itu yang membuatnya betah bekerja di sini. “Oke, tidak masalah kok, lix. Jika itu bisa membantu studio, kenapa tidak?” jawab Beomgyu sambil melanjutkan pekerjaannya.

Hyunjin, yang mendengar percakapan itu, hanya tersenyum tipis. Dia merasa beruntung bisa diterima dengan baik oleh Felix dan Beomgyu.

Kini, mereka kembali bekerja dengan suasana santai namun produktif. Felix terus memberikan arahan kepada Hyunjin, mengajarinya beberapa teknik editing yang lebih kompleks, sementara Beomgyu sibuk dengan kamera dan setting untuk pemotretan yang akan dilakukan nanti.

Studio terasa nyaman dengan dinamika yang penuh kerja sama, meski sesekali tatapan Hyunjin tidak bisa lepas dari Felix, mengingat momen di apartemen beberapa hari yang lalu.

Felix, meskipun sibuk dengan pekerjaannya, tak bisa menahan senyum kecil yang muncul setiap kali ia menangkap tatapan Hyunjin. Tapi di sisi lain, dia tetap berusaha menjaga profesionalitas. Bagaimanapun juga, dia masih butuh waktu untuk benar-benar memahami perasaannya sendiri.

Beberapa jam telah berlalu, dan Felix tampak dalam suasana hati yang sangat baik. Sepanjang hari, ia terus tersenyum dan bekerja dengan semangat tinggi, bahkan sesekali bercanda dengan Hyunjin yang membuat suasana studio lebih hidup.

Namun, Beomgyu yang memperhatikan interaksi antara Felix dan Hyunjin mulai senyum-senyum sendiri. Ada sesuatu yang terasa berbeda di antara mereka, sesuatu yang Beomgyu yakin terlewatkan olehnya selama dia berada di Busan.

Dengan berpura-pura canggung, Beomgyu berdehem kecil dan berkata sambil mengipas-ngipaskan tangannya, “Hah… panas sekali ya hari ini?”

Felix, yang memang tidak peka dengan kode apa pun, mengangkat bahunya sambil tetap fokus pada pekerjaannya. “Ya? Kalau panas, kau nyalakan saja AC-nya, Gyu,” katanya tanpa berpikir panjang.

Beomgyu hanya bisa merengut, sedikit kecewa karena Felix benar-benar tidak menangkap isyarat yang coba ia sampaikan. Meski begitu, ia tetap berjalan ke arah AC dan menyalakannya.

Sesaat kemudian, dia melirik Hyunjin yang duduk di seberang ruangan. Hyunjin, yang mengerti sepenuhnya maksud Beomgyu, hanya tersenyum malu sambil menunduk. Untungnya Felix tidak menyadari hal itu.

Dibawah Cahaya yang SamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang