Langit kelabu di atas reruntuhan semakin pekat oleh debu yang beterbangan. Hansel dan Mia berlari sekuat tenaga, suara dentuman plasma Droid Type A memekakkan telinga, mengguncang tanah di belakang mereka. Pecahan logam dan beton beterbangan, hampir menghantam kepala Hansel.
"KENAPA DIA NGIKUTIN KITA? KAN GUE CUMA NGAMBIL PANEL KECIL!" Hansel berteriak, napasnya terengah-engah.
"Panel kecil apanya?! Itu mungkin panel kontrol utama Droid, BEGO!" balas Mia dengan suara penuh emosi sambil tetap berlari di sampingnya.
Hansel menggeleng keras sambil setengah berteriak, "Panel utama? Lah, bentuknya aja mirip tutup panci. Mana gue tahu itu penting!"
BOOOM! Ledakan lain terdengar, membuat keduanya hampir terpental. Mereka berlindung di balik puing-puing bangunan, berusaha mengambil napas. Hansel mendongak sedikit, melongok untuk melihat posisi Droid Type A, tapi yang ia lihat hanya debu tebal yang melayang di udara.
"DIA DI MANA?! GUE NGGAK LIHAT APA-APA!" Hansel berbisik setengah panik sambil mencoba menenangkan napasnya.
Mia menjawab dengan napas tersengal-sengal, "Kalau nggak kelihatan, berarti dia di suatu tempat. Droid tempur kayak gitu nggak pernah cuma—"KLANK! KLANK! KLANK!
Sebelum Mia bisa menyelesaikan kalimatnya, suara langkah kaki berat Droid terdengar semakin dekat. Hansel memicingkan mata, dan tanpa sadar menggenggam obeng kecil di tangannya. Ya, obeng. Senjata andalannya saat ini.
"Ini buruk. Ini sangat buruk," gumam Hansel, lebih kepada dirinya sendiri. "Kenapa hidup gue kayak acara survival horror?"
"Karena lo bodoh! Itu kenapa!" Mia memukul bahunya pelan, mencoba menarik perhatian. "Kita nggak bakal bisa kabur terus. Lo harus mikir gimana caranya bikin dia berhenti ngejar!"
Hansel berbalik ke arah Mia dengan ekspresi tak percaya. "Mikir? Gue cuma punya otak pemulung dan obeng kecil. Apa gue kelihatan kayak ilmuwan perang buat lo?"
Mia menatapnya dengan tajam. "Lo tentara pembebasan, Hansel. Gue tahu siapa lo! Lo bukan cuma pemulung, jadi jangan pura-pura tolol!"
Hansel tampak terdiam sejenak, lalu perlahan mengangkat tangan. "Pertama-tama, gue nggak pura-pura tolol. Gue beneran tolol. Kedua, nano machine gue cuma bikin gue awet muda, bukan bikin otak gue canggih."
Mia memutar matanya frustasi, tetapi sebelum ia bisa membalas, suara langkah Droid tiba-tiba menghilang. Tidak ada dentingan, tidak ada suara ledakan, hanya keheningan yang menggantung di udara. Hansel dan Mia saling memandang dengan bingung.
"DIA NGGAK NGAPAIN-NGAPAIN. LO PIKIR DIA NGAPAIN?" Hansel bertanya, saking gugupnya sampai ia berbisik lebih keras daripada suara normalnya.
Mia melirik sekeliling, mencoba mencari petunjuk. "Gue nggak tahu. Mungkin dia lagi nyari kita."
Hansel menyandarkan punggungnya ke dinding puing dan menatap ke atas langit. "Kalau dia nyari kita, kenapa nggak sekalian aja dia pasang spanduk gede di udara: 'Dicari: Pemulung Bodoh dan Temannya yang Suka Ngomel'?"
Mia mendesis marah. "Lo bisa serius, nggak?! Kalau lo nggak mau mati, kita harus pikirin rencana!"
Hansel menutup matanya sejenak, mencoba mengatur napas. "Oke, oke, gue serius. Kita diem dulu. Kalau dia nggak lihat kita, mungkin dia bakal pergi. Droid biasanya ngandelin sensor, kan? Jangan bergerak banyak."
Mia mengangguk setuju, meskipun ia masih menatap Hansel dengan curiga. Mereka berdua tetap di tempat, tubuh mereka hampir menyatu dengan bayangan puing-puing.
Beberapa menit berlalu. Tidak ada suara. Tidak ada gerakan. Dunia seolah membeku.
Hansel akhirnya membuka mulut, suaranya pelan tapi tetap penuh rasa penasaran. "Kalau dia nggak ngejar kita lagi, lo pikir dia nyerah?"
"Kalau gue Droid tempur," jawab Mia sambil menatap lurus ke depan, "gue nggak akan nyerah ngejar orang bodoh yang nyolong panel kontrol gue."
Hansel mendecak. "Lo terlalu nganggap gue penting. Droid itu nggak mungkin dendam sama gue, Mia. Dia cuma mesin."
Mia meliriknya. "Mesin yang hampir bikin lo jadi abu barusan."
Hansel terdiam sejenak, lalu tertawa kecil, mencoba menghilangkan ketegangan. "Jujur, ini bukan pertama kali gue hampir mati gara-gara mesin. Waktu perang dulu, gue pernah ngeledakin Droid tank dari dalam sambil nyangkut di panel kendali. Mau tahu apa yang terjadi waktu itu?"
"Lo selamat karena lo beruntung?" tebak Mia sambil menghela napas.
Hansel mengangguk dengan bangga. "Bener banget! Makanya gue selalu percaya, hidup gue dilindungi dewa keberuntungan."
Mia memutar matanya, jelas tidak terhibur. "Kalau begitu, gue harap dewa keberuntungan lo itu nggak lagi libur hari ini."
Mereka berdua tertawa kecil, meskipun jelas masih tegang. Tetapi di tengah momen kecil mereka itu, suara kecil namun familiar terdengar dari belakang puing. KLANK! KLANK!
Hansel langsung merunduk, ekspresinya berubah drastis. "Oke, mungkin keberuntungan gue habis hari ini..."
Mia mendesis. "Lo pikir?!"
Mereka berdua merunduk lebih dalam, tubuh mereka hampir tidak bergerak. Hansel memegang obeng kecilnya dengan erat, meskipun jelas itu tidak akan banyak membantu jika Droid itu benar-benar menemukan mereka.
Lalu, suara langkah itu menghilang lagi. Hansel dan Mia saling melirik dengan kebingungan, sekali lagi tidak percaya bahwa mereka masih hidup.
"Ini kayak main petak umpet dengan predator robotik..." gumam Hansel. "Kalau gue selamat dari ini, gue janji, gue bakal jadi pemulung yang lebih bertanggung jawab."
"Lo bahkan nggak tahu artinya bertanggung jawab," sindir Mia sambil menatapnya dengan datar.
Hansel tersenyum kecil. "Ya, tapi setidaknya gue lucu, kan?"
Mia hanya mendengus sambil memalingkan wajah. "Kalau kita selamat dari ini, gue bakal beli tali dan ngiket lo biar lo nggak bikin masalah lagi."
Hansel tertawa pelan. "Dengar, Mia. Kalau lo ngiket gue, itu berarti lo peduli."
Suasana menjadi sedikit lebih santai, meskipun mereka berdua tahu bahwa ancaman Droid Type A masih ada di luar sana, dan ini baru awal dari mimpi buruk yang sedang mereka jalani.
