Pertarungan antara Hansel dan Droid Type A-01 berlangsung sengit. Setiap ayunan pedang dan tombak menghasilkan percikan energi yang menerangi reruntuhan. Hansel bergerak dengan kelincahan yang tidak masuk akal untuk seseorang seusianya—meskipun, tentu saja, nano machine di tubuhnya telah memperpanjang kemampuan fisiknya jauh melampaui batas manusia biasa.
Namun, meskipun pertarungan itu mematikan, Hansel masih sempat melontarkan candaan.
Hansel melompat ke belakang untuk menghindari serangan tombak yang diarahkan ke dadanya. "Hei, rambut perakmu bagus juga. Pakai shampoo apa? Atau Mother yang kasih perawatan rambut buat kamu?"
Droid A-01 memiringkan kepala, wajah dinginnya tanpa ekspresi. "Your attempts at humor are irrelevant. Focus on your survival."
Hansel menyeringai, mengayunkan pedangnya dengan putaran cepat yang hampir mengenai kepala A-01. "Oh, aku fokus, sayang. Tapi kau tahu, aku suka multitasking. Bertarung sambil ngegodain kamu? Bukan hal sulit buatku."
A-01 melompat ke udara, menghindari serangan berikutnya, lalu menukik dengan tombaknya, menghantam tanah tempat Hansel berdiri beberapa detik sebelumnya. Ledakan kecil terjadi, mengangkat debu dan batu-batu reruntuhan ke udara. Hansel melompat ke samping, menutupi wajahnya dari debu.
"Eh, itu tadi hampir kena!" seru Hansel, sambil mengusap sedikit darah dari pelipisnya. Ia lalu menatap A-01 dengan senyum nakal. "Aku ngerti. Kamu suka aku, ya? Nggak perlu lempar-lempar tombak segala buat menarik perhatianku."
Droid itu melangkah maju perlahan, tombaknya berkilauan dengan energi merah. "You talk too much for someone about to die."
Hansel tertawa kecil sambil menggulung lengan bajunya yang sebenarnya hanyalah bagian dari armornya. "Hei, itu opini kamu aja. Aku rasa aku justru bikin suasana lebih hidup. Bukan begitu, Nona Terminator?"
Sementara itu, di sisi lain reruntuhan, Mia akhirnya tiba di gerbang kota bawah tanah yang memisahkan zona kumuh dengan distrik pasar gelap. Ia setengah berlari menuju toko Pak Arman, melewati lorong-lorong sempit penuh bau logam dan minyak bekas. Napasnya masih berat, tubuhnya berkeringat karena rasa takut dan kecemasan yang bercampur menjadi satu.
Begitu sampai di toko, Mia membuka pintu dengan kasar, membuat lonceng kecil di atas pintu berdenting keras. Pak Arman, pria tua bertubuh kecil dengan topi buluk di kepalanya, langsung menoleh dari balik meja kerja.
"Mia? Apa-apaan ini? Lo kayak baru dikejar Beast Droid!" serunya, bingung melihat Mia yang kelihatan panik dan berantakan.
Mia langsung menghampiri tanpa basa-basi, tangannya terentang menunjuk ke arah rak senjata di sudut toko. "Pak, gue butuh senjata anti-droid. Sekarang juga. Dan gue butuh battle suit cadangan lo!"
Pak Arman mengangkat alis, ekspresi wajahnya penuh kebingungan. "Senjata anti-droid? Buat apa? Lo nemuin Beast Droid lagi di reruntuhan? Udah gue bilang jangan pergi jauh-jauh ke zona perang tua, kan?"
"Bukan Beast Droid, Pak," jawab Mia cepat. "Ini lebih buruk. Ada Droid Type A. Type A, Pak! Dan dia aktif!"
Pak Arman mendadak terdiam, wajahnya berubah serius. Setelah beberapa detik, ia tertawa pelan, seolah tidak percaya apa yang baru saja didengar. "Mia, lo lagi bercanda, kan? Type A? Di era ini? Nggak mungkin. Semua Type A udah dihancurin waktu Perang Gastra. Kalau pun ada yang sisa, mereka pasti udah mati gara-gara kehabisan energi."
"Pak, gue nggak bercanda!" seru Mia, nadanya putus asa. "Gue lihat sendiri! Dia berbicara. Dia bergerak. Dia pakai wujud manusia, persis kayak yang ada di cerita-cerita lama. Hansel sekarang lagi bertarung sama dia!"
Pak Arman memandang Mia dengan tatapan curiga. "Hansel? Si raja rongsokan itu? Mia, lo serius? Si pemulung itu katanya bertarung sama Type A?"
Mia mengangguk, matanya penuh tekad. "Gue tahu Hansel kelihatan tolol, tapi dia bukan orang biasa. Gue... gue nggak tahu apa yang sebenarnya dia sembunyiin, tapi tadi gue lihat dia berubah. Dia pakai armor kuno dari perang Gastra. Dia bahkan punya nano machine!"
Pak Arman terdiam lama. Ia tahu Mia bukan tipe orang yang suka melebih-lebihkan sesuatu, tapi cerita ini terlalu sulit dipercaya. Akhirnya, ia mendesah dan membuka lemari besi di belakang mejanya. Dari sana, ia mengeluarkan sebuah battle suit yang terlihat usang tapi masih fungsional, dan sebuah senapan besar dengan peluru bercahaya biru—peluru anti-droid.
"Ini semua yang gue punya," katanya sambil menyerahkan barang-barang itu ke Mia. "Tapi denger, Mia. Battle suit ini cuma buat ngehadapin Droid Type rendah atau Beast Droid. Kalau lo beneran ketemu Type A, ini nggak bakal cukup. Lo ngerti, kan?"
Mia mengangguk, meskipun hatinya diliputi keraguan. "Gue tahu, Pak. Tapi gue nggak bisa tinggal diam. Gue nggak bisa ninggalin Hansel."
Pak Arman menatapnya lama, lalu mengangguk pelan. "Hati-hati, Mia. Dan kalau lo beneran lihat Type A itu... jangan bodoh. Kabur kalau perlu."
Mia memasang battle suitnya dengan cepat, lalu mengambil senapan anti-droid itu. "Doakan aja, Pak. Gue harap Hansel masih hidup waktu gue sampai sana."
Pak Arman menghela napas panjang. "Hansel itu tolol, tapi dia keras kepala. Mungkin itu satu-satunya alasan dia masih hidup sampai sekarang."
Mia berlari kembali ke arah reruntuhan, doa-doa melayang di kepalanya. "Tolong, Hansel... jangan mati," bisiknya dalam hati.
Meski battle suit di tubuhnya memberi sedikit rasa aman, Mia tahu fakta yang sebenarnya—suit ini bukan tandingan Droid Type A. Teknologi perang modern telah berubah sejak Gastra, tapi suit seperti ini hanya didesain untuk menghadapi Beast Droid dan unit-unit lemah yang tersisa. Bukan untuk menghadapi mesin pembunuh legendaris seperti yang sekarang sedang Hansel lawan.
Tetapi ia tak peduli. Hansel sudah menyelamatkan nyawanya. Sekarang giliran Mia untuk membantu, meskipun ia tahu peluang mereka tipis.
Langkahnya semakin cepat, sementara suara dentuman dari pertempuran di kejauhan terus terdengar, menggema seperti genderang perang.
![](https://img.wattpad.com/cover/373117069-288-k31593.jpg)