Chapter 12 : Bab 11: Pelarian Atlet Halang Rintang

1 0 0
                                    

Hansel dan Mia berjalan tergesa-gesa di antara reruntuhan kota tua. Napas mereka masih belum sepenuhnya stabil setelah insiden tombol merah dan ledakan kendaraan "Raja Besi." Keduanya melangkah hati-hati, meskipun suasana malam mulai terasa mencekam. Jalanan penuh dengan puing-puing bangunan tua, bayang-bayang dari reruntuhan melukis dinding dengan bentuk aneh di bawah sinar bulan.

"Serius, Hansel, lo yakin kita nggak bakal ketemu apa-apa lagi?" Mia bertanya dengan suara rendah, meskipun jelas-jelas matanya melirik ke segala arah dengan rasa waspada.

Hansel menoleh sebentar sambil menendang batu kecil di depannya. "Santai aja, Mia. Tempat ini udah lama ditinggalin. Gue nggak yakin ada sesuatu yang masih aktif di sini kecuali mungkin... seekor tikus yang suka olahraga atau semacamnya."

Mia mendesah. "Gue nggak yakin tikus olahraga yang bakal bikin kita mati. Gue yakin lebih mungkin Beast Droid yang masih berkeliaran di sini."

Hansel mengangkat bahu sambil tetap melangkah. "Beast Droid? Ah, lo terlalu paranoid. Kalau ada Beast Droid, kita bakal dengar suara mereka dulu. Mereka nggak mungkin muncul tanpa—"

RRRAAAAAUUUUNNNGGGHHH!!!

Hansel langsung berhenti di tengah langkahnya. Mata Mia melebar seperti piring, dan keduanya perlahan saling menoleh satu sama lain.

"Lo serius mau bilang itu suara tikus olahraga?" Mia bertanya dengan nada datar, meskipun wajahnya jelas panik.

Hansel menelan ludah, lalu berbisik pelan. "Oke, mungkin itu sedikit lebih besar dari tikus."

Tiba-tiba, dari balik reruntuhan di depan mereka, muncul seekor Beast Droid berbentuk seperti campuran antara anjing mekanik dan tank baja kecil. Mata merahnya menyala terang, sementara cakarnya yang tajam menggali tanah di bawahnya. Suara gemuruh dari mesin di tubuhnya terdengar jelas, seperti peringatan bahwa mereka sudah masuk ke wilayahnya.

"Uh-oh," gumam Hansel sambil mundur pelan. "Mungkin cuma satu ini aja..."

Namun, sebelum Hansel bisa menyelesaikan kalimatnya, dari balik reruntuhan lain muncul empat Beast Droid tambahan, masing-masing dengan ukuran yang sama, tapi bentuk mereka sedikit berbeda—satu terlihat lebih ramping seperti cheetah, dan satu lagi terlihat seperti banteng dengan tanduk baja besar.

Mia menoleh ke Hansel, wajahnya penuh dengan rasa panik. "Hansel, lo yakin ini cuma tikus olahraga?! Kalau ini tikus, gue rasa mereka lagi ikut kejuaraan dunia!!!"

Hansel mencoba menyembunyikan rasa paniknya dengan mengangkat tangan. "Oke, tenang. Kita nggak perlu panik. Mereka cuma lima. Gue udah pernah ngelawan lebih dari ini waktu perang."

Mia melirik Hansel dengan penuh kecurigaan. "Terus sekarang lo mau apa, pahlawan perang? Pencet tombol merah yang udah meledak?! Karena jujur aja, gue nggak liat ada 'Raja Besi' lagi di sini."

Hansel terdiam sebentar, lalu bergumam pelan, "Hmm... Lari kedengeran kayak ide bagus sekarang."

Mia terdiam sebentar, matanya melebar. "LARI? SERIUS?!"

Hansel langsung berbalik, menarik tangan Mia, dan berteriak. "LARI! KENCENG! GUE NGGAK MAU JADI MAKANAN MEKANIK!"

Pelarian Atlet Halang Rintang Dimulai.

Hansel dan Mia berlari seperti orang gila, melompati puing-puing dan reruntuhan seperti atlet lari halang rintang. Beast Droid di belakang mereka mengejar dengan kecepatan yang menakutkan, raungan mereka menggema di udara malam.

Hansel melompati balok beton besar, lalu menoleh ke Mia yang berada tepat di belakangnya. "MIA! Hati-hati di depan, ada lubang gede!"

Mia melirik ke depan dan langsung berteriak. "LO NGASIH TAU TERLAMBAT, HANSEL!"

Dia melompat dengan sekuat tenaga, nyaris terpeleset ke dalam lubang yang dipenuhi air kotor. Sementara itu, Hansel melirik ke belakang lagi. Beast Droid yang berbentuk cheetah hampir saja melompati mereka.

"Mia! Kalau gue mati, kasih tau dunia bahwa gue adalah pahlawan yang mati penuh kehormatan!" Hansel berteriak sambil menambah kecepatannya.

Mia mendengus sambil terus berlari. "Gue bakal bilang lo mati kayak pengecut, Hansel! Gue nggak peduli reputasi lo kalau gue mati duluan!"

Hansel melompati tumpukan puing lain, lalu menoleh ke Mia lagi. "Eh, jangan salahin gue! Lo setuju ikut perjalanan ini, kan?! Jangan lupa, kita partner!"

Mia melompat melewati sebuah pagar kecil yang hampir roboh. "Partner? Partner apanya kalau kita kabur kayak orang idiot gini?! Kita punya senjata, HANSEL!"

Hansel terdiam sesaat, tapi masih terus berlari. Dia melirik ke pinggangnya, di mana pistol plasma kecil miliknya tergantung. "Oh, iya... kita punya senjata..."

Mia akhirnya menyadari hal yang sama, memperhatikan senapan anti-droid di punggungnya. Dia melompat ke sebelah Hansel, dan keduanya saling memandang sambil terus berlari.

"Kita... punya senjata, kan?" tanya Mia dengan napas tersengal.

Hansel mengangguk pelan, wajahnya bingung. "Iya... iya, kita punya senjata..."

Mia terdiam beberapa saat, lalu berteriak, "KENAPA KITA LARI?!"

Hansel melompat melewati sebuah batu besar, lalu menoleh ke Mia dengan ekspresi serius. "GUE NGGAK TAU, MIA! LO MULAI LARI, JADI GUE IKUT LARI!"

Mia berhenti di tempatnya, memegangi lututnya sambil menarik napas. "HANSEL! LO GILA! KITA INI IDIOT!"

Hansel ikut berhenti, napasnya juga terengah-engah. Dia menatap Mia dengan wajah bingung. "IYA! KITA ORANG IDIOT!"

Beast Droid yang mengejar mereka masih mendekat, raungan mesin mereka semakin keras. Mia dan Hansel akhirnya sadar bahwa mereka memiliki kelebihan yang tidak dimiliki Droid itu: akal sehat—meskipun baru terlambat muncul.

"Oke, Mia," kata Hansel sambil menarik pistol plasmanya. "Rencana baru. Kita berhenti jadi atlet dan mulai jadi pemburu!"

Mia mengangguk sambil mengangkat senapan anti-droidnya. "Rencana bagus, Hansel. Tapi kalau lo kabur lagi, gue bakal tembak lo juga!"

Hansel terkekeh kecil. "Santai aja. Gue bukan pengecut. Gue cuma lari buat... pemanasan."

Mia mendengus, lalu mengokang senjatanya. "Pemanasan apanya? Pemanasan buat orang idiot?"

Keduanya berdiri bahu-membahu, menatap lima Beast Droid yang mendekat dengan tatapan siap tempur. Untuk pertama kalinya malam itu, mereka merasa seperti tim sungguhan—meskipun tim yang penuh kekonyolan.

Hansel melirik Mia dengan senyum kecil. "Kali ini, kita tunjukin ke mereka siapa yang sebenernya atlet di sini."

Mia tersenyum tipis sambil mengangkat senjatanya. "Kalau lo bikin gue kena masalah lagi, Hansel, gue bakal pastiin lo masuk sejarah sebagai 'Atlet Halang Rintang Terbodoh Sepanjang Masa.'"

MotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang