Chapter 13 : Bab 12: Pertarungan (dan Kekonyolan) Serius !

1 0 0
                                    

Beast Droid pertama melompat ke arah Hansel dan Mia dengan raungan keras, cakarnya yang besar berkilau di bawah sinar bulan. Hansel langsung melompat ke samping dengan gerakan gesit, lalu mengangkat pistol plasmanya.

"PEW! PEW! PEW!" Suara tembakan plasma terdengar keras, dan salah satu Droid berhasil ditembak tepat di kaki depannya. Namun, alih-alih jatuh, Beast Droid itu justru semakin agresif, menyerbu Hansel dengan kecepatan yang lebih tinggi.

Hansel berteriak sambil berlari kecil ke samping. "MIA! KENAPA DIA NGGAK BERHENTI?! GUE KIRA SATU TEMBAKAN CUKUP!"

Mia yang sedang sibuk mengarahkan senapan anti-droidnya menoleh sekilas. "ITU BUKAN FILM AKSI, HANSEL! LO KIRA DROID INI PUNYA TOMBOL OFF?! TEMBAK LAGI!"

Hansel mendesah sambil terus menghindar dari Beast Droid yang melompat ke arahnya seperti peluru. Dengan satu gerakan cepat, dia berputar ke belakang dan menembak langsung ke kepala Droid itu. DOR! Kali ini, tembakan plasma Hansel mengenai titik lemah di bagian mata merah Droid, dan makhluk mekanik itu ambruk ke tanah dengan suara keras.

"YES! Gue kena!" Hansel bersorak dengan wajah puas, tetapi kebanggaannya hanya bertahan tiga detik sebelum Mia berteriak dari belakang.

"HANSEL! YANG LAINNYA DATENG LAGI!"

Hansel menoleh dan langsung melihat tiga Beast Droid berlari serempak ke arahnya, sementara Mia sibuk menahan dua Droid lainnya. Hansel panik, lalu mulai berlari ke arah reruntuhan terdekat sambil berteriak, "MIA, MEREKA NGGAK ADIL! KENAPA GUE DAPET TIGA?!"

Mia melompat ke atas reruntuhan kecil sambil mengokang senapan anti-droidnya. "Mungkin karena lo kelihatan lebih empuk buat dikejar! DIAM DAN TEMBAK AJA!"

Hansel menggerutu sambil memutar badannya, menembak ke arah Droid yang mengejarnya. Salah satu tembakannya berhasil mengenai kaki depan Beast Droid berbentuk cheetah, membuatnya jatuh terguling. Namun, dua Droid lainnya masih mengejar tanpa henti.

Sementara itu, Mia menembakkan peluru khusus dari senapannya, menghasilkan ledakan kecil yang cukup untuk menghancurkan bagian tubuh salah satu Droid. Namun, Droid berbentuk banteng yang tersisa justru semakin marah, menyeruduk reruntuhan tempat Mia berdiri.

"AAARGH! Hansel, dia menyeruduk kayak kerbau ngamuk! APAKAH DROID BISA PUNYA EMOSI?!" teriak Mia sambil melompat ke bawah untuk menghindari tanduk besar Droid itu.

Hansel yang sedang sibuk bergelantungan di tiang besi mencoba menjawab dengan napas tersengal. "Mungkin mereka emosi karena gue lebih keren daripada mereka?! Itu masuk akal, kan?"

Mia mendesah panjang sambil mengarahkan senapannya lagi. "Hansel, gue beneran nggak tahu kenapa gue mau bertarung bareng lo."

"Karena gue charming!" balas Hansel sambil berguling di tanah untuk menghindari cakar Droid lain.

Mia menembak tepat di punggung Droid berbentuk banteng, dan kali ini tembakannya berhasil menghancurkan mesin intinya. Droid itu jatuh ke tanah dengan suara BZZZZT, asap mengepul dari tubuhnya. Mia tersenyum puas, lalu menoleh ke Hansel.

"Hansel! Gue selesai di sini. Lo gimana?!"

Hansel masih berlari dari dua Beast Droid yang tersisa, tubuhnya bergelut dengan lelah. Dia berhenti sejenak, mengatur napas, lalu berkata dengan nada frustrasi, "Gue? Gue kayak lagi latihan marathon sama robot marah!"

Mia mendecak kesal, lalu berlari ke arah Hansel sambil mengisi ulang senjatanya. "Oke, minggir! Lo terlalu lambat!"

Hansel menoleh sambil menatap Mia dengan kesal. "HEY! Gue nggak lambat, gue cuma strategis! Gue kasih mereka waktu buat lelah dulu!"

"Droid nggak punya konsep kelelahan, Hansel!" Mia menembak salah satu Beast Droid yang mengejar Hansel. Pelurunya meledak tepat di bagian tengah tubuh Droid, menghancurkannya menjadi potongan logam.

Hansel berhenti berlari, melipat tangannya di dada sambil memandang Mia dengan alis terangkat. "Oh, jadi lo mau jadi pahlawan sekarang?"

Mia mengangkat bahu sambil menembak Beast Droid terakhir dengan tembakan beruntun. "Bukan pahlawan. Gue cuma nggak mau ngangkatin jenazah lo kalau lo mati."

Hansel terkekeh sambil menarik pistol plasmanya. "Oke, partner. Kalau gitu, kita selesain yang terakhir ini bareng-bareng."

Mereka berdua mengarahkan senjata masing-masing ke Beast Droid terakhir, yang tampaknya masih mencoba bangkit meskipun tubuhnya sudah separuh hancur.

"Siap?" tanya Hansel sambil melirik Mia.

Mia mengangguk sambil tersenyum kecil. "Siap."

"1... 2... 3!"

DOR! DOR! BOOM!

Tembakan Hansel dan Mia mengenai Beast Droid tepat di titik lemah intinya, menghancurkannya sepenuhnya. Droid itu jatuh ke tanah dengan suara keras, dan akhirnya, keheningan kembali memenuhi reruntuhan.

Hansel dan Mia berdiri diam di tengah medan pertempuran, tubuh mereka penuh keringat dan debu. Mereka saling melirik, napas masih terengah-engah.

Setelah beberapa detik, Hansel membuka mulut. "Jadi... kenapa kita lari tadi?"

Mia terdiam, lalu wajahnya perlahan berubah bingung. "Ya... karena lo bilang lari?"

Hansel menunjuk dirinya sendiri. "HEY! Gue cuma bilang lari karena lo keliatan mau lari duluan!"

Mia menatapnya dengan ekspresi datar. "Hansel, lo yang teriak 'LARI' duluan. Gue cuma ngikut."

Keduanya terdiam lagi, lalu perlahan saling berpandangan dengan tatapan kosong.

"... Jadi kita tadi lari kayak orang idiot?" tanya Mia akhirnya.

Hansel menatapnya serius, lalu mengangguk pelan. "Iya, kita idiot."

Mia menghela napas panjang sambil menutupi wajahnya dengan tangan. "Lo ngerti ini bakal jadi momen yang bakal gue inget seumur hidup, kan? Lari dari Droid padahal kita punya senjata?"

Hansel menyeringai kecil, lalu menepuk pundak Mia. "Hei, kita nggak idiot sepenuhnya. Kita selamat, kan?"

Mia mendesah, tetapi akhirnya tertawa kecil. "Lo benar-benar bikin gue pusing, Hansel."

Hansel terkekeh sambil berjalan ke arah sisa-sisa Droid yang hancur. "Kalau gitu, ayo. Kita cari sesuatu yang berguna dari bangkai mereka. Mungkin kita bisa nemuin sesuatu buat mengganti 'Raja Besi' yang udah jadi debu."

Mia mengangguk, meskipun senyum kecil tetap ada di wajahnya. "Ya. Tapi lain kali, Hansel, tolong jangan suruh gue lari lagi... kecuali kita bener-bener nggak punya pilihan."

Hansel menyeringai lebar. "Tenang aja, partner. Gue bakal pikirin sesuatu yang lebih cerdas. Tapi serius... gue harus latihan lari lagi. Tadi gue hampir kehabisan napas."

Mereka melanjutkan perjalanan mereka, meninggalkan momen pelarian konyol mereka di belakang—meskipun jelas, itu adalah sesuatu yang akan mereka tertawakan lagi di masa depan.

MotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang