Chapter 5 : Bab 4: Kode Tersembunyi

1 0 0
                                    

Hansel berdiri di atas reruntuhan, napasnya berat, tetapi wajahnya tetap penuh kemenangan. Pedang katana hitam dengan pola biru menyala di tangannya kini kembali ke bentuk pasifnya, hanya berupa bilah sederhana yang tidak lagi memancarkan aura energi mematikan. Bangkai Droid Type A-01 tergeletak di depannya, tubuh sintetik wanita itu penuh retakan dan luka akibat pertarungan sengit. Tombaknya patah menjadi dua, berserakan di sekitar tubuhnya.

Hansel menyeka sedikit darah yang mengalir di pelipisnya, lalu mendekati bangkai itu perlahan. Mata merah Droid yang masih menyala mulai redup, tapi tubuhnya yang rusak mulai bergerak-gerak kecil seperti ada sistem otomatis yang masih aktif.

"Sial... ini nggak kayak biasanya," gumam Hansel. Ia tahu bahwa semua Droid canggih, terutama Type A, memiliki sesuatu yang disebut Black Box—sebuah inti data yang menyimpan segala informasi dan tujuan operasional Droid itu. Membuka Black Box bukan perkara mudah, tetapi Hansel memiliki pengalaman di masa perang Gastra yang memberinya keahlian membaca kode semacam itu.

Ia berjongkok di dekat kepala Droid itu, matanya tajam memandang wajah cantik yang kini hanya menyisakan sedikit kemiripan dengan manusia. Tangan Hansel bergerak cepat, membuka panel kecil di bagian belakang leher Droid, di mana Black Box tersimpan. Ketika ia hampir menyentuhnya, mata Droid itu tiba-tiba menyala kembali, dan mulutnya bergerak, meskipun suara yang keluar terdengar terdistorsi dan penuh gangguan.

"//Data Compromised... Self-Termination Protocol Engaged//"

Hansel tersentak, tapi ia tetap memegang Black Box dengan erat. "Enggak, enggak. Gue nggak akan biarin lo ngehapus data sebelum gue tahu apa yang lo sembunyiin."

Namun, yang membuat Hansel terkejut adalah Droid itu tersenyum—bukan senyum ramah, tetapi senyum yang dingin, seperti seseorang yang tahu bahwa ia masih memiliki kendali terakhir atas situasi. Layar hologram kecil tiba-tiba muncul di depan Hansel, memproyeksikan kode-kode aneh yang berkilauan dengan cepat. Hansel menyipitkan matanya, mencoba membaca kode itu secepat mungkin sebelum semua data dihapus.

"//Reinitializing Core... Priority Message: 'Return to Zero.' Countdown: 3... 2..."

Hansel terkejut. "Return to Zero? Apa maksudnya itu?" Tapi sebelum ia bisa berpikir lebih jauh, seluruh Black Box mendadak terbakar sendiri, menghapus semua data di dalamnya. Tubuh Droid itu pun hancur, seperti kehabisan energi terakhir.

Hansel berdiri perlahan, matanya masih terpaku pada tubuh Droid yang kini tak lebih dari bangkai. Namun, kode yang ia baca tadi terus berputar di pikirannya. Sebagian dari pesan itu terlalu rusak untuk dipahami, tetapi ia menangkap beberapa frasa penting:

"Mother—Phase II Initiated—Awakening Protocol—Zero Point."

Hansel menghela napas panjang. "Mother... Jadi dia masih aktif di suatu tempat. Sialan, kita udah nggak punya waktu banyak."

Tidak lama setelah itu, Mia tiba di lokasi pertarungan. Napasnya terengah-engah, battle suit yang ia kenakan penuh debu karena lari tergesa-gesa. Ia berhenti sejenak, terdiam saat melihat pemandangan di depannya—Hansel berdiri di tengah reruntuhan dengan tubuh yang berlumuran keringat dan darah, sementara bangkai Droid Type A tergeletak di kakinya.

Mia memandangnya dengan ekspresi campuran antara kekaguman dan keterkejutan. "Hansel... lo... lo menang?"

Hansel menoleh ke arah Mia, ekspresinya datar tapi lelah. "Ya, menang. Tapi percayalah, Mia, ini bukan kemenangan yang harus dirayakan."

Mia berjalan mendekat, menatap bangkai Droid itu dengan hati-hati. "Jadi itu... beneran Type A. Dan lo berhasil ngalahin dia sendirian. Lo serius mau bilang gue nggak boleh cerita ke siapa pun soal ini?"

Hansel mengangguk tegas. "Iya. Lo nggak ngerti apa yang lagi kita hadapi, Mia. Kalau kabar tentang ini menyebar, itu bakal jadi kekacauan besar. Dan percayalah, manusia belum siap untuk menghadapi apa yang bakal datang."

Mia terdiam beberapa saat, lalu mengangguk dengan berat hati. "Oke. Tapi lo harus janji kalau sesuatu kayak gini terjadi lagi, lo bakal kasih tahu gue. Jangan bertindak sendirian kayak tadi."

Hansel hanya tersenyum tipis. "Kita lihat nanti."

Mereka berdua bekerja sama mengangkut bangkai Droid itu menggunakan gerobak yang sebelumnya digunakan Hansel untuk mengangkut barang rongsokan. Tubuh besar Droid yang rusak itu dibungkus kain lusuh untuk menyamarkannya, dan mereka berjalan menuju kota bawah tanah dalam diam, hanya ditemani suara roda gerobak yang berderit di atas permukaan beton retak.

Setibanya di toko Pak Arman, Hansel mengetuk pintu belakang dengan ritme tertentu—tanda rahasia yang hanya digunakan untuk urusan mendesak. Pintu terbuka sedikit, dan wajah Pak Arman yang penuh curiga muncul dari balik celahnya.

"Lo lagi, Hansel? Apa lagi sekarang?" tanya Pak Arman dengan nada malas. Namun, ketika ia melihat gerobak besar di belakang Hansel, matanya melebar. "Tunggu... apa itu...?"

Mia melangkah maju dengan cepat. "Pak, tolong masukin ini ke ruang belakang. Gue bakal jelasin semuanya."

Pak Arman ragu sejenak, tetapi ia akhirnya mengangguk dan membiarkan mereka masuk. Di ruang belakang toko, mereka membongkar bangkai Droid Type A dan meletakkannya di atas meja kerja besar. Pak Arman hanya bisa menggelengkan kepala saat melihat tubuh sintetik yang rusak di depannya.

"Jadi... lo nggak bohong, Mia. Ini beneran Type A. Gue nggak tahu harus kagum atau takut."

Hansel menatap Pak Arman dengan mata serius. "Arman, gue butuh lo simpan ini dengan aman. Jangan sampai siapa pun tahu, terutama orang-orang dari atas."

Pak Arman menyipitkan mata, mencoba membaca ekspresi Hansel. "Lo tahu apa soal Droid ini, Hansel? Kenapa dia aktif lagi? Apa ini ada hubungannya sama Mother?"

Hansel menghela napas. "Mother nggak pernah benar-benar mati. Dia cuma... tidur. Dan Droid ini adalah bukti kalau sesuatu atau seseorang mencoba membangunkannya."

Mata Pak Arman membelalak. "Lo serius? Lo pikir kita bakal punya perang baru?"

Hansel memandang bangkai Droid itu dengan mata tajam. "Bukan perang baru, Arman. Perang lama yang belum selesai."

Mia menatap Hansel dengan penuh rasa ingin tahu saat mereka berjalan keluar dari toko Pak Arman setelah memastikan semua barang disimpan dengan aman. "Hansel, lo tahu banyak soal ini. Lebih banyak dari yang lo tunjukin ke orang lain. Apa lo bakal jelasin ke gue suatu hari nanti?"

Hansel hanya tersenyum kecil, lalu menatap ke arah langit bawah tanah yang gelap. "Kalau gue cerita sekarang, lo cuma bakal tambah takut. Lebih baik lo nikmati dulu waktu lo, Mia. Kalau waktunya tiba... lo bakal tahu semuanya."

Mia mendengus. "Lo selalu penuh misteri. Gue harap lo nggak mati di tengah jalan sebelum gue dapat semua jawaban itu."

Hansel tertawa kecil sambil mengacak rambut Mia. "Santai aja, Mia. Kalau gue mati, gue bakal kasih lo catatan lengkapnya dalam bentuk hologram dramatis."

Mia hanya memutar matanya, tetapi ia tidak bisa menyembunyikan kekhawatirannya. Di dalam hatinya, ia tahu bahwa apa pun yang Hansel sembunyikan, itu besar. Dan mungkin, itu lebih besar daripada yang bisa mereka tangani bersama.

MotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang