24

65 4 12
                                    

Warning : Hati-hati merasa bosan, chapter panjang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Warning : Hati-hati merasa bosan, chapter panjang
.
.
.

Dibawah langit yang sebentar lagi akan menggelap, Haidar menghentikan mobilnya didepan pagar putih rumah Salma. Karena Salma tertidur sejak dalam perjalanan tadi, Haidar berinisiatif untuk menggendongnya saja. Bukan modus, ada baiknya Salma memang harus beristirahat setelah tadi banyak menangis. Namun sebelum itu Haidar meninggalkan Salma di mobil sendiri, Haidar akan menemui Ibu lebih dulu agar dirinya bisa lebih mudah membawa Salma masuk ke dalam rumah.

Haidar juga meminta izin pada Ibu untuk menggendong Salma sebelum dirinya membawa Salma kedalam kamarnya. Ibu juga sempat terkejut ketika mendapati wajah Haidar yang sedikit mengkhawatirkan, luka lebam disudut bibir yang sempat diberikan Bayu padanya semakin terlihat jelas karena belum sempat dirinya obati juga.

"Nggak papa ini cuma luka kecil kok, Bu. Ya udah kalo gitu Haidar mau bawa Salma dulu"

"Ya sudah kalau begitu, kalau memang Nak Haidar tidak keberatan, Ibu minta tolong bawa Salma ke kamarnya ya" Setelah mengatakan itu Ibu langsung pergi ke kamar Salma untuk merapihkan kamar putrinya itu.

Sementara Haidar kembali menuju dimana mobilnya berada, membuka pintu mobil dan terlihatlah Salma yang masih tertidur nyenyak. Haidar dengan gerakan pelan mulai melepaskan seat belt dari tubuh Salma, tas yang ada di pangkuan gadis itu pun sudah Haidar sampirkan dipundaknya. Dengan sekali percobaan tubuh Salma sudah masuk dalam gendongan Haidar, namun kesialan tidak bisa dihindari untungnya Salma tidak terganggu ketika kepalanya tidak sengaja terkatuk atap mobil.

Dugh!

"Aduuh, pake segala kepentok bego banget sii gue. Untung kaga sampe kebangun" Lirih Haidar yang merutuki kecerobohannya.

Haidar segera membawa Salma masuk ke dalam rumahnya sambil di tuntun Ibu yang menunjukan dimana kamar Salma berada. Setelah setibanya didalam kamar, Haidar dengan hati-hati merebahkan tubuh gadis itu diatas kasur. Tangan Haidar menyingkirkan beberapa anak rambut bandel yang menempel di sisi wajah Salma, gerakannya pelan sekali seperti tidak ingin mengganggu waktu tidur nyenyak kekasihnya.

Di waktu yang sama juga, Ibu menyaksikan sendiri perlakuan Haidar itu dari pintu kamar Salma. Hati Ibu menghangat menyaksikan itu dengan mata kepalanya sendiri, didalam hati Ibu berdoa agar Haidar senantiasa tetap bersama putrinya di keadaan apapun. Tidak lain tidak bukan untuk kebahagiaan putri satu-satunya, Ibu mengharapkan keajaiban untuk Salma jauh lebih bahagia ketimbang dirinya sendiri. Ibu tidak ingin jika Salma ikut merasakan apa yang dirasakannya, walaupun Ibu tau kalau Salma pasti sedikit banyaknya terkena dampak dari kekacauan yang sudah terjadi dimasa lalu.

"Nak Haidar" Panggil Ibu dari belakang tubuh Haidar.

"Eh, Ibu" Balas Haidar sedikit kikuk karena terlupa jika Ibu masih ada disana bersamanya.

Haidar bangkit berdiri dari posisi jongkoknya, disana Ibu tersenyum memaklumi perlakuan Haidar. Ibu justru senang ketika Haidar melakukannya, itu pertanda bahwa Haidar peduli dengan Salma. Ibu juga pernah muda ya, jadi sudah pasti tahu.

EccedentesiastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang