03. tête-à-tête

307 41 1
                                    

𝐂𝐔𝐑𝐄.
▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃

    beberapa hari telah berlalu semenjak pertemuan dan percakapan yang begitu canggung antara sang detektif jenius dan juga (m/n). sikap alhaitham yang begitu dingin nampaknya tak mematahkan semangat (m/n), sang petarung jalanan itu malah semakin tertarik oleh sang detektif meskipun sang empu sudah mengatakan dengan jelas dan tegas bahwa ia tak menginkan percakapan yang lebih lanjut.

sang berandalan lokal itu pun semakin sering menampakkan batang hidungnya di kantor kepolisian meskipun tak memiliki kasus sama sekali, awalnya para anggota kepolisian sudah berkali-kali mengusir sang pria bersurai (h/c) itu dengan tegas, namun (m/n) akan datang esok harinya tanpa terkecuali.

hal itu pun membuat para polisi maupun staff kepolisian menyerah dan membiarkan pembuat onar itu melakukan apapun yang ia mau asalkan tak membuat keributan-meskipun mustahil rasanya.

(m/n) pun nampak lebih sering mengikuti alhaitham kemana pun ia pergi, bagaikan anak ayam yang mengikuti induknya, sang detektif awalnya tak menghiraukannya dan hanya fokus melanjutkan pekerjaan, membaca dokumen-dokumen penting dan menghindari pembicaraan dari (m/n).

seakan-akan alhaitham memiliki kemampuan untuk menciptakan sebuah tembok raksasa diantaranya dan (m/n), mungkin saja karena itu adalah sifat alami alhaitham namun entah mengapa, (m/n) merasakan bahwa ada lebih dari itu, ia merasakan alhaitham tengah menyembunyikan sisi lainnya dibalik sikap dinginnya itu.

hingga di suatu hari yang tak begitu cerah, tepat di waktu jam istirahat makan siang, (m/n) mendapatkan kesempatan untuk berbicara kepada alhaitham tanpa alasan pekerjaan yang menghalangi. (m/n) menangkap sang detektif yang berjalan memasuki sebuah kedai kopi yang terletak cukup dekat dengan kantor polisi.

(m/n) mengikuti alhaitham, ia duduk di sebuah meja yang tak jauh dari alhaitham. manik (e/c)nya memperhatikan alhaitham yang sedang memesan secangkir kopi dengan cara yang sangat terkontrol dan direncanakan dengan sangat hati-hati. black coffee, no sugar-how typical of him, batinnya dengan sebuah senyuman kecil merekah di wajah.

beberapa saat setelah memesan akhirnya alhaitham berjalan dan memilih tempat duduk tepat di sudut kedai kopi, jauh dari keramaian. (m/n) memutuskan untuk memberanikan diri dan berjalan menuju meja sang detektif dengan sedikit rasa cemas di hatinya.

"boleh ikut duduk? tuan detektif?"

alhaitham yang nampak tenggelam dalam pikirannya pun menoleh ke sumber suara, dengan sebuah ekspresi yang tak terlalu senang-wajahnya datar namun manik hijaunya menatap tajam sosok yang berdiri di hadapannya. "aku lebih suka duduk sendiri," jawabnya pelan namun tegas dan terkendali.

(m/n) tertawa kecil, mencoba melelehkan suasana yang begitu dingin. "oh come on, aku tau kau sebetulnya kesepian kan'?" dengan gaya bicara santainya ia berusaha meyakinkan alhaitham, "aku hanya ingin ngobrol sebentar, aku tak akan menganggu."

alhaitham terus menatap tajam sang berandalan lokal tersebut, sesaat-ada keraguan terlintas di manik hijau tersebut-namun, ia segera mengalihkan pandangannya dan kembali menatap secangkir teh dan beberapa pastry di atas meja. "aku tidak tertarik untuk bicara," jawab alhaitham dengan nada monoton namun tegas.

unfortunately for alhaitham-(m/n) tidak menyerah begitu saja. ia membuka jaket kulitnya dan menarik sebuah kursi kemudian duduk di depan alhaitham, tetap mempertahankan senyum di wajahnya. "kau pasti punya alasan sendiri kenapa kau begitu tertutup," katanya dengan nada lebih serius. "tapi aku yakin, di balik sikapmu yang dingin, ada banyak hal yang tak kau tunjukkan."

"sebenarnya tidak ada yang perlu ditunjukkan," jawab sang detektif pelan, kali ini dengan nada lebih rendah. "aku hanya tidak suka berurusan dengan orang, terutama yang suka membuat masalah."

sebuah senyum merekah dibibir (m/n) meskipun alhaitham jelas-jelas tak sedang memuji dirinya, "aku paham aku memang suka membuat masalah, it's like i'm a trouble magnet, but i'd like to think i'm more than that, seperti aku pikir kamu lebih dari apa yang kau tunjukkan saat ini"

sang detektif kembali menatap (m/n) dengan tajam, namun ekspresi diwajahnya sedikit berubah. seakan-akan ia mulai tertarik karena ucapan sang pria bersurai (h/c) barusan.

"lalu, apa yang sebenarnya kau inginkan?" (m/n) mengangkat bahu, "aku hanya ingin mengenalmu lebih dalam, apa aku harus punya alasan buat itu?" alhaitham terdiam, seolah mempertimbangkan perkataan (m/n) barusan.

kalau boleh jujur, sang detektif cukup terkejut oleh perkataan sang berandalan lokal tersebut, tak setiap hari ia berbicara dengan orang yang begitu jujur dan begitu-absurd (dimata alhaitham) seperti (m/n).

sebagai seorang detektif, membaca dan menilai orang lain itu bagaikan membaca sebuah buku cerita anak-anak, namun (m/n)-sosok yang begitu nyentrik dan liar membuat alhaitham sedikit kesulitan untuk membaca keinginan sebenarnya dari sang pria.

akhirnya sang detektif bersurai abu-abu itu hanya menghela napas sambil menyesap secangkir kopi hitamnya, itulah saat pertama kalinya alhaitham benar-benar merasa sedikit goyah. ia tak ingin mengakuinya namun (m/n) benar-benar membuatnya tertarik sekarang lebih dari apa yang ia bayangkan.

ketegangan yang meningkat di antara mereka berdua bukan hanya sekedar masalah percakapan, tetapi lebih pada pertarungan batin yang diam-diam telah dimulai.

▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃

a/n : wdyt about this chapter?

tête-à-tête noun
/ˌteɪt ɑː ˈteɪt/
(from French) :​a private conversation between two people

𝐂𝐔𝐑𝐄. ── 𝐀𝐋𝐇𝐀𝐈𝐓𝐇𝐀𝐌 𝐗 𝐌!𝐑𝐄𝐀𝐃𝐄𝐑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang