13. coffee for your thoughts?

189 32 9
                                        

𝐂𝐔𝐑𝐄.
a/n : happy new year, ga kerasa setahun lagi udah 2026 wow wow wow
▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃

     suasana di kantor polisi malam itu tidak jauh berbeda dari biasanya-terkendali, serius, dan penuh dengan tumpukan berkas yang tak kunjung habis.
alhaitham baru saja menyelesaikan sebuah kasus besar yang memeras tenaga dan pikirannya, dan ia memutuskan untuk mengambil waktu sejenak di kantornya, menyendiri di ruangan remang-remang tersebut.

tidak banyak yang tahu bahwa di balik sikap dingin dan ketegasannya, alhaitham juga bisa merasa lelah dan tertekan seperti manusia pada umumnya.

namun, ada satu orang yang selalu berhasil mengusik ketenangan itu: (m/n).

(m/n), dengan gaya khasnya yang santai dan kadang kurang ajar, baru saja masuk ke ruang kerja alhaitham tanpa memberi tahu sebelumnya. ia mengabaikan beberapa peringatan dari rekan-rekan alhaitham di kantor dan langsung berjalan menuju meja alhaitham yang teratur rapi, seolah ini adalah ruang miliknya sendiri.

"hei, detektif! kau kelihatan begitu serius, tuh," kata sang surai (h/c), sambil duduk di kursi yang biasa dipakai alhaitham. "aku kira kamu bisa sedikit rileks, ya. kamu tak bisa bekerja terus-terusan."

alhaitham menatapnya, dengan ekspresi wajah yang sulit dibaca. "(m/n), apa yang kau lakukan di sini? ini kantor polisi, bukan kedai kopi," jawab alhaitham dengan nada dingin, meskipun ada sedikit kelelahan di matanya yang tidak bisa disembunyikan.

(m/n) tersenyum lebar, pura-pura tidak mendengar nada serius dalam suara alhaitham. "ah, masa sih? kalau begitu, aku pesan kopi deh. kau kan selalu bilang aku harus punya minuman yang pas buat diajak mengobrol," ujarnya, sambil membuka laci alhaitham dan mengambil dua cangkir. "kau mau kopi hitam, kan?" sang detektif mendengus pelan. "kau benar-benar tidak tahu malu, ya?"

(m/n) melanjutkan aksinya, menyiapkan dua cangkir kopi, sementara sang pria bersurai abu-abu hanya bisa menatapnya dengan heran. tapi ada sesuatu yang lain dalam tatapan alhaitham-sesuatu yang tidak bisa ia akui kepada diri sendiri.

mungkin, sudah terlalu sering mereka bertemu dalam situasi yang aneh ini, dan mungkin-mungkin-alhaitham mulai merasa nyaman dengan kehadiran (m/n) yang selalu mengganggu tapi menyenangkan.

"kau tahu, terkadang aku bingung, kenapa kau bisa selalu muncul tepat waktu. nampaknya kau punya radar buat nyari masalah, ya?" alhaitham akhirnya mengeluarkan suara, mencoba untuk tetap tegas meskipun tidak sepenuhnya serius.

(m/n) tertawa kecil, menyuguhkan kopi yang telah ia buat dengan penuh perhatian. "radar, ya? mungkin aku memang punya radar super canggih yang bisa mendeteksi orang yang lagi butuh bantuan," jawab (m/n) sambil duduk di kursi sebelah alhaitham. "kecuali kalau kau ingin aku pergi dari sini, aku sih tak ingin pergi. tapi kalau kau butuh teman... ya aku disini."

alhaitham menatap kopi yang dihidangkan (m/n) dengan sedikit rasa heran. "kamu yang buat kopi ini?" tanyanya, mencurigai (m/n) yang sama sekali tidak terlihat seperti orang yang tahu cara menyeduh kopi.

(m/n) mengangguk percaya diri. "tentu saja. aku bisa melakukan banyak hal, detektif. jangan cuma melihat diriku sebagai tukang berantem, ya." alhaitham memandangnya sebentar, dan akhirnya, ia memutuskan untuk mencicipi kopi itu. begitu ia menyesap, wajahnya langsung berubah, seolah terkejut.

"ini... tidak buruk," alhaitham mengatakannya dengan suara datar, meskipun matanya sedikit terangkat, menunjukkan bahwa ia agak terkesan dengan hasil buatan (m/n).

(m/n) tersenyum lebar, merasa bangga. "lihat, kan? aku bisa melakukan hal lebih dari sekadar berkelahi. nggak cuma urusan kekerasan, aku juga punya keterampilan memasak." alhaitham mengangkat alis, namun sedikit senyum kecil muncul di sudut bibirnya, yang tentu saja, tidak luput dari perhatian (m/n).

"kau... senyum?" (m/n) bertanya, agak terkejut dengan perubahan ekspresi itu. biasanya, alhaitham selalu menjaga wajahnya tetap serius, apalagi di hadapannya.

alhaitham buru-buru menegakkan wajahnya, kembali ke ekspresi datarnya. "jangan terlalu banyak berharap, (m/n). itu hanya reaksi spontan."(m/n) terkekeh, tapi ada cahaya cerah di matanya. "tapi, kau senyum, kan? itu yang penting."

alhaitham menatapnya tajam, tapi kali ini ada kehangatan yang samar di matanya. "kau memang tidak tahu malu, (m/n). tapi... terima kasih." (m/n) mendekatkan dirinya ke meja, menatap alhaitham dengan serius meskipun senyuman masih tidak bisa ia hilangkan. "aku tak meminta sebuah terimakasih, alhaitham. tapi, kadang aku cuma ingin kau tau, kalau kau tak sendirian. aku disini."

ada keheningan sebentar antara mereka, hanya suara detik jam dinding yang terdengar pelan. alhaitham menatap (m/n) dengan intens, seolah sedang mencerna setiap kata yang baru saja keluar dari mulut sang pria bermanik (e/c) itu.

tanpa disadari, mereka saling beradu pandang lebih lama dari yang seharusnya. (m/n), dengan mata penuh harapan, menunggu balasan dari alhaitham yang masih terkesan tidak bisa membuka dirinya sepenuhnya.

lalu, dengan suara yang lebih lembut dari biasanya, sang detektif berbicara lagi. "kau memang aneh, (m/n). tapi... terkadang aneh itu bisa jadi menyenangkan."

(m/n) terkikik, merasa senang dengan kata-kata yang sedikit lebih terbuka itu. "tapi, kau benar-benar senang kan, detektif? aku bisa jadi lebih aneh lagi jika kau mau." alhaitham tersenyum lagi, kali ini dengan lebih tulus. "aku yakin kamu bisa."

dan untuk pertama kalinya dalam waktu yang lama, alhaitham merasa bahwa dunia mungkin tidak terlalu buruk. terutama kalau ada seseorang yang bersedia membuatnya tertawa, bahkan di tengah-tengah kesibukan dan ketegangan yang selalu mengitarinya.

▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃

a/n : bagi yang besok sudah mulai beraktivitas setelah liburan semangat ya dan semoga hari-hari anda indah💜
bagi yang masih libur semoga hari-hari anda dipenuhi dengan qiqi dan keqing💜

𝐂𝐔𝐑𝐄. ── 𝐀𝐋𝐇𝐀𝐈𝐓𝐇𝐀𝐌 𝐗 𝐌!𝐑𝐄𝐀𝐃𝐄𝐑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang