18. a night at the bar

108 16 11
                                        

𝐂𝐔𝐑𝐄.
▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃

    bar itu kecil dan remang-remang, terpencil di sudut kota, namun selalu penuh oleh tawa, musik, dan suara gelas yang berdenting. tempat itu lebih dari sekadar bar; itu adalah pusat komunitas kecil yang dijaga oleh sepupu (m/n), diluc ragnvindr, seorang pria pendiam dengan aura tenang namun penuh kewibawaan.

diluc dikenal karena keseriusannya, namun jauh di dalam hatinya ia memperlakukan semua orang yang datang ke barnya seperti keluarga.

ketika pintu bar terbuka dengan suara lembut, kepala beberapa orang langsung menoleh. mereka terkejut melihat (m/n) masuk—dan lebih terkejut lagi ketika melihat siapa yang ada di belakangnya.

alhaitham, dengan setelan kasual yang masih memancarkan kesan formalitasnya, tampak canggung berdiri di tengah keramaian. ia jelas tidak terbiasa dengan lingkungan seperti ini.

“kenapa kau membawa dia kesini?” ucap kaeya, seorang pria tampan dengan senyum menggoda, terdengar dari sudut ruangan. ia duduk santai di meja bersama rosaria dan venti, masing-masing dengan minuman di tangan.

“malam ini bar ini untuk keluarga, bukan untuk polisi,” tambah rosaria dengan nada malas, tapi matanya menyipit penuh perhatian ke arah alhaitham.

“aku bukan polisi,” koreksi alhaitham dingin, menatap kaeya dan rosaria dengan ekspresi datar.

venti, yang duduk di sebelah kaeya, tertawa riang sambil mengangkat gelasnya. “hei kau juga lupa kalau kaeya seorang polisi? eh tapi setidaknya dia tak terlihat seperti orang yang datang untuk memberikan surat denda sepertimu! serius sekali, santailah sedikit!”

(m/n) mendengus sambil menarik alhaitham lebih dalam ke ruangan. “sudah cukup, kalian. dia di sini sebagai tamu. jangan membuatku menyesal membawanya.”

“tamu, ya?” ujar kaeya dengan nada menggoda, sang pria bersurai periwinkle itu menyesap minumannya perlahan. “tamu spesial, kurasa. kau tak pernah membawa siapa pun dari ‘dunia luar’ ke sini sebelumnya, terutama seseorang seperti dia.”

rosaria tersenyum tipis sambil memiringkan kepalanya, menatap alhaitham seperti seorang pemburu yang mengukur mangsanya. “dan lihatlah dia—begitu tegang. kau yakin dia tidak akan pingsan di sini, (m/n)?”

diluc yang berdiri di balik bar hanya menghela napas. “jangan mengganggunya. dia tak melakukan apapun,” katanya datar. meski demikian, sudut bibirnya terangkat sedikit ketika ia melihat wajah alhaitham yang nyaris tidak berubah meskipun situasi itu jelas membuatnya tidak nyaman.

saat malam berlalu, bar semakin hidup. anggota geng motor (m/n) datang bergantian, menyapa (m/n) dengan antusias, tetapi selalu menyelipkan pandangan penasaran ke arah alhaitham. salah satu anggota, seorang pria besar bernama cyrus, mendekati mereka dengan ekspresi bingung.

“siapa dia?” tanya sang pria pirang itu, menunjuk alhaitham.

“dia hanya seseorang yang ingin tahu lebih banyak tentang dunia kita,” jawab (m/n) sambil tersenyum, lalu menepuk bahu cyrus. “jangan khawatir, dia tidak menggigit.”

“tidak, tapi dia mungkin akan menulis laporan,” celetuk kaeya, yang langsung membuat semua orang di meja mereka tertawa.

“cukup,” potong (m/n), meski sudut bibirnya terangkat sedikit. ia kemudian memandang alhaitham. “kau baik-baik saja?”

“tidak ada yang tidak bisa kuhadapi,” jawab detektif tenang, meski matanya menyapu ruangan seperti sedang menganalisis setiap sudut.

“lihat itu,” ujar venti, mencondongkan tubuh ke meja. “dia bahkan tidak berkedip. aku bertaruh lima puluh mora dia sedang menghitung berapa banyak dari kita yang dia bisa kalahkan dalam satu serangan.”

rosaria meneguk minumannya sebelum menyela. “tidak, dia sedang mencoba menebak seberapa jauh kedekatan kalian berdua.”

“mungkin dia hanya ingin tahu kapan dia bisa pergi dari sini,” tambah kaeya, senyumnya lebar.

“tidak ada yang akan pergi sebelum aku mengatakan begitu,” sahut (m/n), suaranya lebih keras dari biasanya. kemudian ia melirik alhaitham, wajahnya serius. “benar, alhaitham?”

sang pria bersurai abu-abu itu menghela napas. “sepertinya aku tidak punya pilihan,” jawabnya, nadanya sedikit mengalah, yang langsung membuat meja itu meledak dalam tawa.

ketika malam semakin larut, alhaitham mulai sedikit rileks. ia tidak tertawa seperti yang lainnya, tetapi senyum kecil sesekali terlintas di wajahnya—terutama saat venti mulai bernyanyi dengan suara merdu, diiringi oleh tawa cyrus yang keras setiap kali kaeya melontarkan lelucon.

diluc menghampiri meja mereka dengan membawa dua gelas minuman. ia meletakkan salah satunya di depan alhaitham tanpa berkata apa-apa. ketika sang detektif menatapnya dengan bingung, sang bartender dan pemilik bar itu hanya mengangguk kecil.

“kau harus belajar menerima keramahan orang lain,” katanya singkat sebelum kembali ke belakang bar.

ketika bar mulai sepi, (m/n) dan alhaitham duduk di meja paling sudut, sedikit terpisah dari yang lain. (m/n) menyandarkan punggungnya di kursi, menatap alhaitham dengan senyum puas.

“jadi, bagaimana rasanya? tidak terlalu buruk, kan?” tanya (m/n).

“berisik,” jawab alhaitham tanpa ekspresi. tapi setelah beberapa saat, ia menambahkan dengan nada lebih lembut, “tapi... menghibur.”

“menghibur?” (m/n) menaikkan alisnya, hampir tidak percaya dengan kata itu keluar dari mulut alhaitham.

“ya,” kata alhaitham, manik hijau dengan sedikit kemerahan itu penuh ketenangan. “dan kupikir aku mulai mengerti kenapa kau sangat menyukai tempat ini.”

“tempat ini bukan hanya tentang bar,” ujar (m/n). “ini tentang orang-orang. tentang kebebasan. dan sekarang, kau bagian kecil dari itu.”

alhaitham tidak menjawab, tetapi ada sedikit perubahan dalam tatapannya, seolah ia sedang memproses sesuatu yang lebih dalam.

dari kejauhan, kaeya memandang mereka sambil menyenggol venti. “lihat itu. aku pikir mereka hampir seperti pasangan yang aneh tapi cocok.”

“kuharap mereka akan segera sadar,” tambah venti sambil terkikik. “akan menyenangkan melihat alhaitham bereaksi ketika kita memanggilnya ‘orang spesial’ milik (m/n).”

dan begitu malam itu berakhir, alhaitham menyadari bahwa dunia (m/n) yang liar dan bebas mungkin tidak seburuk yang ia bayangkan.

▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃

a/n : fluff dulu sebelum angst menggempur ☝😝

𝐂𝐔𝐑𝐄. ── 𝐀𝐋𝐇𝐀𝐈𝐓𝐇𝐀𝐌 𝐗 𝐌!𝐑𝐄𝐀𝐃𝐄𝐑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang