09. two flints for a fire

243 42 20
                                        

𝐂𝐔𝐑𝐄.
a/n : buckle up, it's going to be a long chapter ;)
▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃

    motor milik (m/n) berhenti perlahan di dekat gudang, suara mesinnya lenyap seperti hembusan angin. pria bersurai (h/c) itu turun dengan hati-hati, gerakannya hening berusaha untuk tak mengeluarkan suara.

gudang itu berdiri sunyi, siluetnya kelam di bawah langit tanpa bintang. hanya ada suara samar percakapan dari dalam, terpecah oleh gemerisik angin yang menyapu dermaga. langkahnya ringan, nyaris tanpa suara. ia bergerak mendekati pintu samping, tubuhnya menyatu dengan kegelapan. dari celah sempit di pintu kayu yang lapuk, ia mengintip ke dalam.

pemandangan di dalam membuat rahangnya mengeras—alhaitham duduk di lantai dengan tangan terikat di belakang. wajah detektif itu tetap tenang, nyaris tidak terpengaruh oleh situasi. iris matanya yang hijau terus mengamati dengan tajam, seolah menilai setiap detail di sekitarnya, memutar kemungkinan seperti bidak catur dalam pikirannya. meski dalam keadaan terpojok, alhaitham tetap memancarkan aura percaya diri yang tak tergoyahkan.

tanpa membuang waktu, (m/n) menyelinap menuju pintu belakang gudang. di sana, ia menemukan dua penjaga yang berdiri dengan postur malas, tak menyadari bahaya yang mengintai.

dalam satu gerakan cepat, (m/n) melumpuhkan mereka. siku menghantam rahang, satu tendangan tepat ke lutut—gerakan terasah dari bertahun-tahun hidup di jalanan. tubuh mereka roboh tanpa sempat mengeluarkan suara.

bergerak cepat dan penuh kehati-hatian, (m/n) menyusuri kegelapan gudang, menuju alhaitham. ketika akhirnya ia tiba, alhaitham mengangkat wajahnya, matanya bertemu dengan pandangan tajam (m/n). ada sekilas kebingungan yang melintas, tapi hanya bertahan sejenak sebelum kembali berganti ketenangan.

“kamu...?” alhaitham bertanya, suaranya rendah tapi penuh makna, lebih sebagai pernyataan daripada pertanyaan.

“aku tak akan membiarkanmu mati di sini,” jawab (m/n) tegas, sembari mengeluarkan pisau lipat dari sakunya. dengan cekatan, ia memotong tali yang mengikat tangan alhaitham.

begitu bebas, alhaitham menggosok pergelangan tangannya yang memerah, lalu menatap (m/n) sejenak. pandangan itu bukan hanya rasa terima kasih, tetapi juga rasa hormat yang baru mulai tumbuh.

tanpa menunggu perintah, keduanya segera bergerak. dengan kekuatan dan keberanian (m/n), ditambah kecerdasan strategi alhaitham, mereka menjadi tim yang tak terduga.

(m/n) menyerang dengan presisi mematikan, memanfaatkan kekacauan dan kegelapan untuk melumpuhkan musuh satu per satu. sementara itu, alhaitham mengarahkan strategi, membaca situasi dengan cepat, dan mengatur langkah mereka.

dalam kegelapan gudang yang sunyi, hanya terdengar suara tubuh jatuh, helaan napas berat, dan sesekali bisikan singkat di antara mereka. dua dunia yang begitu berbeda—keberanian liar seorang berandalan jalanan dan ketenangan terukur seorang detektif—bersinggungan dan berpadu, mengukir harmoni yang tak terduga.

ketika pertempuran usai, gudang itu kembali senyap. tubuh-tubuh penjaga tergeletak, senjata mereka tak lagi berguna. alhaitham dan (m/n) melangkah keluar, meninggalkan kekacauan di belakang. udara malam menyambut mereka, dingin dan tajam, menyelimuti keheningan yang berat namun penuh makna.

keduanya berdiri di bawah langit kelabu yang seolah menolak menampakkan bintang. tak ada kata yang diucapkan untuk beberapa saat, hanya pandangan singkat yang berbicara lebih dari seribu kata.

“sudah kubilang, aku bisa dipercaya,” ujar (m/n), senyum tipis merekah di bibirnya, nadanya ringan namun mengandung kepastian.

alhaitham memandangnya sejenak sebelum mengangguk, wajahnya tetap dingin, tetapi sorot matanya hangat. “terima kasih,” ucapnya singkat, suara yang rendah tetapi begitu tulus, berat dengan arti yang tak perlu dijelaskan.

malam itu, di dermaga yang sunyi dan gelap, sesuatu berubah di antara mereka. dua jiwa yang terbiasa berjalan sendirian kini menemukan kepercayaan yang tak terduga. mereka mungkin tak menyadarinya sepenuhnya, tetapi di bawah langit yang kelam, sebuah cerita baru telah dimulai—cerita tentang aliansi, mungkin juga tentang sesuatu yang lebih dalam dari itu.

setelah keheningan itu berlalu, suara ombak yang memukul tiang-tiang dermaga menjadi pengiring langkah mereka. alhaitham menyeka sisa darah dari pelipisnya dengan lengan, luka kecil yang tampaknya tak terlalu ia pedulikan. sementara itu, (m/n) berdiri di tepi dermaga, menghisap udara dingin dalam-dalam, seolah mencoba menghapus aroma mesiu dan keringat yang masih melekat di tubuhnya.

"jadi, apa selanjutnya?" tanya (m/n) tanpa menoleh, matanya menatap jauh ke perairan hitam pekat yang tenang namun penuh misteri. angin malam merusak tatanan rambutnya, tetapi ia tidak peduli.

alhaitham melangkah mendekat, langkahnya stabil meski tubuhnya menunjukkan tanda kelelahan. "selanjutnya adalah memastikan mereka yang masih hidup tidak bisa melapor pada atasannya," ujarnya sambil menyesuaikan kembali jaket yang sedikit robek di bagian bahu.

tatapannya dingin dan penuh perhitungan seperti biasanya, tetapi kali ini ada sesuatu yang berbeda—rasa hormat yang sulit ia sembunyikan setiap kali matanya beralih ke (m/n).

“berani sekali berbicara seolah-olah aku akan membantumu lagi,” sahut (m/n), senyum kecil bermain di sudut bibirnya. ia melirik alhaitham sekilas, tatapannya menyiratkan campuran lelah dan geli. “tapi kurasa aku harus tetap di sini, kalau tidak kau mungkin benar-benar mati.”

alhaitham mendesah pelan, hampir seperti senyuman kecil tersirat di wajahnya. “aku tidak memintamu untuk tinggal, tapi kau tetap datang. dan kau melakukannya dengan baik.” itu adalah pujian sederhana, tetapi dengan cara alhaitham mengatakannya, kata-kata itu terasa seperti pengakuan yang langka.

“mungkin aku hanya ingin lihat bagaimana seorang detektif cerdas seperti kau ini membuat kesalahan bodoh,” jawab (m/n), nadanya bercanda, tetapi matanya menyiratkan sesuatu yang lebih dalam—sebuah rasa tanggung jawab yang tak ia akui.

saat mereka berbicara, dering halus terdengar dari saku jaket alhaitham. ia mengeluarkan ponselnya, menatap layar dengan alis yang sedikit berkerut. pesan itu singkat, hanya satu kata: “lokasi?”

“backup,” gumam alhaitham, memasukkan ponselnya kembali. ia menoleh ke (m/n). “mereka akan tiba dalam waktu lima belas menit.”

“mereka?” ulang (m/n), nada suaranya terdengar seperti ejekan. “kau punya pasukan khusus sekarang?”

“bukan pasukan. hanya beberapa rekan yang bisa dipercaya,” jawab alhaitham sambil melangkah ke tepi dermaga, melihat ke arah jalan masuk yang jauh. “dan kurasa, salah satu di antaranya kini termasuk kau.”

(m/n) tertawa kecil, meskipun itu lebih kepada helaan napas. “heh, aku merasa terhormat namun bukannya kau lebih suka bekerja sendiri? tuan detektif?”

alhaitham hanya mengangkat bahu, tidak menanggapi. ia tahu, dengan atau tanpa konfirmasi dari (m/n), malam ini telah membentuk sesuatu yang berbeda. ada garis halus di antara mereka yang kini mengikat—kepercayaan yang tak terucapkan tetapi nyata. itu cukup, setidaknya untuk saat ini.

ketika akhirnya suara langkah kaki tim alhaitham terdengar di kejauhan, (m/n) berbalik menuju motornya. ia mengenakan helmnya, lalu menatap alhaitham untuk terakhir kalinya sebelum pergi. “hati-hati di jalan, detektif. jangan sampai aku harus datang lagi untuk menyelamatkanmu.”

alhaitham menatapnya, ekspresinya tak terbaca, tetapi ada anggukan kecil yang hampir tak terlihat. “dan kau, jangan terlalu jauh dari ponselmu.”

tanpa kata lebih, (m/n) menyalakan motornya. suara mesinnya menggelegar pelan sebelum perlahan menghilang, membaur dengan suara ombak. alhaitham menatap punggungnya hingga lenyap di ujung jalan.

angin malam kembali bertiup, membawa udara asin dari laut, tetapi ia berdiri di sana dengan rasa tenang yang jarang ia rasakan sebelumnya.

malam itu memang telah usai, tetapi cerita mereka baru saja dimulai.

▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃

a/n : jangan lupa di vote sayang

𝐂𝐔𝐑𝐄. ── 𝐀𝐋𝐇𝐀𝐈𝐓𝐇𝐀𝐌 𝐗 𝐌!𝐑𝐄𝐀𝐃𝐄𝐑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang