19. test of trust

83 14 0
                                        

𝐂𝐔𝐑𝐄.
▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃

    langit kota memerah di ujung senja, seolah menandakan badai yang akan datang. di ruang briefing yang sunyi, alhaitham berdiri tegak di depan papan penuh foto, diagram, dan nama-nama yang menghubungkan geng-geng kecil ke organisasi mafia besar.

ketegangan terasa tebal di udara. tugas ini lebih dari sekadar penyelidikan biasa. ini adalah labirin berbahaya yang bisa menghancurkan siapa saja yang terlibat, termasuk dirinya.

“mereka bergerak lebih dalam daripada yang kita duga,” ujar cyno dengan nada tegas, sang polisi bersurai putih itu duduk dengan santai di depan meja dengan kaki yang terlipat di atas meja.

“kita butuh semua informasi yang bisa kita dapatkan. termasuk dari informan jalanan seperti… berandalanmu itu.” sambung kaveh sambil menyesap secangkir kopi di tangannya.

tubuh alhaitham menegang akan perkataan sang rekan kerjanya, meskipun ekspresi wajahnya tetap tak goyah. ia tak menyukai arah pembicaraan itu. (m/n)—bagaimanapun juga—bukan sekadar ‘informan jalanan.’ dia adalah teka-teki yang tak sepenuhnya bisa ia percayai, meskipun keberaniannya tak terbantahkan.

“kupastikan informasi darinya akurat,” jawab alhaitham singkat. tetapi jauh di dalam, dia tahu tugas ini akan menjadi lebih rumit dari yang terlihat.

sore itu ketika matahari bersembunyi dari balik awan-awan kelabu, alhaitham menemui (m/n) di sebuah tempat persembunyian yang gelap, jauh dari pusat kota. lokasi ini dipilih untuk menghindari mata-mata mafia maupun orang-orang lain. atmosfer di antara keduanya sama sekali tak bersahabat.

“jadi, aku sekarang hanyalah sekadar alatmu untuk memecahkan kasus ini?” ucap sang pria bersurai (h/c), tubuhnya bersandar di dinding dengan seringai pahit di wajah tampannya.

“ini bukan soal kau atau aku,” jawab alhaitham dingin. “ini tentang menghentikan mereka sebelum lebih banyak nyawa yang hilang.”

(m/n) tertawa kecil, getir. “kau selalu berpikir dengan logika, ya? tapi biar kuberitahu sesuatu, alhaitham. jalanan tidak sesederhana itu. ada keluarga yang harus kulindungi di sini—orang-orangku. kau tidak akan mengerti.”

“keluarga?” sang detektif memicingkan kedua matanya tajam. “geng kecilmu itu adalah masalahnya. mereka bagian dari kekacauan ini.”

kata-kata itu memicu kemarahan di manik (e/c) milik (m/n). dia melangkah maju, mendekati alhaitham dengan sorot mata penuh perlawanan. “mereka bukan hanya geng untukku. mereka adalah orang-orang yang berdiri di sisiku ketika tidak ada yang peduli. ketika dunia ini meninggalkanku di selokan, mereka memberiku tempat. kau, dengan posisimu yang aman, tidak pernah tahu apa artinya itu.”

alhaitham tetap diam. ada sesuatu dalam nada suara (m/n)—kesedihan yang tersembunyi di balik kemarahannya—yang membuatnya ragu. tapi dia tidak menunjukkan kelemahannya. “kalau begitu buktikan padaku,” ucap sang pria bersurai abu-abu itu. “bantu aku menghentikan mereka, dan aku akan percaya padamu.”

beberapa hari kemudian, alhaitham berakhir memimpin operasi kecil untuk menyusup ke salah satu gudang mafia yang terhubung dengan geng lokal. sang detektif membawa (m/n) bersamanya, meskipun rasa tidak percaya terus membayangi keduanya.

alhaitham berdiri di pinggir jalan sambil melipat kedua tangannya, menunggu kedatangan sang pria bersurai (h/c) sebelum suara raungan motor terdengar dari ujung jalan.

manik hijau alhaitham melirik ujung jalan, (m/n)—dengan motor kesayangannya berhenti di depan alhaitham. “kau telat.” ucap alhaitham sambil memperhatikan sang pria turun dari motornya dan melepas helmnya.

sebuah senyuman miring merekah dibibir (m/n)—senyum yang berbeda dari biasanya, alhaitham tau sang pria di hadapannya tengah berusaha mencairkan suasana diantara keduanya, namun atmosfer diantara mereka begitu pekat.

“maaf, ada sesuatu yang harus aku urus, ayo langsung saja.” alhaitham menaikkan alisnya terhadap nada serius (m/n) namun ia hanya menggelengkan kepalanya dan dengan perasaan yang sedikit curiga ia mulai berjalan menuju gudang untuk melanjutkan operasi mereka.

sesuatu diluar perkiraan alhaitham terjadi.

gudang itu sudah kosong, seolah para mafia telah mengantisipasi kedatangan mereka. satu-satunya yang tersisa adalah jebakan—bahan peledak yang dipasang untuk menghancurkan bukti sekaligus menghabisi siapapun yang masuk.

dalam kekacauan ledakan yang mengguncang tanah, alhaitham dan (m/n) berhasil meloloskan diri, tetapi kejadian itu menimbulkan pertanyaan besar. bagaimana para mafia bisa tahu?

“kau memberitahu mereka, bukan?” suara alhaitham dingin seperti bilah pisau ketika keduanya bersembunyi di balik reruntuhan.
tatapan (m/n) berubah gelap, seolah tuduhan itu menusuk lebih dalam dari luka fisik mana pun. “kau pikir aku akan melakukan itu?”

“aku tidak tahu apa yang kau pikirkan,” jawab sang detektif tajam. “tapi jejaknya jelas. kau lebih dekat dengan mereka daripada siapapun di sini.”

kemarahan membara di mata (m/n). dia mendorong alhaitham dengan kasar. “aku sudah mempertaruhkan nyawaku untuk ini! dan kau masih meragukanku? kau tahu apa masalahmu, alhaitham? kau terlalu sibuk memikirkan dunia dalam hitam dan putih. tapi aku? aku hidup di abu-abu!” sang pria mengusak surai (h/c)nya dengan gusar.

“dan itulah yang membuatmu berbahaya,” balas alhaitham tanpa ekspresi, manik hijaunya memicing tajam kepada pria tinggi dihadapannya.

kalimat sang detektif adalah sebuah pukulan terakhir untuk (m/n), ia melangkah mundur, tawanya pecah meski tidak ada nada humor di dalamnya. “kalau begitu, mungkin ini terakhir kalinya aku membantumu.”

dan dengan itu—dia pergi, meninggalkan alhaitham sendirian di tengah reruntuhan.

malam harinya, alhaitham duduk di ruangannya yang gelap, menatap dinding penuh catatan kasus. namun pikirannya tidak pada kasus maupun organisasi mafia itu, tidak pada rencana mereka selanjutnya pula. pikirannya terjebak pada (m/n), pada amarah dan kesedihan di matanya.

apakah dia telah membuat kesalahan?
ataukah kecurigaannya benar?

yang pasti, untuk pertama kalinya, dinginnya keyakinan alhaitham mulai goyah. tapi dunia tidak menunggu siapapun, dan dia harus memilih: apakah akan melanjutkan penyelidikannya sendiri atau mencoba memperbaiki retakan yang telah dia buat di antara mereka.

▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃

a/n : mampus digempur habis-habisan dengan angst.

𝐂𝐔𝐑𝐄. ── 𝐀𝐋𝐇𝐀𝐈𝐓𝐇𝐀𝐌 𝐗 𝐌!𝐑𝐄𝐀𝐃𝐄𝐑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang