08. dire situations

224 36 12
                                        

𝐂𝐔𝐑𝐄.
▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃

    malam itu adalah pengulangan dari skenario lama yang tak asing bagi (m/n). ia menghabiskan malam di bar lokal milik sepupu jauhnya—diluc. bar itu sudah seperti rumah kedua baginya, tempat di mana denting gelas bertabrakan, suara tawa bercampur olok-olok, dan kekacauan selalu menjadi bagian tak terpisahkan dari atmosfer.

perkelahian kecil dengan pelanggan mabuk sudah menjadi hal biasa—bukan ancaman, melainkan hiburan yang kadang ia nikmati.

namun, malam ini berbeda. dengan hadirnya kaeya, saudara angkat diluc yang dikenal karena pesonanya yang sarkastik, dan venti, penyair yang tak pernah jauh dari botol anggur, kegaduhan hampir tidak terelakkan. dua karakter ini, bila dipertemukan dengan minuman beralkohol, adalah resep pasti untuk kekacauan.

kaeya dengan lelucon sarkastiknya terus memancing reaksi, sementara venti, meski terlihat polos, tak pernah kalah dalam permainan kata-kata maupun jumlah botol yang diminum.

situasi yang awalnya hanya keributan kecil segera berubah menjadi ajang perdebatan sengit—dari siapa yang lebih tangguh hingga siapa yang lebih pintar memikat hati wanita. dalam banyak kesempatan, (m/n) ikut mengompori mereka, atau bahkan, ketika suasana terlalu sunyi baginya, ia akan melibatkan diri dalam pertengkaran itu untuk menambah bumbu.

namun, saat sirene polisi terdengar di kejauhan, semua berakhir begitu saja. orang-orang membubarkan diri, suara gaduh mereda, dan bar kembali sunyi. seperti babak yang harus ditutup, malam itu membawa (m/n) keluar ke udara dingin.

sebatang rokok menggantung di bibirnya. ia menyalakannya dengan gerakan malas, lalu menyandarkan tubuhnya ke dinding bar. asap kelabu melayang di udara, bergabung dengan embusan angin malam.

jalanan di depannya gelap dan sepi, hanya diterangi lampu jalan yang mulai redup. bayangan panjang menyelimuti trotoar, seperti menyimpan rahasia yang tak terucap.

ia menarik napas dalam-dalam, membiarkan rasa dingin merayap hingga ke tulangnya. namun, ada sesuatu yang lebih tajam dari dingin itu—sebuah firasat gelisah yang merayap, mengganggunya tanpa alasan jelas. ia menatap langit, kosong dan tanpa bintang, seolah mencari jawaban yang tak pernah ada.

lamunan itu pecah oleh getar ponselnya. ia mengeluarkannya dari saku jaket, layar yang menyala menampilkan pesan singkat yang hanya terdiri dari lima kata: 

"gudang, dekat dermaga. bantu. segera."

seolah petir membelah malam, pesan itu langsung menyentaknya. jantung (m/n) berdegup kencang, rasa mendesak yang tak ia pahami melanda dirinya. alhaitham—detektif yang selalu tampak tenang, penuh perhitungan, hampir tak pernah kehilangan kendali—mengirim pesan darurat. itu hanya berarti satu hal: masalah besar.

tanpa berpikir dua kali, (m/n) melempar puntung rokoknya ke tanah dan menginjaknya, membiarkan abu terakhir menghilang terbawa angin. ia melangkah ke motornya yang terparkir tak jauh. dalam satu gerakan, ia melompat ke atasnya dan menyalakan mesin. suara raungan motor memecah sunyi, menggema di jalanan yang kosong.

di sepanjang jalan, pikirannya terus dihantui pertanyaan yang sama: apa yang sedang terjadi?, lampu jalan yang redup hanya memberi cukup cahaya untuk menunjukkan jalur, tapi matanya tetap fokus, penuh dengan tekad. angin dingin menerpa wajahnya, namun ia tidak peduli.

di kepalanya hanya ada satu tujuan: gudang di dekat dermaga.

sementata itu, di ujung dermaga, malam terasa lebih gelap dan lebih sunyi. alhaitham duduk di lantai gudang yang dingin, tangannya terikat di belakang. di sekitarnya, beberapa pria bersenjata berdiri mengawasinya, wajah mereka menunjukkan kesombongan yang sinis.

seorang pria dengan senyum licik berdiri di depan alhaitham, menatapnya dengan tatapan menghina. "ah, tak disangka. sebuah kehormatan untuk bertemu dengan detektif ternama, alhaitham," katanya, suaranya penuh ejekan. "kami akui keberanianmu, tuan detektif. tapi sayangnya, jasamu terlalu merepotkan bagi kami. malam ini, perjalananmu akan berakhir di sini."

alhaitham tidak merespons. matanya tajam, menatap pria itu tanpa rasa takut, seolah sedang membaca kelemahannya. ia tahu bahwa situasi ini sulit, lebih buruk dari yang pernah ia hadapi sebelumnya. tapi di balik ketenangannya, ia menyadari bahwa kali ini, otaknya yang tajam saja tidak cukup.

saat salah satu pria itu mendekat untuk mengikatnya, alhaitham dengan cepat menggerakkan jarinya, membuka ponsel di saku jaketnya. dalam hitungan detik, ia mengetik pesan singkat dan mengirimkannya kepada kontak terakhir di daftar pesannya. siapapun itu, ia hanya bisa berharap pesan itu sampai.

tanpa ia sadari, pesan itu diterima oleh (m/n).

▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃

a/n : bau" ada yang bakal mokad

𝐂𝐔𝐑𝐄. ── 𝐀𝐋𝐇𝐀𝐈𝐓𝐇𝐀𝐌 𝐗 𝐌!𝐑𝐄𝐀𝐃𝐄𝐑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang