21: Janji Buaya

313 98 20
                                    

Meski usia Yohan sebentar lagi sudah menginjak kepala empat, namun tenaganya masih sangat kuat. Ia sama sekali tidak keberatan ketika membopong tubuh Joanna dari ruang tengah sampai ke kamar anak itu yang terletak di lantai atas.

Tangan kekar Yohan membaringkan putranya yang sering sakit-sakitan. Sejak kecil Joanna tidak lepas dari rasa sakit. Membuat tumbuh kembang anak itu sedikit terganggu. Tubuh Joanna cenderung kurus, namun beruntung Joanna mudah diarahkan. Dia begitu nurut dengan metode pengobatan yang sudah diterapkan sedari dia balita.

"Pa, Jo sesek, Pa..." Jazzki mendengar nafas Joanna memberat disertai bunyi mengi seakan nafas anak itu sedang tersumbat.

Yohan berjongkok membuka salah satu laci yang terdapat stok nasal kanul steril. Kamar Joanna menyimpan beberapa peralatan medis yang memang bertujuan untuk berjaga-jaga seandainya ia kambuh sewaktu-waktu.

"Astaga, kenapa pakai dikunci segala sih!" gerutu Yohan mendapati laci tengah tidak bisa ditarik.

Laci pertama dan terakhir tidak ditemukan adanya kanula steril. Yohan yakin dulu ia sempat membeli kanula steril dan menyuruh Joanna supaya menyimpannya. Biasanya Joanna menyimpan di laci, namun kini laci terakhir yang belum Yohan buka masih terkunci rapat. Siapa lagi pelakunya jika bukan seseorang yang sedang terbaring tak berdaya tersebut.

Terpaksa Yohan mengobrak-abrik meja belajar Joanna, mencari sebuah kunci dengan tergesa-gesa.

"Laci dikunci, bantuin Papa nyari kuncinya," titah Yohan mengusap peluh yang membasahi kening.

"Papa yakin masih nyimpen selang bersih? Atau Jazz beli di apotik aja?"

"Kelamaan, Jazz."

Jazzki bergerak membantu Yohan untuk mencari kunci yang dimaksud. Jazzki inisiatif merogoh wadah pulpen yang terbuat dari kerajinan kayu. Kerajinan tersebut dibuat waktu mereka masih SMP, dan sampai saat ini masih tersimpan di meja belajar Joanna.

"Ini, Pa!" Jazzki mengangkat kunci tersebut.

"Nah, coba kamu masukin di laci tengah," titah Yohan.

Jazzki memutar kunci tersebut pada lubang yang terdapat di laci. Dalam hitungan detik, laci itu akhirnya bisa dibuka.

Jazzki mengeluarkan beberapa isi dari balik laci di nomor tengah itu. Ia menarik nasal kanul steril yang masih terbungkus dengan plastik. Lalu ia menyerahkannya pada Yohan.

Ini kan ... buku private nya Jo...

Batin Jazzki, namun ia sedang tidak mau tau isi buku itu. Ia menaruh buku itu ke atas nakas, tanpa merapikan kondisi meja belajar Joanna. Ia membantu Papanya untuk memasang nasal kanul itu agar terhubung dengan tabung oksigen.

"Jo..." cicit Jazzki menggigit bibirnya ketika kedua lubang hidung Joanna dipasangkan selang oksigen.

Ceklek...

Elvi dan seorang dokter masuk ke kamar Joanna. Baru saja ditinggal menjemput dokter yang sudah sampai di depan rumah, Elvi dibuat terkejut dengan kondisi Joanna yang semakin memburuk.

"Jo kenapa ini, Pa?"

"Sesek, Ma. Napasnya bunyi," jawab Yohan menggeser tubuhnya memberikan ruang bagi dokter untuk memeriksa kondisi Joanna.

"Dok, tadi tiba-tiba Jo pingsan. Waktu saya angkat ke kamar, beberapa menit kemudian dia kelihatan sesak nafas. Tapi masih belum bisa sadar," jelas Yohan.

Dokter mengeluarkan stetoskopnya. Menyelinapkan alat tersebut di balik kemeja seragam Joanna.

"Jam segini Jo baru pulang sekolah?" tanya Dokter.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 4 hours ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

JAZZKI & JOANNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang