19: Ribut Tapi Akur

1K 190 26
                                    

Joanna terpaksa memejamkan mata dalam kondisi tidak nyaman. Entah semalam ia sempat tidur atau tidak, Joanna tidak merasa tidur namun juga tidak merasa mengantuk.

Merasa hari sudah cukup pagi, Joanna meraba nakas di samping tempat tidurnya, ia meraih ponsel yang ia taruh di sana. Joanna mengerjab mencari kefokusan pada penglihatannya.

Sidik jarinya meninggalkan jejak pada layar, Joanna pun melihat telapak tangannya yang mengkilap akan keringat. Padahal hari masih pagi, dan dia juga tidak merasa gerah. Kadang Joanna kurang percaya diri ketika diajak bersalaman dengan orang, telapak tangannya sering berkeringat tanpa sebab sehingga mempersulit Joanna ketika hendak membuka air minum dalam botol.

Kondisi ini dikarenakan kelebihan hormon tiroid dalam darah---hipertiroid. Hal ini menyebabkan metabolisme di dalam tubuh Joanna menjadi bekerja sangat cepat. Ketika Joanna cemas, telapak tangannya akan berkeringat, maka tak ayal jika keringat yang keluar semakin banyak maka jantung Joanna juga memompa semakin cepat sehingga menimbulkan debaran yang hebat.

"Stop, jangan dipikirin lagi!" Joanna merutuk dirinya sendiri yang masih terngiang dengan percakapan Papanya.

Entah mengapa Joanna sulit sekali untuk menjadi orang yang 'bodo amat'. Setiap hal-hal kecil selalu ia pikirkan, setiap melakukan kesalahan pasti selalu kepikiran. Membuat Joanna ketika berbicara belibet, tidak bisa lancar.

●●●

Jazzki selalu mengawali harinya dengan penuh semangat. Usai selesai bersiap-siap ia hendak menyusul Joanna ke kamar, namun alangkah senangnya anak itu ketika mendapati Joanna juga sudah selesai dan kini mereka berdua sama-sama keluar dari kamar.

Jazzki langsung mengambil ancang-ancang. Kesenangan tersendiri ketika ia keluar kamar bersamaan dengan Joanna, membuatnya menjadi bisa minta digendong oleh adik kembarnya itu.

"Jo!" Jazzki bersemangat menepuk pundak Joanna. Lalu begitu saja hendak menaikinya.

Joanna sudah terhuyung ketika Jazzki mengejutkan dirinya dari belakang kini ditambah anak itu hendak naik ke punggungnya. Sontak saja Joanna hampir jatuh dibuatnya, fisik Joanna sedang lemah.

"Gendong gue-- eeh..." Jazzki menahan tubuh Joanna yang limbung.

Joanna mengerjab, kepalanya jadi tambah pusing ketika Jazzki mengejutkan dirinya.

"Ck, lo inget omongannya Mama nggak sih!" marah Joanna. Jazzki selalu mengajaknya bercanda di tangga.

"Mama nggak ada," balas Jazzki.

"Ya tetep aja, kalau sampai lihat bukan lo cuman dimarahin ... bukan cuman lo yang dimarahin!" Joanna meralat ucapannya yang kembali berantakan.

"Habisnya lo pakek minyak telon mulu, dah gede juga," ujar Jazzki mencium semerbak wangi bayi di sekitarnya. Siapa lagi yang pakai minyak telon kalau bukan Joanna.

Joanna memutar bola matanya malas.

"Apa hubungannya anjir."

"Ya kan gue jadi gemes."

Joanna mengurut dadanya.

"Eh, kenapa lo?"

Joanna melirik wajah Jazzki dari arah samping. Pakek nanya!

"Astaga!" pekik Jazzki, lalu menepuk jidatnya.

"Astaga, Jo... Maap gue lupa dada lo habis sakit semalam. Pantesan tadi lo nggak kuat gendong gue, gue lupa, gue cuman spontan tadi..."

"Basi." Joanna menggelengkan kepalanya jengah.

"Terus gimana sekarang? Katanya Mama kalau masih sakit nggak usah sekolah dulu," ujar Jazzki.

JAZZKI & JOANNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang