Jika boleh jujur, sebenarnya Joanna sedang krisis energi sosial pagi ini. Tidak ada semangat untuk menyambut sang mentari pagi, hanya ingin menyendiri dalam sepi. Namun Joanna tidak bisa lupa, jika ia memiliki saudara yang selalu full energi. Sepanjang perjalanan menuju sekolah, Jazzki asyik mengajaknya berbicara. Sayangnya Joanna terlalu malas menanggapi celoteh Jazzki yang ngalor-ngidul nggak jelas. Lagi pula Joanna budek kalau diajak bicara di atas motor. Jadi ya ... cuman cuek aja.
"Jo, napa sih tuh wajah datar mulu... Senyum kek, nyapa orang kek, masih pagi udah mode kulkas aja lo," gerutu Jazzki usai mereka sampai di parkiran sekolah. Bisa-bisanya Joanna diam ketika melewati teman seangkatan mereka.
"Gue nggak kenal, gue nggak tau nama mereka," jawab Joanna seadanya.
"Ya seenggaknya lo basa-basi kek, hallo bro, pagi bro apa kek..."
"Gue nggak suka basa-basi."
"Pantesan temen lo dikit," cicit Jazzki sambil mengalihkan pandangannya.
Joanna tentu mendengar suara pelan yang keluar dari mulut Jazzki. Namun Joanna tidak mau mengambil pusing. Tetap cuek dan pura-pura tidak tau adalah jalan ninjanya.
Biasanya ketika sampai di kelas hal pertama yang Joanna lakukan adalah scroll tik-tok. Namun kebiasaan tersebut sudah berubah belakangan ini. Joanna langsung membuka buku, terlihat sedang membaca materi. Mungkin ia sungguh-sungguh ingin menepati janjinya untuk menaikkan nilai raport pada ujian kenaikan kelas mendatang.
"Ngerjain apa lo?" Desta menaruh tasnya pada kursi di sebelah Joanna.
"Belajar doang," jawab Joanna.
"Hoo... Gue kira ada PR. Bentar lagi ujian kan ya, udah prepare aja nih lo."
"Prepare dikit-dikit, biar nggak begitu gelagapan besok," Joanna mengoreksi pekerjaannya di tempat les kemarin yang dijadikan PR.
"Dikit-dikit? Lo habis sekolah udah les, di sekolah juga belajar. Di rumah tiap gue nginpo mabar lo alesan lagi belajar. Apa nggak mwubal itu otak tiap waktu selalu belajar?" heran Desta menatap wajah Joanna.
"Ini belum seberapa kalau dibandingkan dia," ujar Joanna melirik Jazzki yang sedang nongkrong di atas meja.
"Lo mau saingan sama Jazz?" tanya Desta sedikit terkejut.
"Nggak saingan, gue nggak papa kok dia di atas gue, tapi gue cuman pingin ngimbangin. Sumpah nggak enak banget dibanding-bandingin mulu," ujar Joanna.
"Kita ini kelas IPA 1. Lo sebenarnya nggak begitu ketinggalan kok, Jo. Walaupun rangking lo di kelas deretan belakang tapi kalau lo dibandingin sama anak kelas lain lo tetep termasuk anak pinter. Lo mah ... jangan minder gitu dong," jelas Desta.
"Ortu gue mana mau mandang begitu. Yang mereka tau gue ni goblok, dahlah biar besok gue tunjukin kalau gue nggak segoblok yang mereka kira."
Desta menghela nafas, lelaki itu mengangguki keyakinan Joanna. Sebagai seorang sahabat, Desta yakin pasti Joanna sangat membutuhkan dukungan semangat. "Semangat, kalau lo udah yakin pasti hasilnya nanti bakal memuaskan."
"Ngimbangin nggak musti harus nyaingin kok," imbuh Joanna meluruskan.
"Iya, gue ngerti maksud lo."
Detik berikutnya bell masuk berbunyi. Setiap speaker kelas mengeluarkan dering panjang membuat para muridnya langsung bergegas masuk ke kelas masing-masing.
●●●
Kelas XI IPA 1 termasuk kelas unggulan di SMA Galaksi. Hebatnya di kelas tersebut terdapat murid kembar yang tak semua kelas memilikinya. Jazzki ialah juara kelas sejak kelas sepuluh, dan Joanna selalu rangking terakhir sejak kelas sepuluh. Bagai perbandingan yang signifikan, namun biarpun rangking terakhir kadar kepintaran Joanna sebenarnya tidak begitu buruk. Hanya saja persaingan di kelasnya yang lumayan sulit, isi kelas tersebut anak-anak ambis, Joanna sampai kewalahan mengimbangi mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
JAZZKI & JOANNA
Novela JuvenilSi Kembar yang satu ini berbeda. Cerita ini menceritakan tentang dua cowok kembar bernama Jazzki dan Joanna. Dari segi fisik mereka berdua memang serupa, tapi apakah sifat mereka serupa pula? Jangan ditanya. Mending langsung baca aja!